Halaqah 024 : Surat Al-Am’am Ayat 151-153 (4)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab At-Tauhid
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله, قال الله تعالى في كتاب الكريم, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

وفي المغني لابن هشام في قوله تعالى: (أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً) سبعة أقوال، أحسنها: هذا الذي ذكره ابن كثير، ويليه: بين لكم ذلك لئلا تشركوا، فحذفت الجملة من أحدهما، وهى (وَصَّاكُمْ) وحرف الجر وما قبله من الأخرى.

Dikatakan di dalam kitāb Al-Mughi miliknya Ibnu Hisyam [dan di sini adalah Abdullāh Ibnu Yūsuf Al Anshāriy Al-Hambali orang yang pintar dalam perkara ilmu bahasa].

Dalam firman Allāh: “Janganlah kalian menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun”. Maka di sana ada 7 penjelasan dan yang paling baik yaitu apa yang disampaikan oleh Ibnu Katsīr, yaitu perintah Allāh kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk orang-orang musyrik yang menyembah kepada selain Allāh dan yang berikutnya adalah yang lebih jelas bagi kalian yaitu, agar kalian tidka menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Maka disini kita sebagai seorang hamba memiliki kewajiban untuk menyembah Allāh dan meninggalkan semua bentuk syirik.

ولهذا إذا سئلوا عما يقول لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم قالوا: يقول اعبدوا الله ولا تشركوا به شيئاً، واتركوا ما يقول آباؤكم كما قال أبو سفيان، لهرقل وهذا هو الذي فهمه أبو سفيان وغيره من قول رسول الله صلى الله عليه وسلم لهم قولوا لا اله إلا الله تفلحوا.

Oleh karenanya, jika ditanyakan kepada mereka, “Apa yang dikatakan Rasūl ?” Maka mereka berkata, “Yang dikatakan Rasūl adalah sembahlah Allāh dan janganlah kalian menyekutukan kepadanya dengan sesuatu apapun, tinggalkanlah apa yang dikatakan oleh bapak kalian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abū Sufyan kepada Heraqlius.

Dan inilah yang dipahami oleh Abū Sufyan dan yang lainnya, yaitu apa yang dikatakan Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk mereka, “Hendaknya kalian mengatakan ‘Lā ilāha illallāh, niscaya akan jaya”.

Padahal Abū Sufyan pada kekufurannya. Subhānallāh. Abū Sufyan adalah pemuka Quraisy, Abū Sufyan di depan Herakel dengan penterjemah.

Abū Sufyan mengatakan apa yang dikatakan Rasūl padahal Abū Sufyan benci sama Rasūl tapi Abū Sufyan berlaku jujur karena sesungguhnya Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengajarkan tauhīd dan memerintahkan kepada pengikutnya agar menjauhi semua bentuk kemusyrikan.

Yaitu apa yang dikatakan Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk mereka, “Hendaknya kalian mengatakan ‘Lā ilāha illallāh, niscaya akan jaya”.

Katakanlah tauhīd,” Hendaklah kalian mengatakan ‘Lā ilāha illallāh niscaya kalian akan jaya niscaya kalian akan menjadi orang yang sukses.

وقوله: (وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً) قال القرطبي: الإحسان إلى الوالدين برهما وحفظهما وصيانتهما وامتثال أمرهما، وإزالة الرق عنهما، وترك السلطنة عليهما، و(إِحْسَاناً) نصب على المصدرية، وناصبه فعل من لفظه تقديره: وأحسنوا بالوالدين إحساناً.

Yaitu pada firman Allāh وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا. Al-Qurthubi memberikan penjelasan yaitu kita sebagai seorang anak punya kewajiban untuk berbuat Al-Ihsān.

Māsyā Allāh.

Allāh firmankan :

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ [الرحمن : 60]

“Bukankah kebaikan itu balasannya adalah kebaikan ?”
(QS Ar-Rahman: 60)

Dan seorang anak punya kewajiban untuk berbuat ihsān kepada siapa saja, apalagi sama orang tua.

Maka di sini jika orang itu berbuat baik sama orang lain maka berbuat baik sama orang tua adalah sesuatu hal yang harus.

Berbuat baik kepadanya, menjaga orang tua, berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik laksanakan apa yang menjadi perintahnya. Menghilangkan sesuatu hal yang tidak baik dan tidak semena-mena dengan orang tua.

Maka di sinilah seorang hamba harus paham bahwasanya dia itu ada karena orang tua. Māsyā Allāh. Kita ini punya ayah Alhamdulillāh, kita ini punya ibu Alhamdulillāh, kita ini lahir di dunia karena ada bapak dan ibu kita.

Makanya Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika ditanya oleh seorang sahabat:

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

“Yā Rasūlullāh, siapakah orang yang paling aku berhak untuk berbuat baik dengannya?” Maka Rasūlullāh menjawab,”Ibumu”. Sahabat ini bertanya lagi “Siapa lagi rasūl ?” Rasūlullāh bersabda,”Ibumu”.
Sahabat ini bertanya lagi “Siapa lagi rasūl? Maka Rasūlullāh bersabda,”Ibumu” begitu yang berikutnya begitu yang ke-4 Rasūlullāh mengatakan “bapak-mu”.

Demikian semoga bermanfaat.

Ada hal yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______