Halaqah 10 | Pengaruh Keshalehan dan Perbuatan Baik Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak (Bagian 01)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi
(Fiqih Mendidik atau Membimbing Anak-anak dan Sebagian Nasehat para Dokter dalam hal ini)
📝 Syaikh Musthafa Al Adawi
~~~~~~~~~~~~

PENGARUH KEBAIKAN DAN PERBUATAN BAIK (KESHĀLIHAN) KEDUA ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK BAGIAN PERTAMA

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ

Ma’asyiral musta’mi’in wa rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Kita lanjutkan pembahasan kita ke-10 dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pertemuan yang lalu telah kita membahas tentang larangan mendo’akan buruk atau jelek kepada anak-anak kita dan ini telah kita jelaskan pada pertemuan yang lalu.

Pada pertemuan kali ini, kita akan membawakan pembahasan penulis yaitu Pengaruh baik keshālihan kedua orang tua dan amalan shālih mereka terhadap pendidikan anak-anak.

Pendengar rahīmakumullāh.

Keshālihan orang tua dan amal shālih mereka berdua memiliki dampak (pengaruh) yang sangat besar terhadap keshālihan anak-anak dan sangat berpengaruh terhadap manfaat kehidupan anak-anak kelak di dunia ketika mereka dewasa bahkan ketika mereka sudah meninggal di akhirat kelak (in syā Allāh).

Sebaliknya para pendengar rahīmakumullāh. Amalan-amalan buruk orang tua (dosa-dosa orang tua atau maksiat yang dilakukan orang tua) memiliki dampak yang sangat buruk (negatif) terhadap pendidikan anak.

Dan tentunya dampak ini muncul (baik dampak positif) akibat dari perbuatan shālih kedua orang tua akan membuat anak menjadi shālih juga, sebaliknya dampak negatif (akibat maksiat orang tua) berdampak buruk pula pada anak.

Ini bisa kita lihat karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyukai dan memberkahi amal-amal shālih dan karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla membalas amal shālih dengan balasan yang baik sebagaimana amalan-amalan buruk (maksiat) Allāh tidak menyukainya dan Allāh akan membalasnya dengan balasan yang buruk juga.

Oleh karena itu jelas dampak atau pengaruh perbuatan orang tua jika itu baik maka akan berakibat baik untuk anak-anaknya. Jika perbuatan orang tua buruk (selalu bermaksiat) maka akan berpengaruh buruk terhadap anak-anaknya.

Oleh karena itu wahai orang tua perbanyaklah amal-amal shālih, maka in syā Allāh dampak positifnya akan dirasakan, akan Allāh berikan kepada anak-anak kita.

Dampak positif bagi anak-anak yang in syā Allāh orang tuanya shālih bisa berupa (misalnya);

√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan menjaganya.
√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan menjamin rejeki anak-anak tersebut dimasa depannya.
√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan membuat mereka senantiasa sehat wal’afiat.

Begitu pun dampak negatif akibat berbuatan orang tua yang suka bermaksiat bisa dirasakan oleh anak-anak mereka (misalnya);

√ Anak menjadi anak yang durhaka.
√ Rejeki anak tersebut susah.
√ Banyak musibah yang akan menimpa anak-anaknya.
√ Banyak penyakit yang akan diderita oleh anak-anaknya.

Oleh karena itu wahai orang tua, wahai ayah, wahai ibu.

Perbanyaklah beramal shālih, in syā Allāh akan kita rasakan jika kita selaku orang tua beramal shālih, maka dampak positifnya akan kita rasakan.

Dan ini bisa kita lihat dalīlnya di dalam surat Al Kahfi ayat 82. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua dan ayahnya seorang yang shālih. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.”

(QS Al Kahfi: 82)

⇒ Yang perlu digaris bawahi وَكَانَ أَبُوهُمَا bahwanya kedua orang tua mereka adalah orang tua yang shālih.

Dan ini merupakan kisah antara nabi Mūsā dan nabi Khidir ‘alay (kisahnya bisa dilihat dalam surat Al Kahfi mulai kurang lebih ayat ke-70 sampai ayat ke-82) di situ di antara percakapan antara nabi Mūsā dan nabi Khidir ‘alayhumassallām.

Mereka berdua melewati satu perkampungan (negeri) lalu mereka berdua meminta kepada penduduk daerah tersebut jamuan sebagaimana layaknya seorang tamu kepada penduduk negeri tersebut, akan tetapi mereka menolaknya.

Kemudian mereka berdua berjalan dan mereka mendapati dikampung (negeri) tersebut rumah yang hampir roboh temboknya kemudian nabi Khidir ‘alayhissallām menegakkan kembali rumah tersebut

Kemudian nabi Mūsā alayhissallām bertanya, “Untuk apa engkau memperbaiki (menegakkan) rumah yang sudah hampir roboh ini ?”

Lalu nabi Khidir menjawab:

“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua dan ayahnya seorang yang shālih. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu”

Maka perhatikanlah, para pendengar rahīmakumullāh.

Bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjaga harta anak yatim dan perbendaharaan harta mereka dengan sebab keshalehan kedua orang tua mereka (padahal rumah tersebut sudah hancur akan tetapi harta mereka tetap tersimpan).

Sehingga tidak mungkin kita berprasangka atau mengira bahwasanya bapak mereka orang yang tukang maksiat, karena Allāh menjaga harta dari orang yang shālih (orang yang baik) sehingga dampak positif dari keshālihan orang tua baik bapak atau ibu dirasakan oleh anak-anak mereka.

Oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta’āla terus jaga hartanya sampai anak tersebut dewasa dan menemukan kembali peninggalan harta orang tuanya.

Ini dalīl yang sangat jelas bahwa keshālihan orang tua berdampak positif terhadap anak-anak mereka.

Demikian halaqah yang ke-10 ini, mudah-mudahan bermanfaat, in syā Allāh kita lanjutkan pada halaqah berikutnya yang masih menjelaskan masalah ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________