Halaqah 012 Perintah Menjauhi Thāghut (5)
🌍 BimbinganIslam.com
👤 Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab At-Tauhid
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh.
Kita lanjutkan pembahasan kita.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًا
_“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”_
(QS Al Isrā’: 23)
⇒ Qadhā’ memiliki arti “kewajiban”.
Di sini seorang mukmin harus paham bahwasanya tatkala kita berbicara “Tuhanmu” maka yang dimaksud adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Rabbul Ālamīn).
Nabi Mūsā ‘alayhissallām tatkala ditanya oleh Fir’aun, dimana Fir’aun berkata:
وَمَا رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ
_”Siapa Tuhan semesta alam itu?”_
(QS Asy Syu’ārā: 23)
Maka Nabi Mūsā alayhissallām berkata:
رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ
_”Tuhan (pemilik) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu mempercayai-Nya.”_
(QS. Asy Syu’ārā: 24)
Subhānallāh.
Perhatikan!
√ Bagaimanakah lemahnya manusia?
√ Bagaimanakah hinanya manusia?
√ Bagaimana lemah, dhaifnya manusia?
Manusia adalah lemah dan ingat yang menetapkan ini adalah Allāh dan Allāh menyebutkan:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ
_Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menetapkan._
Apakah yang telah Allāh Subhānahu wa Ta’āla tetapkan?
أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ
_”Janganlah kalian menyembah, kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_
Maka ketika kita berbicara: وَقَضَىٰ رَبُّكَ, maka sesungguhnya Dialah (Allāh) telah mewasiatkan, menetapkan, mensyari’atkan, “Janganlah kalian menyembah kecuali kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
⇒ Di sini ada nafī’ dan itsbat
Nafī’ (peniadaan semua bentuk sesembahan), kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Rabbul ‘ālamīn. Dan setiap hari kita berkata, “Alhamdulillāhi Rabbil’ālamīn.”
Begitu kita berbicara:
أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ,
Maka di sini seorang muslim harus paham bahwa Allāh adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah.
Kita ingat dalam rangkaian firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
_”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”_
(QS. Al Fātihah: 5)
Kalimat: “Saya makan Roti.”
√ “Saya” adalah subjek
√ “Makan” adalah predikat
√ “Roti” adalah objek (diletakkan dibelakang).
Tapi perhatikan bagaimanakah tatkala Allāh Subhānahu wa Ta’āla menetapkan pada firman Allāh ini, ” Iyyāka (إِيَّاكَ)”.
Subhānallāh.
⇒ Di sini Allāh Subhānahu wa Ta’āla mendahulukan objeknya.
Kalau dalam susunan bahasa Indonesia ada istilah SPO (subjek, predikat, objek).
√ Subjek adalah pelaku.
√ Predikat adalah perbuatannya.
√ Objek adalah apa yang dikenai, dalam bahasa Arab disebut maf’ulun bih.
Kata Iyyāka (إِيَّاكَ) di sini adalah maf’ulun bih (objeknya) dan didahulukan, menunjukkan (ditekankan) bahwa Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah.
Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh.
Begitu kita berbicara,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ
Maka di sini seorang mukmin hendaknya memahami bahwasanya Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah.
Demikian semoga bermanfaat.
Apabila ada hal yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته