Telah Datang Bulan Ramadhan (06)
🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kajian Tematik | Ramadhan
📝 Menyambut Bulan Ramadhan
〰〰〰〰〰〰〰
*TELAH DATANG BULAN RAMADHĀN (6)*
بسم اللّه
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد
Para pendengar dan pemirsa rahīmakumullāh.
Beberapa hari lagi kita akan berjumpa dengan bulan Ramadhān, bulan mulia dan bulan yang penuh dengan keberkahan.
Untuk seluruh kaum mukminin dan muslimin, Allāh dan Rasūl-Nya memotivasi untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri (bertaqarrub) kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita selaku muslim, mukmin menyambut bulan Ramadhān dengan gembira.
Dan sudah lewat beberapa hadīts yang berkaitan dengan masalah ini pada pertemuan sebelumnya. Di antaranya adalah hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu di dalam Musnad Imam Ahmad, Jami’ At Tirmidzī dan yang lainnya.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ
_“Telah datang kepada kalian Ramadhān, bulan yang diberkahi. Allāh mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu Surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup, syaithan-syaithan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”_
Jadi secara umum ketika kita menghadapi satu moment ibadah maka ada tiga hal yang harus kita pikirkan.
⑴ Apa yang harus kita persiapkan dalam menghadapi ibadah tersebut.
⑵ Apa yang kita lakukan ketika beribadah.
⑶ Apa yang harus kita pertahankan dan lestarikan sesudah ibadah tersebut.
*Bagaimana Seorang Muslim Memasuki Bulan Ramadhān ?*
⑴ Memperbanyak do’a
Secara umum adalah memperbanyak do’a. Berdo’alah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla agar kita dipertemukan dengan bulan Ramadhān.
Saat ini kita berada di bulan Sya’bān, akan tetapi belum tentu kita bisa masuk kepada bulan Ramadhān, karena usia dan ajal hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang tahu.
Oleh karena itu berdo’alah! Minta kepada Allāh agar kita diberikan panjang umur dan kemudahan untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhān.
Diriwayatkan dari Ma’la bin Fadhl (salah satu ulama tābi’in) sebagaimana disebutkan dalam kitāb Lathaif Al Ma’arif karya Al Hafizh Ibnu Rajab bin Hambali. Beliau mengatakan:
كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان، ثم يدعونه ستة أشهر أخرى أن يتقبل منهم
_”Dahulu para sahabat radhiyallāhu ‘anhum enam bulan sebelum datang Ramadhān mereka berdo’a kepada Allāh agar Allāh pertemukan mereka dengan Ramadhān. Kemudian enam bulan setelah Ramadhān mereka berdo’a agar Allāh menerima amalan mereka di bulan Ramadhān tersebut.”_
Bayangkan dahulu para sahabat enam bulan sebelum Ramadhān, mereka sudah berdo’a supaya bisa mendapatkan bulan Ramadhān.
Jadi satu tahun itu penuh dengan do’a, do’a memohon kebaikan di bulan Ramadhān dan do’a agar amalan-amalan shālih mereka di terima oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kalau kita perhatikan terhadap diri kita sendiri, kita instropeksi, ada di antara kaum muslimin yang bahkan esok harinya sudah bulan Ramadhān dia masih belum sadar dan belum tahu apakah besok bulan Ramadhān atau bukan.
Karena kesibukannya dengan urusan dunia sampai tidak mengetahui kapan Ramadhān tiba. Ada di antara kaum muslimin yang demikian, Lā haula wa lā quwata ilā billāh.
Dan di antara do’a yang diriwayatkan oleh para dalaf di antara oleh Imam Yahya bin Abī Katsīr dan disebutkan oleh Ibnu Rajab di dalam Lathaiful Al Ma’arif,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِيْ إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـيْ رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِيْ مُتَقَبَّلاً
_“Yā Allāh, antarkanlah aku hingga sampai kepada bulan Ramadhān dan antarkanlah Ramadhān kepadaku dan terimalah amalan-amalanku di bulan Ramadhān.”_
⑵ Memperbanyak Istighfār
Memperbanyak ampunan kepada Allāh, karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit hati. dan dosa juga maksiat adalah noda hitam bagi hati.
Dalam satu hadīts riwayat At Tirmidzī dan yang lainnya, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ : ( كلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ )
_Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan perbuatan dosa maka akan tertitik dalam hatinya noda hitam, jika ia menghilangkannya dan memohon ampun, dan di ampuni, maka hatinya itu dibersihkan._
_Jika ia melakukan kelasahan lagi, maka bintik hitam itu akan ditambah sehingga bisa menutupi hatinya. Dan itu adalah ar rān yang Allāh sebutkan dalam surat Muthafifin (“Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan telah menutupi hati mereka”)._
Jadi maksiat sangat berbahaya bisa menjadikan hati sangat hitam dan kalau sudah hitam nasehat apapun sulit untuk diterima. (wal’iyadzubillāh)
Sehingga bertaubatlah, beristighfārlah kepada Allāh. Dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun menjanjikan sebagaimana disebutkan dalam satu hadīts shahīh dari Ibnu Mājah
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
_”Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa seperti orang yang tidak melakukan dosa.”_
(Hadīts shahīh riwayat Ibnu Mājah nomor 4250)
⑶ Mulai untuk melakukan kebaikan-kebaikan
Seperti memulai untuk membaca Al Qur’ān, memperbanyak puasa-puasa sunnah, jika hal ini sudah dilakukan, In syā Allāh ketika masuk Ramadhān kita sudah terbiasa.
⑷ Ramadhān momen untuk berubah menjadi lebih baik
Jadikan Ramadhān sebagai momen dan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, sehingga kita harus memiliki target:
“Ramadhān tahun ini harus merubah diri kita menjadi lebih baik.”
Allāh akan memberikan taufīq kepada orang yang bersungguh-sungguh di jalannya.
Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam Shahīh Al Bukhāri dan Muslim, “Apabila Ramadhān telah tiba maka dibukakan pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu Neraka dan syaithan-syaithan di belenggu.”
Jadi momen Ramadhān ini, Allāh akan mudahkan seseorang untuk bertaubat dan taat kepada-Nya.
Jika di bulan Ramadhān hati seseorang tidak tergerak untuk taubat dan taat, lalu kapan hatinya akan tergerak? Kapan seseorang akan bertaubat dan istighfār?
Jadi bulan Ramadhan adalam momentum untuk merubah diri untuk semakin baik, jika sudah baik dipertahankan kebaikannya, dan ibadah-ibadah yang lainnya.
⑸ Pahami, pelajari tentang fiqih Ramadhān
Mempelajari fiqih dan hukum-hukum di Ramadhān baik dengan menghadiri majelis taklim secara langsung atau melalui media seperti ini. Karena ilmu itu sangat bermanfaat. Dan kita diperintahkan oleh Allāh dan Rasūl-nya untuk menuntut ilmu syar’i.
Ilmu itu sebelum seseorang berucap dan beramal, sebagaimana perkataan Imam Al Bukhāri.
العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ
_”Ilmu itu harus didahulukan sebelum kita berbicara dan beramal.”_
Karena berbicara atau beramal tanpa ilmu berbahaya, berbicara atau beramal tanpa dalīl berbahaya. Sementara ilmu akan membuat kita semakin yakin dengan pembicaraan dan amal yang akan kita lakukan.
Demikian semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______________