Halaqah 19 | Hadits 20
🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamail Muhammadiyah (Sifat dan Akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad ﷺ)
📝 Imām Abū Īsā At Tirmidzī
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ وَالْأَخْلَاقَ وَالْأَرْزَاقَ وَالْأَفْعَالَ، وَلَهُ الشُّكْرُ عَلَى إِسْبَاغِ نِعَمِهِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ بِالْإِفْضَالِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ وَرَسُولِهِ الْمُخْتَصِّ بِحُسْنِ الشَّمَائِلِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْمَوْصُوفِينَ بِالْفَوَاضِلِ وَالْفَضَائِلِ، وَعَلَى أَتْبَاعِهِ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِينَ بِمَا ثَبَتَ عَنْهُ بِالدَّلَائِلِ. أما بعد
Sahabat BiAS yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Alhamdulilāh, kita masih diberi kesempatan untuk mempelajari Kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyyah, karya Imām Abū Īsā At Tirmidzī rahimahullāhu ta’āla.
Pada pertemuan kali ini kita akan membaca kisah dari shahābat Salmān Al Farisy radhiyallāhu ta’āla ‘anhu ketika beliau menguji tanda-tanda kenabian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang pernah ia dapatkan dari pendeta (guru beliau) sebelum beliau memeluk Islām.
Informasi yang didapatkan shahābat Salman Al Farisy di antaranya bahwa waktu pengutusan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah dekat (telah tiba), ciri-cirinya adalah tidak memakan sedekah namun memakan hadiah dan memiliki cap kenabian.
Al Imām At Tirmidzī menceritakan kisah ini dengan nomor hadīts 21 dengan mengatakan:
Imām At Tirmidzī menceritakan cerita ini dengan sanad yang beliau miliki:
Ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tiba di Madīnah, Salmān datang membawa hidangan yang ada kurma mudanya. Dia meletakkan hidangan itu di hadapan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertanya:
“Apa ini wahai Salmān?”
Salmān berkata:
“Ini adalah sedekah untuk baginda dan shahābat-shahābat baginda.”
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:
“Angkatlah karena kami tidak berkenan memakan sedekah.”
Lalu Salmān mengangkatnya (sedekah) kemudian di keesokan harinya ia membawa bawaan yang serupa dan meletakkannya di hadapan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
_Kemudian beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) bertanya:
“Apa ini wahai Salmān?”
Salmān berkata:
“Ini adalah hadiah untuk baginda.”
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda kepada para shahābat beliau:
“”Mari kita makan.”
Lalu Salmān melihat tanda kenabian di punggung Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kemudian dia beriman dengan Neliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).
Sebelumnya Salmān adalah budak milik seorang Yahūdi, kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membelinya sekian dirham dengan syarat tambahan Beliau menanam pohon kurma dan Salmān bekerja di sana hingga berbuah.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun menanam kurma untuk Salmān kecuali satu pohon yang ditanam oleh Umar.
Pada tahun itu kurma yang ditanam Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berbuah semuanya kecuali satu pohon saja.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertanya:
“Ada apa dengan kurma ini?”
Umar berkata:
“Aku yang menanamnya, wahai Rasūlullāh.”
_Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mencabutnya kemudian menanam kembali, lantas kurma tersebut berbuah pada tahun itu juga.
Syaikh Albāniy rahimahullāh memberikan komentar tentang hadīts ini dengan mengatakan, “Sanad hadīts ini hasan.” Dan hadīts ini diriwayatkan juga oleh Imām Ahmad dengan nomor 22997.
Dari hadīts ini kita bisa mengambil beberapa pelajaran, di antaranya:
⑴ Terkadang hidayah itu harus dicari bukan ditunggu karena Salmān Al Farisy di sini tidak menunggu didatangi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, akan tetapi beliau (Salmān) mencari jalan kebenaran sampai bertahun-tahun lamanya.
⑵ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak halal memakan sedekah, begitu pula ahlul baitnya. Karena ketika Salmān radhiyallāhu ta’āla ‘anhu datang membawa sedekah Beliau tidak memakannya.
⑶ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam diperbolehkan memakan hadiah. Karena saat Salmān radhiyallāhu ta’āla ‘anhu datang untuk kedua kalinya dengan membawa makanan dan mengatakan bahwa itu adalah hadiah maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memakannya dan memerintahkan orang-orang disekeliling Beliau untuk ikut makan.
⑷ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memiliki cap kenabian dan hal itu merupakan satu hal yang diketahui oleh orang-orang ahli kitāb. Bahkan mereka mengenali ciri-ciri Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagaimana mereka mengenali anak Mereka sendiri.
Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla firmankan:
“Orang-orang (Yahūdi dan Nashrāni) yang telah Kami beri Al Kitāb (Taurāt dan Injīl) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.” (QS Al Baqarah: 146)
Dan ayat ini diulang hingga dua kali dengan redaksi yang sama dalam Al Qur’ān.
⑴ QS Al Baqarah: 146
⑵ QS Al An’ām: 20
⑸ Semangat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan kebaikan umatnya, yang di sini ditunjukkan dengan keikutsertaan Beliau untuk menanam kurma sebagai syarat pembebaskan Salmān dan ini juga menunjukkan kerendahan hati yang dimiliki Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
⑹ Pada hadīts ini juga ada tanda-tanda kenabian yang mana kurma-kurma yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tanam secara langsung berbuah pada tahun yang sama.
Dan ada satu pohon kurma yang tidak berbuah karena bukan ditanam oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yang mana kurma tersebut ditanam oleh Umar. Kemudian Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) cabut dan Beliau tanam lagi hingga akhirnya berbuah pada tahun yang tersebut.
⑺ Akad adalah suatu hal yang penting dalam agama kita. Saat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam diberi sedekah beliau tidak memakannya dan saat beliau diberi hadiah beliau memakannya. Padahal objeknya sama dan jenis makanan yang dibawa pun sama yang berbeda adalah niat dan akad. Pemberi yang pertama berniat sedekah dan pemberi kedua berniat hidayah.
Itulah beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari hadīts dari Salmān Al Farisy dalam bab ini.
Wallāhu A’lam bish Shawwāb.
Kita cukupkan sampai disini dan tidak menutup kemungkinan akan ada pelajaran-pelajaran lain dari hadīts tersebut.