Halaqah 011 Perintah Menjauhi Thāghut (4)
🌍 BimbinganIslam.com
👤 Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab At-Tauhid
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh.
Di zaman sekarang pun banyak orang yang terkadang berlebihan tatkala datang ke kuburan (ziarah kubur).
Boleh seseorang ziarah kubur, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
_“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang dan mengingatkan kalian akan akhirat. Namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr) ketika berziarah.”_
(Hadīts riwayat Al Hākim no.1393, dishahīhkan Albāniy dalam Shahīh Al Jāmi’, 7584)
Hadīts ini menganjurkan untuk berziarah kubur, tetapi bagi mereka yang memiliki kebiasaan berziarah kubur secara rutin, khususnya wanita, maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarangnya.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan:
لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور
_”Allāh melaknat wanita yang sering berziarah kubur.”_
(Hadīts riwayat At Tirmidzī nomor 1056 Tirmidzī berkata: “Hadits ini hasan shahīh”)
Tatkala kita hendak ziarah kubur hendaknya kita berziarah kubur dengan benar, jangan sampai berlebihan apalagi sampai meminta kepada pemilik kubur.
Karena pemilik kubur, sesungguhnya dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Untuk dirinya sendiri saja tidak bisa apalagi untuk orang lain.
Maka untuk orang yang sudah meninggal dunia kewajiban bagi mereka yang masih hidup adalah mewudhū’kannya, memandikannya, mengkafaninya dan menyolatinya dan menguburkannya.
Karena sesungguhnya mereka (orang-orang yang sudah meninggal dunia) tidak bisa berbuat apa-apa.
Kata: الطّاغوت ( thāghūt) pada pembahasan yang lewat telah kita sampaikan juga (yaitu) para dukun yang kedatangan para jinn.
⇒ Para dukun, yang datang kepada mereka adalah para syaithān.
√ Para dukun ini “ketamonan” (kedatangan tamu), siapakah yang menjadi shahibul baitnya? Yaitu dukun.
√ Siapakah tamunya? Yaitu syaithān
⇒ Dan syaithān mencuri berita dari langit.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan salah satu tujuan menciptakan bintang.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَجَعَلْنَـٰهَا رُجُومًۭا لِّلشَّيَـٰطِين
_”Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar kepada syaithān.”_
(QS Al Mulk: 5)
Maka seorang mukmin hendaknya paham bahwasanya dukun tatkala mereka membawakan suatu berita, berita tersebut diambil dari langit yang dicuri oleh syaithān.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan setiap kali ada berita kebenaran maka syaithān menghiasinya dengan seratus kedustaan.
Dan Allāh menyebutkan:
وَجَعَلْنَـٰهَا رُجُومًۭا لِّلشَّيَـٰطِين
_Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithān (yang hendak mencuri berita dari langit)._
Bahkan jinn (mereka) mengatakan:
فَمَن يَسْتَمِعِ ٱلْـَٔانَ يَجِدْ لَهُۥ شِهَابًۭا رَّصَدًۭا
_”Barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”_
(QS Al Jinn: 9)
Tentunya bisa jadi dua hal:
⑴ Jinn atau syaithān mencuri berita dari langit dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla kirimkan bintang yang sangat panas dan mereka terkena bintang tersebut sebelum mereka memindahkan berita kepada syaithān yang berada di bawahnya.
⑵ Bisa jadi syaithān terkena lemparan bintang, tapi sebelum lemparan bintang mengenainya dia telah berhasil menyampaikan berita kepada syaithān yang berada di bawahnya dan terakhir sampai kepada para dukun.
Tapi yang harus kita ingat, apabila ada berita kebenaran maka syaithān akan menghiasi dengan seratus kedustaan.
Sesungguhnya para jinn adalah para pendusta.
Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh.
Pada pertemuan lalu telah kita sampaikan bahwasanya tatkala jinn (syaithān) mencuri berita dari langit mereka “punji-punjian” (saling menggendong satu sama lain) dari bawah sampai ke atas.
Demikian semoga bermanfaat.
Apabila ada hal yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
نحتفظ بهذا القدر
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته