Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 008: Perintah Menjauhi Thāghut

Halaqah 008: Perintah Menjauhi Thāghut


🌍 BimbinganIslam.com
👤 Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab At-Tauhid

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan:

أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ

“Sembahlah Allāh (saja) dan jauhilah Thāghūt itu.”

(QS. Al Nahl: 36)

Begitu seseorang berbicara (menjauh) maka di sinilah seorang mukmin harus paham bahwasanya di dalam agama ini, ada dua hal dan tidak ada pilihan ketiga.

√ Halal dan haram.
√ Larangan dan perintah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَـٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?”

(QS. Al Qiyāmah: 36)

Imam Asy-Syāfi’i rahimahullāh, beliau mengomentari firman Allāh di atas.

Beliau berkata: “Apakah dia tidak diperintah dan tidak dilarang? ”

Tidak! Kehidupan ini, kalau tidak ada larangan berarti terdapat perintah, bila tidak ada perintah berarti ada larangan, di balik semua larangan terkandung manfaat di dalamnya, begitu pula di balik perintah pastinya ada maslahah di dalamnya.

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan di sini, وَٱجْتَنِبُوا۟. Yang pertama أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ, Ini adalah perintah, “Sembahlah Allāh !, berikutnya datanglah larangan.

Apa larangannya?

Larangannya وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ dan jauhilah thāghūt.

⇒ Yang dimaksud thāghūt adalah segala sesuatu yang disembah selain Allāh.

Dikatakan di antara arti thāghūt adalah apa yang diikuti, orang yang diikuti bisa jadi al kuhān.

Ada seorang alim memberikan penjelasan yang dimaksud thāghūt adalah para dukun yang didatangi oleh para syaithān.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Sesungguhnya para dukun itu memiliki pasukan, pasukannya adalah para syaithān, para jinn, mereka selalu berusaha mencari berita dari langit.

Dikatakan mereka adalah para jinn yang senantiasa gendong-gendongan sampai langit untuk mencuri berita, begitu dia berhasil mendapatkan berita, maka dia akan memberikan berita tersebut kepada jinn dibawahnya lalu sampailah pada jinn yang terakhir dan jinn yang terakhir akan menyampaikan kepada dukun.

Dan Allāh menyebutkan di dalam Al Qurān sehingga salah satu yang disebutkan di dalam Al Qurān.

Jinn berkata,

وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابٗا رَّصَدٗا

“Dan sesungguhnya kami (jinn) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”

(QS. Al Jinn: 9)

⇒ Dan di sinilah salah satu manfaat bintang

Kenapa Allāh menciptakan bintang?

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan,

وَلَقَدْ زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِمَصَـٰبِيحَ وَجَعَلْنَـٰهَا رُجُومًۭا لِّلشَّيَـٰطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ ٱلسَّعِيرِ

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithān dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”

(QS. Al Mulk: 5)

Ada dua kemungkinan:

⑴ Tatkala jinn atau syaithān mencuri berita dari langit, maka Allāh melemparkan bintang dengan bintang tersebut terlempar maka jinn akan kena, sehingga gagallah berita yang akan tersebar di muka bumi.

Kenapa gagal?

Karena sebelum jinn menyampaikan berita kepada yang ada di bawahnya, jinn tersebut telah terkena lemparan bintang.

⑵ Bisa jadi lemparan tersebut tidak kena, bisa saja Allāh memerintahkan malāikat melempar bintang kepada para pencuri (jinn) yang hendak mengambil berita dari langit.

Dalam artian dia kena tetapi sebelum dia kena, jinn di atasnya sudah mampu menyampaikan berita kepada jinn yang ada di bawahnya.

Sehingga terkadang (maaf) berita yang datang dari dukun itu benar, tapi ingat bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

“Jika ada suatu berita kebenaran maka syaithān menghiasinya dengan seratus berita kedustaan.”

Maka berita yang datang dari dukun itu tidak benar, jika ada yang benarpun, maka tidak ada 1 persennya.

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, ada yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih kami ucapkan kepada sahahat BiAS semoga lain waktu kita bisa bersua kembali.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top