Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ > Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ (Bagian 02)

Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ (Bagian 02)

👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ

============================

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله, الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله, أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله. اللهم صلى و سلم و بارك على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين

Ikhwāh sekalian dan juga akhawāt rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Karena diminta untuk memberikan wasiat akhirnya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun memberikan wasiat.

Beliau mengatakan :

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عز وجل

“Aku wasiatkan kepada kalian dengan bertaqwa kepada Allāh.”

Ini adalah wasiat pertama yang diberikan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada para sahabat saat itu.

Dan ini adalah wasiat untuk kita semua, wasiat yang paling agung dan tidak ada wasiat yang lebih besar, yang lebih agung daripada wasiat ini (yaitu) wasiat untuk bertaqwa kepada Allāh ‘Azza wa Jalla.

Bertaqwa kepada Allāh adalah sebab kesuksesan kita di dunia dan akhirat, sebab kita mendapatkan seluruh kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Seluruh kebaikan di dunia dan akhirat adalah dengan sebab taqwa.

Oleh karena itu Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjadikan wasiat ini adalah wasiat yang pertama sebelum yang lain.

Dan inilah wasiat Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk orang-orang yang terdahulu dan juga orang-orang yang akan datang sebagaimana firman Allāh Azza wa Jalla:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan sungguh Kami (Allāh Subhānahu wa Ta’āla ) telah mewasiatkan kepada orang-orang ahlul kitāb sebelum kalian dan juga kalian (kaum muslimin), (أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ) supaya kalian bertaqwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla”

(QS. An-Nissā: 131)

Ini adalah wasiat Allāh Lilawwalina wal Akhirin, untuk orang-orang yang terdahulu dan juga yang akan datang.

Oleh karena itu didahulukan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebelum wasiat yang lain. Karena orang yang bertaqwa (sekali lagi) dia akan mendapatkan kebaikan di dunia dan juga di akhirat.

Diantara keutamaan bertaqwa diberikan dia jalan keluar dalam setiap permasalahan.

Allāh mengatakan:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allāh maka akan diberikan dia jalan keluar.”

(QS. Ath-Thalaq: 2)

Permasalahan apa saja, sepelik apapun kalau dia bertaqwa kepada Allāh maka akan Allāh berikan jalan keluar.

والله على كل شَيْءٍ قَدير

“Allāh Maha mampu untuk melakukan segala sesuatu”

Barang siapa yang ingin mendapatkan kemudahan di dalam setiap urusannya, urusan keluarganya, urusan kantornya, urusan masyarakatnya, maka hendaklah dia berpegang dengan taqwa kepada Allāh.

Dan taqwa adalah sebab seseorang mendapatkan rezeki dari arah yang tidak dia sangka, sebagaimana firman Allāh

وَمَن یَتَّقِ ٱللَّهَ یَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجࣰا ۞ وَیَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُۚ

“…Dan Allāh akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka.”

(QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Barang siapa yang ingin diberkahi rezekinya, diberikan rezeki dari arah yang tidak dia sangka, maka hendaklah dia berpegang dengan ketaqwaan. Dan Allāh menjanjikan bagi sebuah daerah, sebuah negeri yang mereka bertaqwa kepada Allāh maka Allāh akan membukakan berkah dari langit maupun dari bumi bagi negeri tersebut.

Sebagaimana firman Allāh ‘Azza wa Jalla:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Seandainya penduduk negeri mereka bertaqwa dan juga beriman niscaya Kami akan bukakan bagi mereka berkah-berkah dari langit maupun dari bumi”

(QS. Al-Arāf: 96)

⇒ Dan masih banyak disana keutamaan-keutamaan bertaqwa.

Demikian pula keselamatan seseorang di akhirat sebabnya adalah ketaqwaan yang dia miliki di dunia, mulai dari sakaratul maut (taqwa ini berpengaruh) dan masuk ke dalam alam kubur maka taqwa ini memiliki peran.

Ketika dia dibangkitkan, ketika dia dikumpulkan oleh Allāh ‘Azza wa Jalla, ketika dihisab, ketika dihitung timbangannya, ketika dia melewati jembatan diatas jahanam, maka semuanya akan kita lihat bahwasanya ketaqwaan disana sangat berpengaruh.

Allāh mengatakan:

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa kesuksesan keberuntungan”

(QS. An-Nabā’: 31)

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mereka di dalam surga-surga dan di dalam mata air-mata air”

(QS. Al-Hijr: 45)

Ini menunjukkan bahwasanya orang-orang yang bertaqwa, akan masuk ke dalam surga. Intinya kebaikan dunia dan akhirat didapatkan dengan taqwa.

Apa yang dimaksud dengan taqwa?

Para ulama telah memberikan definisi yang banyak tentang ketaqwaan. Dan definisi Taqwa yang banyak dipuji oleh para ulama adalah ucapan Thalq ibnu Habib ketika beliau mengatakan bahwasanya Taqwa adalah:

أن تعمل بطاعة الله علي نور من الله ترجو ثواب الله. و أن تترك معصية الله علي نور من الله تخاف عذاب الله

Yang dimaksud dengan taqwa yang kita sebutkan kebaikannya di dunia dan juga di akhirat adalah:

“Engkau mengamalkan ketaatan kepada Allāh menjalankan perintah, melakukan kewajiban, melakukan perkara yang mustahab diatas cahaya dari Allāh”

Diatas cahaya dari Allāh maksudnya dengan dalīl dari Al-Qur’ān maupun dari hadīts.

Engkau mengharap pahala dari Allāh berarti menjalankan perintah berdasarkan dalīl, kalau tidak berdasarkan dalīl maka bukan taqwa namanya.

Barang siapa mengamalkan sebuah amalan meskipun menurut manusia baik tetapi kalau tidak ada dalīlnya maka bukan termasuk taqwa.

Engkau mengharap pahala dari Allāh menjalankan perintah berdasarkan dalīl dan niatnya dalam hati adalah mengharapkan pahala.

Kalau niatnya bukan mengharapkan pahala dari Allāh berarti bukan taqwa, seperti orang yang beramal shālih tapi niatnya ingin pujian dari manusia, taqwa atau bukan?

Bukan taqwa !

Taqwa, menjalankan perintah berdasarkan dalīl kemudian dia mengharapkan pahala dari Allāh (yaitu) dia melakukannya dengan ikhlās.

Kemudian beliau mengatakan :

“dan engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allāh berdasarkan dalīl”

Tidak boleh seseorang mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allāh, ketika dia meninggalkan kemaksiatan maka harus berdasarkan dalīl juga. Yaitu mengetahui bahwasanya amalan ini diharamkan, maka dia tinggalkan atau amalan ini dimakruhkan maka dia tinggalkan karena itu makruh.

Tidak boleh seseorang mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allāh, mengatakan ini haram padahal tidak ada dalīl yang mengharamkan, maka ini bukan taqwa namanya. Taqwa adalah meninggalkan kemaksiatan dengan dalīl.

Kemudian yang ketiga,

تخاف عذاب الله

“Meninggalkan kemaksiatan tersebut karena takut dari azab Allāh”

Bukan karena malu kepada manusia atau supaya dikatakan sebagai orang yang shālih orang yang alim, karena dia tahu bahwasannya kelak akan ada adzab bagi orang yang melakukan kemaksiatan sehingga dia meninggalkan. Ini baru dikatakan sebagai taqwa. Kalau tidak demikian maka tidak dikatakan sebagai taqwa.

Ini menunjukkan bahwasanya orang yang ingin bertaqwa maka dia harus thalabul ‘ilm, maka dia harus belajar karena disebutkan tadi, melaksanakan perintah berdasarkan dalīl, meninggalkan larangan berdasarkan dalīl, berarti harus thalabul ‘ilmi, harus belajar.

Tidak mungkin seseorang bisa mewujudkan taqwa kepada Allāh kecuali apabila dia belajar agama.

Ini wasiat yang pertama yaitu wasiat bertaqwa dan banyak di dalam Al-Qur’ān, Allāh menyuruh orang-orang yang beriman untuk bertaqwa:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

(QS. Āli-Imrān: 102)

Dan Allāh mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ۞ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

(QS. Al-Ahzāb: 70-71)

Dan Allāh juga menyuruh manusia secara umum untuk bertaqwa kepada Allāh:

يَا أَيُّهَا الناس اتَّقُوا ربكم

“Wahai manusia, Bertaqwalah kepada Tuhan-mu….”

(QS. Al Hajj: 1)

Dan Allāh juga mengatakan Nabi-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ

“Wahai Nabi, hendaklah engkau bertaqwa kepada Allāh”

(QS. Al-Ahzāb: 1)

Kenapa? Karena dibalik taqwa ini ada kebaikan yang banyak di dunia maupun di akhirat.

Baik, itu adalah wasiat yang pertama.

Baik mungkin itu yang bisa kita sampaikan.

Wallāhu Ta’āla A’lam

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top