Home > Bimbingan Islam > Matan Abu Syuja > Kajian 014 | Bab Wudhu – Keutamaan, Hukum & Anjuran Berwudhu

Kajian 014 | Bab Wudhu – Keutamaan, Hukum & Anjuran Berwudhu


🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abu Syuja
📝 Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Asfahāniy (Imam Abū Syujā’)

➖➖➖➖➖➖➖

KEUTAMAAN, HUKUM DAN ANJURAN BERWUDHŪ’

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله و بعد.

Para Sahabat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, pada halaqah yang ke-14 ini kita akan membahas tentang “Permasalahan di dalam wudhū'”.

Namun sebelumnya, kita akan menjelaskan keutamaan-keutamaan di dalam wudhū’.

■ PERTAMA | KEUTAMAAN WUDHŪ’

⑴ WUDHŪ’ ADALAH BENTUK KESUCIAN/THAHĀRAH YANG DICINTAI OLEH ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA’ĀLA.

Allāh Ta’āla berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang senantiasa bersuci.” (QS Al-Baqarah: 222)

⑵ KESUCIAN ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN.

Dalam sebuah hadits, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

الطُّهورُ شَطْرُ الإيمان

“Kesucian/thahārah adalah sebagian dari keimanan.” (HR Muslim)

⑶ BERWUDHŪ’ SEBELUM TIDUR ADALAH SEBAB SESEORANG MATI DI ATAS FITHRAH.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ…إِلَى قَوْلِهِ صلى الله عليه و سلم: فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَة

“Apabila kamu hendak tidur maka barwudhū’ lah seperti wudhū’ mu untuk shalat… sampai sabda Rasūlullāh: ِ”Apabila kamu mati pada malam tersebut maka engkau mati diatas fithrah.” (HR Bukhari dan Muslim)

⑷ DALAM BERWUDHŪ’ ADALAH SEBAB SESEORANG LEBIH MUDAH DIKABULKAN DO’ANYA.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبيتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِراً فَيَتَعَـارّ مِنَ الّليْلِ، فَيَسْأَلُ الله خَيْراً مِنَ الدّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاّ أَعْطَـاهُ إِيّـاهُ

“Tidak ada seorang Muslim pun yang dia tidur di malam hari dalam keadaan berdzikir dan bersuci, kemudian terbangun di tengah malam dan meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla kebaikan didunia maupun di akhirat, niscaya Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memberikan apa yang dia minta.” (Hadits shahih, riwayat Abū Dāwūd)

⑸ BERWUDHŪ’ ADALAH SEBAB DIAMPUNKANNYA DOSA SESEORANG.

Dalam sebuah hadits Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَوُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berwudhū’ seperti wudhū’ku ini, kemudian shalat 2 raka’at dan tidak terlintas pada hatinya pikiran-pikiran yang merusak urusan shalatnya, niscaya dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR Bukhāri dan Muslim)

⑹ WUDHŪ’ ADALAH SEBAB SESEORANG MASUK KE DALAM SURGA.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَهُ ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ، فَيُقْبِلُ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ إِلا وَجَبَ لَهُ الْجَنَّةُ

“Tidaklah seorang muslim berwudhū’ lalu dia membaguskan wudhū’ nya dan shalat 2 raka’at dalam keadaan hati dan wajahnya khusyū’ pada 2 raka’at (shalat) tersebut kecuali wajib baginya untuk mendapatkan surga.” (HR Muslim)

Para Sahabat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, pada point yang ke-2 tentang:

■ KEDUA | HUKUM BERWUDHŪ’

Bahwasanya hukum berwudhū’ adalah wajib apabila menyertai ibadah-ibadah yang wajib. Dan hukumnya menjadi sunnah apabila dia menyertai ibadah-ibadah yang sunnah.

Akan tetapi ibadah yang sunnah seperti shalat sunnah maka dia tidak sah kecuali disertai dengan wudhū’.

Pada point yang ke-3 tentang:

■ KETIGA | ANJURAN UNTUK MENJAGA WUDHŪ’

Yaitu agar senantiasa seorang Muslim di dalam keadaan bersuci. Rasūlullāh shallallāhu’alayhi wa sallam memberikan pujian dalam haditsnya:

ولا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن

“Dan tidak ada seorangpun yang menjaga wudhū’nya kecuali dia orang yang beriman.” (HR Ahmad dan Ibnu Mājah)

⇒ Menunjukkan bahwasanya seseorang yang dia senantiasa menjaga wudhū’ nya terdorong dari rasa iman di dalam hatinya.

Marilah kita simak tentang kisah Bilāl radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu tatkala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertanya kepada Bilāl:

يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ

“Wahai Bilāl, ceritakanlah kepadaku tentang amalan yang telah engkau amalkan yang paling engkau harapkan didalam Islam? Karena sesungguhnya aku mendengar suara langkah sandalmu di surga.”

Maka Bilāl menjawab:

“Tidaklah aku melakukan amalan yang paling aku harapkan pahalanya melainkan sebuah amalan yaitu aku bersuci kapan saja, baik pada saat malam hari atau siang hari, kecuali aku shalat setelahnya.”

(Muttafaqun ‘alayh, HR Bukhāri Muslim)

⇒ Hadits ini menunjukkan:

⑴ Keutamaan Bilāl radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu dan ini adalah busyrā (kabar gembira) kepada Bilāl bahwasanya dia termasuk penduduk surga.

⑵ Keutamaan untuk menjaga wudhū’ dan shalat setelah kita berwudhū’.

Demikian yang bisa kita sampaikan.

وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم.
وآخر دعونا أن الحمد لله رب العلمين

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top