Home > Bimbingan Islam > Kitab AtTauhid > Halaqah 001: Muqaddimah (Bagian 01)

Halaqah 001: Muqaddimah (Bagian 01)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab At-Tauhid

بسم اللّه الرحم الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Syukur kita kepada Allāh atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan, Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kepada kita suatu kesempatan terbaik, dimana kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk memperoleh dua nikmat.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan di dalam hadītsnya:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

_”Dua nikmat yang sering dilalaikan banyak orang, nikmat sehat dan waktu luang.”_

Bersyukur kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tatkala Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kepada nikmat kesehatan dan kita gunakan nikmat itu untuk melakukan ketaatan.

Di antara bentuk ketaatan adalah kita berthalabul ilmi. Kita memperoleh suatu kesempatan untuk belajar meskipun melalui media audio.

Bersyukur kita kepada Allāh, manakala kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla suatu karunia dimana kita memiliki nikmat berupa sehatnya telinga. Sesuai petunjuk Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika kita berdo’a maka kita pun berdo’a:

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي ، لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ

_”Yā Allāh berikan kepada kami kesehatan pada badan kami, Yā Allāh berikanlah kepada kami kesehatan pada pendengaran kami, Yā Allāh berikanlah kami kesehatan pada penglihatan kami. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau.”_

Di sini dua hal yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tekankan agar kita berdo’a terkait dengan panca indera.

⑴ Nikmatnya kita memiliki telinga.
⑵ Nikmatnya kita memiliki mata.

Karena sesungguhnya dengan dua nikmat ini seseorang bisa belajar.

Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dzat yang telah memberikan kepada kita suatu penjelasan dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah memberikan kepada kalian pendengaran dan penglihatan.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Untuk kesempatan kita kali ini, kita akan bahas kitāb Tauhīd. Dimana seorang muslim memiliki kewajiban untuk menjadi hamba Allāh yang bertauhīd.

Begitu kita berbicara masalah kitāb maka di sana akan kita jumpai adanya suatu pembahasan yang terkait dengan ilmu agama.

Berbeda tatkala kita bicara mengenai buku. Begitu seseorang menyebut buku maka seseorang bisa berkata buku biologi, buku bahasa Inggris, buku bahasa Indonesia.

Tetapi seseorang begitu berbicara biologi kemudian kita katakan kitāb biologi, kitāb matematika tentunya untuk orang Indonesia kurang cocok dan kurang pas.

Karena kitāb terkait dengan ilmu agama, seperti kitāb Bulughul Mahram, kitāb Tauhīd, kitāb Fathul Barī’. Tidak disebut buku Fathul Barī’, bukan! Tetapi penisbatan yaitu dengan sebutan kitāb.

Dan begitu seseorang berbicara kitāb maka kita memiliki banyak arti termasuk di antaranya kumpulan ilmu pengetahuan.

Ataukah suatu tempat dimana disitu amal yang dilakukan oleh seseorang ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sehingga semua kita menghadap Allāh dan masing-masing memiliki kitāb, yaitu catatan amal baik maupun amal buruk.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Pembahasan kita adalah Kitāb At Tauhīd. Tauhīd berasal dari kata: وحد (wahhada), يوحد (yuwahhidu).

Kalau kita berbicara bilangan maka bilangan yang pertama adalah wahid, 7dalam bahasa Arab ada sebutan sifr (sifrun) artinya kosong. Sesudah kosong maka akan datang angka berikutnya yaitu wahīd (wahìdun).

Bilāl radhiyallāhu ta’āla ‘anhu tatkala beliau mendapatkan suatu perlakuan yang buruk dari Ummayah ibnu Khalaf, dimana Bilāl ditarik ke padang pasir, kemudian disiksa, kemudian tidak muncul dari mulut Bilāl kecuali ucapan ahad, ahad.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

_”Dialah Allāh, Dzay yang Maha Esa.”_

Wahīd itu satu, seseorang menjadikan sesuatu hal yang banyak menjadi satu, sehingga dikatakan: wahhada – yuwahhidu.

Wahhada memiliki arti menyatukan, memperdamaikan, menjadikan sesuatu yang banyak menjadi satu pemikiran.

Seorang muslim hendaknya menjadi seorang yang muwahīd.

Tatkala kita berbicara materi dan materi kita adalah materi aqidah. Aqidah memiliki banyak nama diantara nama aqidah adalah tauhīd.

Aqidah adalah suatu keyakinan. Bila kita berbicara secara umum maka semua orang punya aqidah. Orang Yahūdi punya aqidah, orang Nashrāni punya aqidah, orang Majūsi punya aqidah, umat Islām punya aqidah.

Tetapi aqidah yang dimaksud oleh kaum muslimin adalah tauhīdullāh (meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla).

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Nama lain tauhīd adalah as sunnah. Ada suatu kitāb yang memiliki : السنة لابن عاصم , As Sunnah li ibnu ‘Āshim.

Ada juga kitāb yang dikenal dengan materi as sunnah juga yaitu Fiqul Akbar miliknya Imām Abū Hanifah.

Ada juga penamaan tauhīd dengan penamaan lain yaitu Ushūluddīn atau Ushūluddianah yang membahas juga tauhīd.

Begitu kita berbicara At Tauhīd maka disana ada penamaan lain pula diantara namanya adalah Asy Syariah, maka itu juga tauhīd, maka seorang memiliki satu kesempatan untuk bisa belajar.

Bagi kita yang barangkali mennjumpai suatu kitāb yang ; كتاب الشريعة للإمام الأجري , Kitābu Asy Syariah Lil Imām Al Ajury. Mungkin bayangan kitaz kitāb tersebut membahas masalah fiqih, akan tetapi kitāb tersebut membahas masalah tauhīd.

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

1 thought on “Halaqah 001: Muqaddimah (Bagian 01)”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top