Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 010: Perintah Menjauhi Thāghut (3)

Halaqah 010: Perintah Menjauhi Thāghut (3)


🌍 BimbinganIslam.com
👤 Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab At-Tauhid

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما

Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh.

Syukur kita kehadirat Allāh atas nikmat dan karunia-Nya.

Kesempatan yang baik untuk bisa kembali pada Silsilah Tauhīd.

Nikmat dan karunia tersendiri tatkala kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla suatu kesempatan untuk meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan ini merupakan seruan para rasūl.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ ۖ

_Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasūl pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allāh (saja) dan jauhilah thāghūt itu.”_

(QS An Nahl: 36)

Pada pembahasan yang lalu telah kita sampaikan beberapa arti terkait dengan pengertian thāghūt.

Di antaranya adalah:

كل ما عبد من دون الله

_”Segala sesuatu yang disembah selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_

Thāghūt berasal dari kata thugyan atau taghā yang artinya “melewati batas”.

Pada pembahasan yang lalu telah disampaikan salah satu di antara arti thāghūt yaitu al matbu’ (yang diikuti) Siapa saja yang diikuti, bisa jadi mereka adalah para tukang ramal, para tukang sihir, ulamā yang buruk.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

_Sesungguhnya Allāh tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allāh mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulamā, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain._

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri)

Thāghūt juga bisa memiliki arti alma’bud, sesuatu yang disembah, bisa juga al ashnām.

Dan Nabi Ibrāhīm alayhissallām berdo’a kepada Allāh:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

_”Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah al ashnām (berhala-berhala).”_

(QS. Ibrāhīm: 35)

Al ashnām (ٱلْأَصْنَامَ) adalah jamak dari shānam (patung) dan tentunya patung yang berbentuk manusia atau hewan.

Adapun watsan, sesuatu yang disembah selain Allāh tetapi tidak berbentuk hewan atau manusia tetapi bisa jadi berupa pohon, kuburan, batu besar.

Maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan:

اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ

_”Yā Allāh ! Janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai watsan (berhala) yang disembah.”_

Nabi tidak menyebutkan,

اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي صنما يُعْبَدُ

_”Yā Allāh ! Janganlah Engkau jadikan kuburku shānam (patung) yang disembah.”_

Tidak! Tapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan ”Yā Allāh ! Janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala (watsan) yang disembah.” Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengkhawatirkannya.

Demikian semoga bermanfaat.

نحتفظ بهذا القدر

Apabila ada yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top