Home > Bimbingan Islam > Matan Abu Syuja > Kajian 111 | Muqaddimah Bagian 2

Kajian 111 | Muqaddimah Bagian 2


🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abu Syuja
📝 Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Asfahāniy (Imam Abū Syujā’)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para sahabat Bimbingan Islām dan kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Alhamdulilāh kita akan memasuki halaqah yang ke-111, masih pada muqaddimah haji dan kemarin sudah kita sebutkan bahwa apabila seorang mampu untuk melaksanakan ibadah haji, hendaknya dia bersegera untuk melaksanakannya.

Pertama karena dengan bersegera melepaskan dari kewajiban haji tersebut, kemudian di sana banyak keutamaan-keutamaan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan bagi orang yang menunaikan ibadah haji.

Bahkan dalam sebuah riwayat dari Umar bin Khaththāb yang diriwayatkan secara marfu’:

مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً تُبَلِّغُهُ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ وَلَمْ يَحُجَّ ، فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوتَ يَهُودِيًّا، أَوْ نَصْرَانِيًّا

“Barangsiapa yang memiliki dzat (kemampuan/bekal/kendaraan) untuk sampai ke rumah Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan dia tidak menunaikan ibadah haji tersebut, maka dia tidaklah mati kecuali mati dalam keadaan Yahūdi atau Nashrāni.”

Ini menunjukkan peringatan yang sangat keras bagi orang-orang yang tidak memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji.

Oleh karena itu, para sahabat sekalian, apabila kita memiliki kemampuan dan memiliki niat, maka usahakanlah untuk kita bersegera melaksanakan niat tersebut, karena barangsiapa yang memiliki niat yang kuat maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan membantu niatnya.

Diantara keutamaan-keutamaan haji (untuk menjadikan motivasi bagi kita) agar bersegera melaksanakannya, di antaranya:

⑴ Haji bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu.

Sebagaimana sebuah hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barangsiapa melakukan haji ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla tanpa berbuat keji dan kefāsikan, maka ia kembali tanpa dosa sebagaimana waktu ia dilahirkan oleh ibunya.”

(Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim)

⇒ Artinya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla  bersihkan dari segala perbuatan dosa

Di dalam hadīts lain dari Amr ibnil Āsh tatkala beliau memba’iat kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau mensyaratkan agar diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Maka Beliau berkata:

 أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ

“Tidaklah engkau ketahui (wahai Amr bin Āsh, kata Rasūlullāh), bahwasanya Islām itu menghancurkan dosa-dosa yang telah lalu, menghapuskan semua yang telah lalu, begitu pula hijrah menghapuskan yang telah lalu dan begitu pula haji menghancurkan dosa-dosa yang telah lalu.”

⑵ Haji adalah sebab seorang dibebaskan dari api neraka.

Dalam sebuah hadīts dari Āisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā yang diriwayatkan oleh Imām Muslim, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ

“Di antara hari yang Allāh banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malāikat.

(Hadīts riwayat Muslim nomor 1348)

Artinya, Hari Arafah adalah hari dimana paling banyak Allāh Subhānahu wa Ta’āla membebaskan seorang hamba dari api neraka.

Ini adalah keutamaan yang sangat luar biasa bagi seorang yang pergi berhaji.

⑶ Balasan untuk orang yang berhaji adalah surga.

Sebagaimana hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dan Muslim.

Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.

“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya dan haji yang mabrūr tidak ada pahala baginya selain Surga.”

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri (III/597, nomor 1773) dan  Muslim (II/987, nomor 1349)

⑷ Haji adalah amalan yang afdal.

Sebagaimana hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu:

سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ »

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ditanya:

“Amalan apa yang paling afdhal?”

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

“Beriman kepada Allāh dan Rasūl-Nya.”

Ada yang bertanya lagi:

“Kemudian apa lagi?”

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

“Jihād di jalan Allāh.” :-

Ada yang bertanya kembali:

“Kemudian apa lagi?”

“Haji mabrūr,” jawab Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 1519)

⑸ Haji adalah jihād bagi para wanita yang paling afdhal.

Sebagaiman disebutkan oleh Āisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā, Āisyah berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ قَالَ « لاَ ، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ »

“Wahai Rasūlullāh, kami memandang bahwa jihād adalah amalan yang paling afdhal.  Apakah berarti kami harus berjihād?”

“Tidak, jihād yang paling utama (afdhal) adalah haji mabrūr,” jawab Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 1520)

Demikian yang bisa disampaikan pada muqaddimah yang ke-2 ini, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top