🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi
(Fiqih Mendidik atau Membimbing Anak-anak dan Sebagian Nasehat para Dokter dalam hal ini)
📝 Syaikh Musthafa Al Adawi
~~~~~~~~~~~~
*APA YANG DILAKUKAN KETIKA BAYI LAHIR ?*
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ
Ma’asyiral muslimin yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kita lanjutkan pembahasan kita ke-17 kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.
Dan pada pertemuan ini kita akan membahas sub judul: “Apa yang dilakukan ketika bayi baru lahir?”
Jadilah kita orang yang ridhā (sebagai hamba Allāh) atas segala karunia yang Allāh berikan kepada kita, baik anak yang dilahirkan itu laki-laki atau perempuan, karena semua yang memberikan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Allāh lah Yang Maha Memberi Karunia.
Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
يَهَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَٰثٗا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ۞ أَوۡ يُزَوِّجُهُمۡ ذُكۡرَانٗا وَإِنَٰثٗاۖ وَيَجۡعَلُ مَن يَشَآءُ عَقِيمًاۚ إِنَّهُۥ عَلِيمٞ قَدِيرٞ۞
_”Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.”_
(QS. Asy Syūrā: 49-50)
Kita tidak tahu mana yang baik untuk kita?
Apakah yang baik adalah anak laki-laki atau anak perempuan, atau anak laki-laki dan perempuan atau bahkan Allāh belum mengkaruniakan keturunan untuk kita.
Kita tidak tahu, hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang Maha Mengetahui.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ لَا تَدۡرُونَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ لَكُمۡ نَفۡعٗاۚ
_“(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu.”_
(QS. An Nissā’: 11)
Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
_”Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allāh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”_
(QS. Al-Baqarah: 216)
Betapa banyak anak perempuan yang menjadi sebab kebahagiaan kedua orang tuanya dan semua kerabatnya di dunia dan akhirat, dan betapa banyak anak laki-laki yang menjadi sebab kesengsaraan kedua orang tuanya, (na’ūdzubillāhi min dzālik).
Kita lihat contoh!
√ Maryam (ibunda Nabi Īsā alayhissallām) dilahirkan dari keluarga Imrān.
√ Fāthimah (puteri Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam).
Lihatlah!
√ Maryam ‘alayhāssallām melahirkan seorang nabi yang termasuk keturunan orang-orang shālih.
√ Fāthimah setelah dewasa dan menikah dengan Āli bin Abī Thālib, beliau melahirkan dua orang anak yang menjadi pemimpin para pemuda penghuni Surga.
Pantaskah jika Maryam dan Fāthimah dibandingkan dengan putera Nūh alayhissallām, seorang anak laki-laki yang terus menerus berada di dalam kekāfiran hingga dia mati dalam keadaan kāfir?
Tentu tidak bisa dibandingkan.
Fāthimah puteri Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam lebih baik daripada putera nabi Nūh alayhissallām, Fāthimah dan Maryam adalah wanita penghuni Surga.
Sedangkan putera Nabi Nūh alayhissallām, ketika diajak oleh bapaknya (Nabi Nūh alayhissallām) untuk beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla di tetap bertahan di atas kekufurannya dan akhirnya mati (tenggelam) dalam keadaan kufur (na’ūdzubillāhi min dzālik).
Inilah seorang anak yang jika ia hidup, niscaya akan mendorong kedua orang tuanya menjadi sesat lagi kāfir.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَأَمَّا ٱلۡغُلَٰمُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ فَخَشِينَآ أَن يُرۡهِقَهُمَا طُغۡيَٰنٗا وَكُفۡرٗا
_”Dan adapun anak muda (kāfir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekāfiran.”_
(QS. Al Kahfi: 80)
Jadi, tidak selalu anak laki-laki pasti baik dan sebaliknya tidak selalu anak perempuan pasti buruk.
Sungguh, di dalam mendidik dan berbuat baik kepada anak perempuan terdapat pahala yang sangat besar.
Sebagaimana hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dari Āisyah radhiyallāhā ta’āla ‘anhu.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِي فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ” مَنِ ابْتُلِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّا
_Seorang ibu bersama kedua puterinya datang kepadaku, ia meminta sesuatu kepadaku akan tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa di sisiku kecuali satu butir kurma, kemudian aku memberikannya dan dia pun mengambilnya dariku, lalu membaginya kepada kedua puterinya sedangkan dia sama sekali tidak makan. Setelah itu dia berdiri dan keluar bersama puterinya. Lalu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam datang dan aku menceritakan. peristiwa tersebut. Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa diberi cobaan dengan anak-anak perempuan, lalu dia memperlakukan mereka dengan baik, maka anak perempuan itu menjadi tameng /tirai yang menghalangi dirinya dari Neraka.”_
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2629)
Ini keutamaan anak perempuan yang terkadang dimasyarakat, khususnya zaman dulu masyarakat jāhilīyyah, mereka sangat benci jika memiliki anak perempuan dan bangga jika memilik anak laki-laki.
Di dalam riwayat Muslim hadīts dari Āisyah radhiyallāhā ta’āla ‘anhu, dia berkata:
جَاءَتْنِي مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِي كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِي شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِي صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ ” إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ
_Seorang ibu miskin datang kepadaku bersama kedua anak perempuannya, lalu aku memberikannya tiga butir kurma. Sang ibu memberikan satu butir untuk masing-masing anaknya, lalu dia mengangkat satu butir kurma kemulutnya, tiba-tiba saja kedua anaknya meminta lagi, kemudian sang ibu membelah kurma yang akan dia makan menjadi dua bagian untuk keduanya. Kejadian ini sangat menakjubkanku sehingga aku menceritakan apa yang ia perbuat kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allāh telah menetapkan Surga baginya karena apa yang telah ia perbuat atau Dia memerdekakannya dari siksa Neraka.”_
(Hārits shahīh riwayat Muslim nomor 2630)
Di dalam Shahīh Muslim pula dari hadīts Anas bin Mālik radhiyallāhu ta’āla ‘anhu ia berkata, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ, وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
_”Siapa saja yang mengurus dua anak perempuan sampai keduanya bāligh, maka dia akan datang pada hari kiamat bersamaku (seperti ini).” Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) menggabungkan jari jemarinya._
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2631)
Ini barangkali yang bisa disampaikan untuk pertemuan ke-17 ini, in syā Allāh kita lanjutkan pada halaqah berikutnya masih berkaitan dengan masalah ini.
Allahu A’lam Bishawāb
Demikian, semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________________________