Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 047: Pembahasan Dalil Hadīts Mu’ādz bin Jabal radhiyallāhu ‘anhu (Bagian 9)

Halaqah 047: Pembahasan Dalil Hadīts Mu’ādz bin Jabal radhiyallāhu ‘anhu (Bagian 9)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله أما بعد

Ikhwan Akhwat fillāh rahimakumullāh.

Salah satu yang diberitakan sesudah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membacakan hadīts ini, Mu’ādz berkata:

فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ؟ قَالَ: لاَ تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا

Aku berkata, “Wahai Rasūlullāh, bolehkah aku beritahukan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab, “Tidak perlu kamu sampaikan, nanti mereka akan bersandar.”

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri)

Sesudah Mu’ādz mendengarkan penjelasan dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Mu’ādz pun merasa senang. Mu’ādz merasa bahagia dengan apa yang barusan dia dapat.

Maka Mu’ādz meminta kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam (memohon kepada Rasūlullāh) agar diberi izin untuk menyampaikan kabar baik ini kepada khalayak (manusia).

Namun Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mengizinkan Mu’ādz untuk mengabarkan penjelasan dari Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam ini. Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam ingin agar orang-orang tidak pasrah (tidak bersandar).

Apa yang sudah menjadi kewajiban manusia, tatkala Mu’ādz mengabarkan berita ini kepada mereka, dikhawatirkan mereka akan meninggalkan kewajiban tersebut.

Yang semestinya orang-orang berlomba, tatkala mereka mendengar kabar dari Mu’ādz tentang hadīts ini dikhawatirkan mereka tidak lagi berlomba-lomba lagi.

√ Membaca Al Qur’ān, nilainya banyak, tidak lagi mereka lakukan.

√ Mengerjakan shalat sunnah, tidak lagi dikerjakan.

√ Shalat tahajud semesti mereka berlomba, bisa setiap malam melakukan shalat tahajud, tidak mereka kerjakan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang Mu’ādz mengabarkan kepada khalayak dan mengatakan:

لَا تُبَشِّرُهُمْ فَيَتَّكِلُوا

“Tidak perlu kamu sampaikan, nanti mereka akan bersandar.”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam khawatir orang-orang tidak melakukan ketaatan, tidak melakukan amal-amal shalih dan tidak melakukan hal-hal yang sifatnya amal shalih dari ibadah-ibadah yang ada.

⇒ Barangkali tidak lagi mengerjakan puasa sunnah, tidak berinfaq, dan meninggalkan hibah.

Mu’ādz ibn Jabal radhiyallāhu ‘anhu memahami apa yang dikehendaki Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, bahwasanya larangan yang disampaikan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bukanlah larangan yang sifatnya haram, dalam artian apa yang disabdakan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Mu’ādz bukan untuk Mu’ādz saja tapi untuk umatnya.

Dan apa yang disampaikan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Mu’ādz bukanlah suatu hal yang haram jika Mu’ādz memberikan hal ini kepada orang lain.

Setelah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam wafat Mu’ādz pun menyampaikan apa yang disampaikan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam karena semangat Mu’ādz di dalam menyampaikan hadīts an Nabawi asy syarif linnas, karena semangat Mu’ādz untuk meriwayatkan hadīts.

Disinilah kita sebagai seorang muslim memiliki kewajiban untuk memberikan do’a kepada Mu’ādz dengan ucapan radhiyallāhu ‘anhu.

نكتفي بهذا القدر

Terima kasih atas segala perhatiannya ada hal yang kurang berkenan, mohon maaf yang sebesar-besarnya.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top