Halaqah 49 | Landasan Kedua Ma’rifatu Dīnil Islam Bil Adillah: Dalil Dari Sunnah Tentang 3 Tingkatan Dalam Islam II

🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Silsilah Al-Ushulu Ats-Tsalasah

سم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang ke-49 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlu Ats-Tsalātsah wa Adillatuhā (3 Landasan utama dan dalīl-dalīlnya) yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh.

Kemudian Jibrīl mengatakan :

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ.

“Kabarkan kepada-ku tentang Iman”

⇒ Bertanya tentang amalan-amalan bathin.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab :

أَنْ تُؤْمِنَ بِاَللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Beliau menyebutkan tentang inti dan rukun dari keimanan.

Amalan-amalan bathin ini banyak jenisnya tetapi beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan intinya.

Amalan bathin intinya 6 perkara ini, beliau menyebutkan rukun Iman yang 6, yaitu :

⑴ Beriman kepada Allāh.
⑵ Beriman kepada Malāikat-Malāikat-Nya.
⑶ Beriman kepada Kitāb-Kitāb-Nya.
⑷ Beriman kepada Rasūl-Rasūl-Nya.
⑸ Beriman kepada Hari Akhir.
⑹ Beriman kepada Takdir yang baik dan buruk.

قَالَ: صَدَقْت.

“Engkau benar”

⇒ Untuk kedua kalinya Jibrīl membenarkan jawaban Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ.

“Kabarkan kepada-ku tentang Ihsān”

قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّك تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاك.

“Engkau menyembah Allāh seakan-akan engkau melihatnya, apabila engkau tidak bisa melihatnya, ketahuilah bahwasanya Allāh melihatmu”

⇒ Ihsān adalah derajat yang lebih tinggi dari Islām dan Iman (telah disebutkan sebelumnya).

Insān mencapai puncak amalan bathin dan dhahir dengan sebab maqam musyahadah atau maqam muraqabbah.

قَالَ: صَدَقْت.

“Engkau benar” ( untuk ke-3 kalinya dia bertanya lalu membenarkan)

Kemudian Jibrīl bertanya :

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ. قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ

“Kabarkan kepada-ku tentang Yaumul Kiamah”

⇒ As-Sā’ah (السَّاعَةِ) adalah tiupan sangkakala yang pertama.

Dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bahwasanya As-Sā’ah (السَّاعَةِ) atau tiupan sangkakala yang pertama terjadi di hari Jum’at.

Sebagaimana di dalam hadīts disebutkan bahwasanya di hari itulah (Jum’at) diciptakan nabi Ādam, diturunkan nabi Ādam dan di hari itulah beliau akan dimasukan ke dalam Surga.

Dan beliau mengabarkan tidak akan terjadi As-Sā’ah (السَّاعَةِ) kecuali di hari Jum’at.

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ

“Tidak akan terjadi As-Sā’ah (السَّاعَةِ) kecuali di hari Jum’at …….”

(Hadīts shahīh riwayat At-Tirmidzī nomor 488)

Pada tiupan sangkakala yang pertama As-Sā’ah (السَّاعَةِ) akan meninggal seluruh makhluk.

⇒ Mungkin sebagian kita masih membayangkan yang di maksud dengan As-Sā’ah (السَّاعَةِ) tiupan sangkakala pertama adalah terjadinya huru-hara atau (misalnya) runtuhnya langit, terjadi gempa dan seterusnya.

Disebutkan di dalam sebuah hadīts, setiap hari Jum’at setelah shalāt shubuh makhluk-makhluk dalam keadaan khawatir (takut) termasuk diantaranya ayam dan sejenisnya. Mereka takut apabila hari tersebut adalah hari di tiupnya sangkakala yang pertama.

Dan setiap shalāt subuh di hari Jum’at kita di sunnahkan untuk membaca surat As-Sajdah dengan Al-Insān, karena di dalam kedua surat ini ada tadzkir dengan As-Sā’ah (السَّاعَةِ) dan di dalamnya ada penciptaan nabi Ādam yang terjadi di hari Jum’at.

Beliau (Jibrīl) mengatakan :

أَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ

“Kapan terjadi As-Sā’ah (السَّاعَةِ), pasti terjadinya?”

Yang dikabarkan Allāh kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam hanya sebatas nama hari saja (hari Jum’at). Adapun Jum’at yang mana, maka Allāh tidak memberitahukan.

Karena As-Sā’ah (السَّاعَةِ) termasuk ilmu yang Allāh khususkan untuk diri-Nya, dan Allāh tidak memberitahukan kepada siapa pun kapan (pastinya) terjadinya, meskipun kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam atau malāikat yang sangat dekat dengan Allāh.

√ Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah Nabi yang paling dekat dengan Allāh Azza wa Jalla.

√ Jibrīl adalah syayyidul malāikat (pembuka para malāikat), malāikat yang dekat dengan Allāh Azza wa Jalla.

Allāh berfirman :

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلَّا هُوَ ۚ……..

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia…….” (QS. Al-Araf:187)

⇒ Ini dikabarkan oleh Allāh di dalam Al-Qur’an bahwasanya As-Sā’ah (السَّاعَةِ) merupakan kekhususan bagi Allāh Azza wa Jalla.

Kalau Nabi Muhammad yang merupakan afdhalunnās, aqrabunāsilāllāh tidak diberitahukan dan malaku Jibrīl malāikat yang paling dekat dengan Allāh tidak diberitahukan oleh Allāh kapan terjadinya As-Sā’ah (السَّاعَةِ), lalu bagaimana, ada orang yang mengaku dia mengetahui kapan terjadinya As-Sā’ah (السَّاعَةِ)?

قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا؟

“Kabarkan kepada-ku tentang tanda-tandanya?”

Kalau engkau tidak tahu kapan terjadinya As-Sā’ah (السَّاعَةِ), apakah engkau mengetahui tanda-tanda dekatnya As-Sā’ah (السَّاعَةِ) ?

⇒ Amārāt artinya tanda-tandanya atau alamatnya.

قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ.

Kemudian beliau mengabarkan sebagian diantara tanda-tandanya (karena Allāh telah mengabarkan sebagian dari tanda-tanda dekatnya As-Sā’ah (السَّاعَةِ)).

Diantara tanda-tandanya (beliau tidak menyebutkan semuanya meski pun di dalam pertanyaan minta tanda-tandanya).

Beliau menyebutkan 2 tanda-tandanya (secara global).

أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا

⑴ Seorang budak wanita melahirkan

⇒ Rabbah artinya adalah majikan wanita.

√ Ada yang mengartikan akan banyak perbudakan-perbudakan kemudian budak-budak tersebut hamil dan melahirkan, kalau budak tersebut melahirkan seorang wanita otomatis wanita ini akan menjadi sayyidah nya atau tuannya.

Isyarat akan terjadi banyak perbudakan, banyak peperangan antara muslim dengan kafir.

√ Ada yang menafsirkan bahwasanya yang dimaksud adalah كسرة العقيق adalah banyaknya kedurhakaan. Anak-anak durhaka kepada kedua orang tua, seorang wanita dia memperlakukan ibunya seperti seorang majikan memperlakukan kepada bawahannya.

Dan tafsir yang pertama maupun tafsir yang kedua, keduanya sudah terjadi saat ini. Kalau sudah terjadi, maka ketahuilah bahwasanya As-Sā’ah (السَّاعَةِ) sudah dekat, karena tanda-tandanya sudah ada.

وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ

⑵ Engkau akan melihat orang-orang yang memakai alas kaki dan dia dalam keadaan telanjang (maksudnya) tidak memakai pakaian lengkap seperti kita (memakai pakaian sebatas menutupi aurat yang besar) yang dahulu dia merupakan orang yang miskin, mereka adalah para penggembala kambing.

Terkumpul di dalamnya sifat-sifat yang menunjukkan bahwasanya mereka adalah orang yang sedikit memiliki uang atau ekonominya sangat terbatas.

Engkau akan melihat orang-orang demikian, dan kelak mereka يَتَطَاوَلُونَ saling tinggi-tinggian di dalam bangunan.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wallāhu Ta’āla A’lam

وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته