🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi
(Fiqih Mendidik atau Membimbing Anak-anak dan Sebagian Nasehat para Dokter dalam hal ini)
📝 Syaikh Musthafa Al Adawi
〰〰〰〰〰〰〰
*YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK HANYALAH ALLĀH*
بسم اللّه الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، ولا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا باللَّهِ، أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin rahimakumullāh.
Pada kesempatan kali (pertemuan ke-2) ini kita akan kembali melanjutkan pembahasan awal kitāb tentang pendidikan anak dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nasha’ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh.
Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh membawakan sub judul: الهادي هو الله ، والمهتدي من هداه الله , “Yang Maha memberikan petunjuk hanyalah Allāh dan orang yang mendapatkan petunjuk adalah siapa yang Allāh berikan hidayah atau petunjuk itu sendiri”
Maka ketahuilah wahai Ayah, wahai Ibu, dengan pengetahuan yang baik dan yakinlah dengan keyakinan yang sempurna bahwasanya benar-benar yang memberikan petunjuk itu adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Allāh sajalah yang memberikan hidayah kepada kita dan juga anak-anak kita. Seandainya kita berusaha mendidik anak-anak kita dan mereka tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang shālih dan shālihah, maka semua itu semata-mata karena petunjuk dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Karena Allāh lah yang yang Maha memberikan petunjuk, sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkehendak untuk menyesatkan seorang hamba (na’ūdzu billāhi), maka tidak ada yang bisa memberikannya petunjuk.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman dalam surat Al ‘Arāf ayat 178:
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
_”Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allāh, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan Allāh, maka merekalah orang-orang yang rugi.”_
Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman dalam surat Fāthir ayat 8:
فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ
_”Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.”_
Allāh Subhānahu wa Ta’āla pun berfirman di dalam surat As Sajdah ayat 13:
وَلَوْ شِئْنَا لَآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا
_”Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi) nya.”_
Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman di dalam surat Yūnus ayat 99:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا
_”Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya.”_
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman dalam surat An Nūr ayat 35:
يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ
_”Allāh memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki.”_
Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman dalam surat An Nūr ayat 46:
وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
_”Dan Allah memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”_
Kemudian juga didalam surat Al An’ām ayat 149, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ ۖ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ
_Katakanlah (wahai Muhammad), “Alasan yang kuat hanya pada Allāh. Maka kalau Dia menghendaki, niscaya kamu semua mendapat petunjuk.”_
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman tentang perkataan Nabi Nūh ‘alayhissallām sebagaimana di dalam surat Hūd ayat 34.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ ۚ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
_”Dan nasihatku tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin memberi nasihat kepadamu, kalau Allāh hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”_
Dan juga perhatikan perkataan Nabi Īsā ‘alayhissallām, sebagiamana di dalam surat Maryam 30 sampai 32, Allāh katakan tentang perkataan nabi Īsā ‘alayhissallām:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ۞ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۞ وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
_Dia (Īsā) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allāh , Dia memberiku Kitāb (Injīl ) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalāt dan (menunaikan) zakāt selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”_
Maka perhatikan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di atas (QS Maryam 30-32), Allāh Subhānahu wa Ta’āla katakan tentang perkataan Nabi Īsā ‘alayhissallām:
⑴ Sesungguhnya aku hamba Allāh, Allāh memberiku Kitāb (Injīl), Allāh jadikan aku nabi.
⑵ Allāh menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada
⑶ Allāh tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Yang melakukan ini semua tentunya Allāh Subhānahu wa Ta’āla, padahal Nabi Īsā ‘alayhissallām ketika itu masih digendong oleh ibunya (Maryam).
Jadi kesimpulannya, Allāh lah yang Maha memberikan petunjuk sebagiamana Allāh pula yang memberikan kesesatan jika Allāh berkendak.
Dan lihat pula kebalikannya.
Firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam surat Al Ahqāf ayat 17 dan 18, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman tentang anak yang celaka (durhaka) kepada kedua orang tuanya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ ۞ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ
_Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya ‘ah’, “Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan (dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu?” Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allāh (seraya berkata), “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allāh itu benar.” Lalu dia (anak itu) berkata, “Ini hanyalah dongeng orang-orang dahulu.”_
_Mereka itu orang-orang yang telah pasti terkena ketetapan (adzāb) bersama umat-umat dahulu sebelum mereka, dari (golongan) jin dan manusia. Mereka adalah orang-orang yang rugi._
√ Siapa yang menyesatkannya?
√ Siapa yang membuatnya menyimpang?
Padahal kedua orang tuanya beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Maka kita berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
_”Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama Mu.”_
(Hadīts shahīh riwayat At Tirmidzī nomor 3522)
اَللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ، صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
_”Yā Allāh, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu.”_
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2654)
Demikian.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________