Halaqah 053: Keutamaan Tauhīd (Bagian Kelima)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً

Ikhwah fīlllāh rahimakumullāh.

Kembali kita bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan.Diantara nikmat dan karunia itu adalah seorang menjadi muwahīd yaitu orang yang bertauhīd.

Kembali kita lanjutkan materi kita masih di Kitāb Tauhīd, masih pada pembahasan Fadhul Tauhīd.

وما يكفر من الذنوب

▪︎Keutamaan tauhīd dan apa yang bisa menggugurkan dari dosa-dosa yang ada

Pada pembahasan yang lewat telah kami bahas firman Allāh:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ

“Mereka orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan keimanan mereka dengan kezhaliman, mereka akan memperoleh keamanan dan mereka akan memperoleh petunjuk.

(QS. Al An’ām: 82)

Dan pada pembahasan yang lewat bahwasanya para shahabat, mereka khawatir dengan apa yang terkandung di dalam ayat tersebut, sehingga shahabat berkata:

أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ

“(Wahai Nabi Allāh,) siapakah di antara kita yang tidak pernah melakukan kezhaliman?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata:

لَيْسَ الأمر كَمَا تَظُنُّونَ

“Perkaranya bukan seperti apa yang kalian duga.”

انما المراد به الشرك

Yang di maksudkan (“Kami tidak mencampur adukan keimanan mereka dengan kezhaliman.”) adalah syirik.

ألم تسمعوا إلى قول الرجل الصالح – يعني لقمان

“Bukankah telah kalian dengar apa yang menjadi perkataan seorang laki-laki yang shalih (hamba Allāh yang shalih) yaitu Luqmān.)

إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ

“Sesungguhnya syirik (mempersekutukan Allāh) merupakan kezaliman yang paling besar,

(QS. Luqmān: 13)

Kita lanjutkan pembahasan selanjutnya yaitu hadīts Ubādah bin Shāmit.

‘Ubādah ibn Shāmit adalah sahabat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang sangat mulia, beliau di kenal dengan ketaqwaannya.

Abdun adalah hamba.
‘Ubādah adalah hamba.
‘Abad adalah orang yang ahli ibadah.

Hadīts ini adalah hadīts yang shahīh diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhāri 3435.

عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه، قال: قال رسول الله ﷺ مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ، وَرُوحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ ‏

عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه

Ikhwan wa Akhawatiy fīlllāh rahimakumullāh.

Salah satu di antara hal yang patut dibaca tatkala seseorang mendengar rasūl, tatkala seseorang membaca “Muhammad” maka dianjurkan untuk membaca “shallallāhu ‘alayhi wa sallam”.

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صلاة صلى الله بها عَشْرًا

“Barangsiapa membaca shalawat kepadaku satu kali maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memberikan pahala 10 kali.”

Māsyā Allāh.

Terkadang kita jumpai, sebagian orang begitu menulis “Muhammad” terkadang di singkat ص atau صم, kalau orang Indonesia meningkat dengan “saw”.

Ada seorang siswa diminta oleh seorang guru untuk menulis sebuah hadīts, begitu ditulis ص dan م maka guru tersebut memberikan teguran kepada siswa tadi.

“Anta bakhil,” kata guru tersebut.

“Panjenengan niki cethil.”

“Anda ini pelit”

Kenapa?

Karena orang yang ketika di sebut nama Nabi kemudian tidak membaca shalawat maka di anggap pelit, di anggap cethil, di anggap medhit .

Begitu juga di dalam penulisan bahasa Indonesia harus ditulis dengan lengkap shallallāhu ‘alayhi wa sallam, tidak disingkat dengan ص atau ص dan م atau صل atau dalam bahasa Indonesia “saw”. Untuk Allāh “swt” (Subhānahu wa Ta’āla).

Maka ketika kita mendengar nama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam disebut, baik itu gelar, julukannya atau namanya kita mengucapkan “shallallāhu ‘alayhi wa sallam”.

√ Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
√ Rasūl shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
√ An Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Demikian seseorang untuk tidak pelit.
Demikian seseorang untuk melatih dirinya untuk melakukan suatu ketaatan (ibadah-ibadah lisan).

Nataufīq bihadzal qadar, terima kasih atas segala perhatiannya.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

________