🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamail Muhammadiyah (Sifat dan Akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad ﷺ)
📝 Imām Abū Īsā At Tirmidzī
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ وَالْأَخْلَاقَ وَالْأَرْزَاقَ وَالْأَفْعَالَ، وَلَهُ الشُّكْرُ عَلَى إِسْبَاغِ نِعَمِهِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ بِالْإِفْضَالِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ وَرَسُولِهِ الْمُخْتَصِّ بِحُسْنِ الشَّمَائِلِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْمَوْصُوفِينَ بِالْفَوَاضِلِ وَالْفَضَائِلِ، وَعَلَى أَتْبَاعِهِ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِينَ بِمَا ثَبَتَ عَنْهُ بِالدَّلَائِلِ. أما بعد
Sahabat BiAS yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Pada pertemuan ke-13 ini, kita akan membaca hadīts ke-14 yang dibawakan oleh Imām At Tirmidzī rahimahullāh dalam kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyyah.
Beliau berkata :
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، الْمَعْنَى وَاحِدٌ، قَالَا: أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا الطُّفَيْلِ يَقُولُ: «رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا بَقِيَ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ رَآهُ غَيْرِي» ، قُلْتُ: صِفْهُ لِي، قَالَ: «كَانَ أَبْيَضَ مَلِيحًا مُقَصَّدًا»
Imām At Tirmidzī rahimahullāh membawakan hadīts keempatbelas dari shahābat Abū Thufail radhiyallāhu ta’āla ‘anhu (shahābat yang paling terakhir meninggal) lengkap dengan sanad periwayatannya.
Abū Thufail radhiyallāhu ta’āla ‘anhu berkata:
“Aku adalah seorang yang berkesempatan melihat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Di atas muka bumi ini, tidak ada lagi orang yang pernah melihat Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang masih hidup kecuali aku saja.”
Said Al Jurairi bertanya kepada Abū Thufail:
“Tolong gambarkan sosok Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada ku!”
Abū Thufail radhiyallāhu ta’āla ‘anhu menjawab :
“Beliau adalah seorang yang berkulit putih, tampan, dan ideal.”
(Hadīts shahīh riwayatkan Imām Muslim nomor 2340)
Pembahasan lafazh hadīts:
⑴ Beliau adalah seorang yang berkulit putih.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Nabi kita, Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam memiliki kulit yang putih, akan tetapi ada sedikit warna merah pada kulit Beliau. Sebagian ulamā mengibaratkan dalam bahasa arab: بياض مشرب بالحمرة (putih yang ada warna merahnya).
⑵ Tampan.
Kata “malīhan” (مليحا) dalam hadīts ini saya artikan tampan, karena Syaikh Abdurrazāq ketika menerangkan lafazh ini beliau mengatakan:
الجمال والحسن في هيئته وصفته وبشرته
“Tampan dan indah baik dari penampilan, sifat sampai kulit Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”
⑶ Ideal.
Kata “muqashadan” (مقصدا) saya artikan dengan ideal, karena makna kata tersebut lebih dekat kepada makna ideal.
Jika dilihat dari sisi ketinggian, maka ketinggian Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) merupakan ketinggian yang ideal, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, namun pertengahan, di antara keduanya. Dan lebih dekat kepada ketinggian.
Kemudian dari sisi warna kulitnya, Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga ideal, tidak putih murni juga tidak hitam atau coklat, akan tetapi kulit Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam berwarna putih yang bercampur dengan sedikit warna merah.
Kemudian dari sisi rambut, Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam berambut ideal, tidak keriting dan juga tidak lurus 100%, akan tetapi rambut Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam lurus dengan sedikit bergelombang.
Dari sisi bentuk badan, Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun ideal, tidak kurus juga tidak gemuk. (Wallāhu A’lam)
Kemudian ada sedikit pelajaran tentang perkataan Abū Thufail radhiyallāhu ta’āla ‘anhu.
Beliau radhiyallāhu ta’āla ‘anhu berkata:
“Tidak ada lagi shahābat yang pernah melihat beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yang saat ini masih hidup, kecuali aku saja.”
Perkataan beliau ini, merupakan isyarat bahwa tidak ada orang yang pernah melihat Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam keadaan hidup sekarang kecuali beliau sendiri.
Dan ini membantah beberapa orang yang mengatakan bahwa Nabi Khidir ‘alayhissallām masih hidup, bahkan ada sebagian pendapat yang mengatakan, bahwa orang yang akan dibunuh oleh Dajjāl dengan digergaji kemudian dihidupkan lagi adalah Nabi Khidir ‘alayhissallām.
Padahal Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda :
أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ، فَإِنَّ رَأْسَ مِائَةٍ، لاَ يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ اليَوْمَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَحَدٌ
“Apa pendapat kalian tentang malam ini ? nanti seratus tahun lagi, orang-orang yang sekarang hidup, tidak akan tersisa lagi (semuanya akan mati).” (Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 601 dan Muslim nomor 2537)
⇒ Maksudnya adalah orang-orang yang hidup di saat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan itu, akan mati maksimal seratus tahun lagi.
Adapun orang-orang yang terlahir setelah beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan itu, tidak termasuk dalam hadīts ini.
Demikian pembahasan kali ini, semoga bermanfaat, dan bisa diambil pelajaran.
Wallāhu A’lam.