Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 072: Keutamaan Kalimat Tauhid (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ)

Halaqah 072: Keutamaan Kalimat Tauhid (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً

Ikhwan wa akhawatiy fīllāh rahimakumullāh.

Kita lanjutkan:

وعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال :  قال موسى عليه السلام : يا رب علمني شيئاً أذكرك وأدعوك به ، قال : قل يا موسى لا إله إلا الله . قال : كل عبادك يقولون هذا ، قال : يا موسى لو أن السموات السبع وعامرهن غيري والأرضين السبع في كفة ، ولا إله إلا الله في كفة ، مالت بهن لا إله إلا الله ( رواه ابن حبان والحاكم وصححه )

Dari Abī Sa’id Al Khudriy Mālik ibn Sinan (semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhainya), dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam Beliau bersabda: Musa alayhissallām berkata, “Ya Rabbi, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dengannya aku mengingat-Mu dan berdo’a kepada-Mu.” “Wahai Musa. ucapkanlah kalimat: لا إله إلا الله.” “Ya Rabbi, semua hamba-Mu mengucapkannya.” Maka Allah berfirman kepadanya (yang artinya), “Wahai Musa, seandainya ketujuh langit dan penghuninya selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedangkan: لا إله إلا الله pada daun timbangan yang lain, maka niscaya lebih berat timbangan: لا إله إلا الله.”

(Hadīts riwayat Ibnu Hibban di dalam Shahīhnya dan Hakim).

Subhānallāh.

Bagaimana Nabiyullāh Musa alayhissallām memohon kepada Allah, beliau berkata:

“Wahai Tuhan-Ku.”

Ini menunjukkan ketakwaan dan keimanan yang luar biasa yang dimiliki oleh Nabiyullāh Musa alayhissallām.

Nabi Musa memanggil Allāh dengan, “Ya Rabb (wahai Tuhan-Ku).” Subhānallāh.

Demikianlah seorang mukmin senantiasa memohon kepada Allāh.

√ Jangan sampai setiap hari kita shalat
tetapi tidak pernah berdo’a kepada Allāh.

√ Jangan sampai kita lewati suatu hari kecuali kita isi di dalamnya dzikir kepada Allāh.

√ Jangan sampai kita lewati keciali membaca Al Qur’ān, paling tidak kita mendengarkan Al Qur’ān.

Demikianlah seorang mukmin mengisi waktu yang dia miliki yaitu untuk kebaikan. Dan Nabiyullāh Musa alayhissallām berkata dan memohon kepada Allāh, “Ajarkan kepadaku sesuatu.”

Maka orang yang beriman hendaknya berdo’a, sebagaimana sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan:

الدعاء سلاح المؤمن

“Do’a adalah senjata orang beriman.”

Umar bin Khaththāb radhiyallāhu berkata, “Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah do’aku diijabah atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah kalian lupa berdo’a dan memohon kepada Allāh.”

Setiap hari, kita membutuhkan Allāh, ingat firman Allāh:

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ

“Allāh Subhānahu wa Ta’āla tempat bergantung.”

(QS. Al Ikhlās: 2)

Maka manusia menjadikan semua urusan yang dimiliki, dia pasrahkan kepada Allāh.

علمني شيئاً أذكرك وأدعوك به

“Ajarkan aku sesuatu agar aku bisa mengingatkan Engkau dan memanggil Engkau.”

وليست جواب الدعاء فموسى عليه الصلاة السلام طلب أمرين

Yang diinginkan Musa bukan di ijabahnya do’a akan tetapi Musa Alayhissallām meminta kepada Allāh dua hal (yaitu mengingat Allāh dan berdo’a kepada-Nya).

فأجاب الله بقوله لا إله إلا الله

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla menurunkan ayat atau memberikan suatu jawaban, memberikan suatu pernyataan, “Wahai Musa ucapkanlah kalimat: لا إله إلا الله.”

Dikatakan:

وهذه الجملة ذكر متضمن للدعاء

Maka jumlah ini adalah sebagai bentuk penyebutan yang di dalamnya ada dzikir yang terkandung di dalamnya pula yaitu do’a.

لأن ذاكر لا يريد رضى الله عنه

Karena sesungguhnya orang-orang yang mengingat Allāh berharap untuk memperoleh keridhaan darinya.

والوصول إلى دار كرماته

Dan dia berharap untuk sampai pada suatu keadaan di mana dia memperoleh tempat yang mulia.

إذن فهو ذكر متضمن للدعاء

Maka (kalimat لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ ) ini mengandung di dalamnya yaitu dzikir dan masuk di dalamnya berdo’a.

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla firmankan:

قل يا موسى لا إله إلا الله

“Wahai Musa, katakanlah لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ.”

Ucapkanlah kalimat Tauhīd, Subhānallāh.

Musa alayhissallām memohon kepada Allāh untuk diajarkan sesuatu yang di dalam ada
dzikir (mengingat Allāh) dan mengandung do’a di dalamnya.

Juga dikatakan :

أفضل الذكر فاعلم أنه لا إله إلا الله

Dzikir yang paling utama ketahuilah bahwa ia adalah: لا إله إلا الله.

Diayat lain dikatakan :

فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ

“Ketahuilah tidak ada dzat yang berhak disembah kecuali Allāh dan mohonlah ampunan bagi dosamu.”

(QS. Muhammad: 19)

Begitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan pernyataan dan pengajaran kepada Musa.

Nabi Musa mengatakan:

كل عبادك يقولون هذا

“Ya Rabbi, semua hamba-Mu mengucapkannya.”

Syaikh Utsaimin rahimahumullāh memberikan penjelasan:

ليس المعنى أنه كلمة هينة كل يقولها لأن موسى يعلم أعظم هذه الكلمة

Kalimat: لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ bukan kalimat yang remeh temeh, ucapan tersebut diucapkan oleh hamba-hamba Allāh.

لأن موسى يعلم أعظم هذه الكلمة

Karena sesungguhnya Musa alayhissallām mengetahui kandungan di dalam kalimat ini ( لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ).

ولكنه أراد شئا يختص به

Akan tetapi Musa alayhissallām berharap dari Allāh agar Musa mendapatkan suatu pengajaran dan pengajaran tersebut adalah khusus baginya (karena menjadi suatu hal yang maklum orang mengucapkan kalimat Tauhīd).

Orang mengenalnya, orang-orang Islām, orang-orang mukmin senantiasa mengucap dan membacanya.

Musa alayhissallām bukan menafi’kan atau meniadakan apa yang terkandung di dalam kalimat Tauhīd karena Beliau adalah seorang nabi, seorang rasul Allāh.

Maka Beliau memohon kepada Allāh agar diberi suatu ajaran yang spesial (khusus) baginya.

In syā Allāh dikesempatan lain kita akan melanjutkan.

نكتفي بهذا القدر

أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

__

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top