Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 95 | Ahlus Sunnah Beriman kepada Para Nabi dan Rasul

Halaqah 95 | Ahlus Sunnah Beriman kepada Para Nabi dan Rasul

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-95 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan

وَنُؤْمِنُ بِالمَلَائِكَةِ وَالنَّبِيِّينَ، وَالكُتُبِ المُنْزَلَةِ عَلَىٰ المُرْسَلِينَ

Dan kita beriman dengan para malaikat, para nabi, dan kitab-kitab yang diturunkan kepada para Mursalin.

Beriman dengan para nabi yaitu meyakini bahwasanya Allāh ﷻ telah memilih di antara manusia ini para nabi dan juga para Mursalin, para rasul yang diutus kepada manusia menjadi perantara antara Allāh ﷻ dengan manusia. Allāh ﷻ tidak mewahyukan kepada masing-masing manusia, tapi Allāh ﷻ menjadikan di sana utusan, perantara. Allāh ﷻ mewahyukan kepadanya kemudian dia menyampaikan kepada manusia yang mereka mendakwahkan kepada Tauhid. Dan nabi dan rasul yang terakhir yang Allāh ﷻ utus adalah nabi kita Muhammad ﷺ yang Allāh ﷻ telah memberikan karunia kepada kita menjadi salah satu di antara umat beliau ﷺ. Kita beriman dengan para nabi dan juga para rasul.

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ

Dan diantara cara beriman dengan para Rasul ‘alaihim as-salām adalah meyakini bahwasanya mereka adalah manusia pilihan

ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ رُسُلًۭا وَمِنَ ٱلنَّاسِ
(QS. Al-Ḥajj: 75)

Allāh ﷻ memilih mereka, mereka adalah manusia yang paling afdhal di sisi Allāh ﷻ, paling sempurna di sisi Allāh ﷻ dari sisi nasabnya, dan mereka adalah orang-orang yang dikenal kebaikannya oleh kaumnya, sebagaimana Allāh ﷻ sebutkan di dalam beberapa ayat.

قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّۭا قَبْلَ هَـٰذَآ
(QS. Hūd, 11:62)

Dikatakan oleh sebagian umat kepada Rasul-Nya, “Kamu sebenarnya awalnya kami berharap engkau adalah menjadi harapan kami, tapi kenapa kemudian engkau mendakwahi kami kepada Tauhid,” dan seterusnya.

Para rasul ‘alaihim as-salām adalah orang-orang pilihan. Nabi ﷺ, sebagaimana kita tahu, juga orang pilihan; pilihan di antara yang dipilih oleh Allāh ﷻ.

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ

Allāh ﷻ memilih Qinanah dari anak-anak Ismail, dan

وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ

dan Allāh ﷻ memilih Quraisy dari Qinanah,

وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ

dan Allāh ﷻ memilih Bani Hasyim diantara orang-orang Quraisy

وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

dan Allāh ﷻ memilihku diantara Bani Hasyim.

Qinanah inilah yang terbaik dari anak-anaknya Ismail, Quraisy ini yang paling terbaik dari yang terbaik di antara anak-anak Qinanah, Bani Hasyim adalah yang terbaik di antara orang-orang Quraisy, dan Nabi ﷺ adalah yang paling baik di antara Bani Hasyim, mereka adalah orang-orang pilihan.

Kemudian mereka adalah ma’shum dari dosa besar. Adapun dosa kecil mungkin terjadi dilakukan oleh sebagian mereka, tapi sangat cepat mereka bertaubat kepada Allāh ﷻ. Di antara keyakinan kita, bahwasanya para nabi dan juga para rasul, mereka diperintahkan oleh Allāh ﷻ untuk berdakwah kepada Tauhid; dakwah mereka satu.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
(QS. An-Nahl: 36)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
(QS. Al-Anbiyā’, 21:25)

“Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang rasul kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwanya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Aku, maka sembahlah Aku.”

وَٱذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنذَرَ قَوْمَهُۥ بِٱلْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ ٱلنُّذُرُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِۦ وَمِنْ خَلْفِهِۦٓ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّا ٱللَّهَ
(QS. Al-Ahqāf, 46:21)

Dakwah mereka satu, yaitu dakwah kepada Tauhid. Di antara cara beriman kepada para nabi ‘alaihim as-salām adalah tidak boleh kita berlebih-lebihan terhadap para nabi. Kita meyakini tentang keutamaan mereka, tapi tidak boleh kita berlebihan kepada mereka sehingga mengangkat mereka kepada derajat Uluhiyah.

“يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ”
(QS. An-Nisā’: 171)

Wahai Ahlul Kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam agama kalian, karena mereka di antaranya menjadikan Nabi Isa ‘alaihis-salām sebagai anak Allāh ﷻ, menjadikan Uzair sebagai anak Allāh ﷻ. Dan larangan kepada Ahlul Kitab ini adalah pelajaran bagi kita semuanya, karena kita dilarang untuk mengikuti mereka, dilarang untuk mengikuti jalan Ahlul Kitab dan tasyabbuh dengan mereka. Sehingga Nabi ﷺ mengatakan

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، إِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Janganlah kalian berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani mereka berlebih-lebihan dalam memuji Nabi Isa ‘alaihis-salām. Sesungguhnya aku adalah hamba Allāh, maka katakanlah, “hamba Allāh dan juga Rasul-Nya.”

Jika ingin memuji nabi, gunakan dua pujian ini yang paling bagus, yaitu mengatakan beliau adalah hamba Allāh dan juga Rasul-Nya, karena kedudukan sebagai seorang hamba Allāh adalah kedudukan yang tinggi. Semakin seseorang merendahkan dirinya di hadapan Allāh ﷻ, Allāh ﷻ semakin mengangkat derajatnya. Betapa banyak dalam Al-Qur’ān Allāh ﷻ menyebutkan panggilan dan penyebutan para nabi sebagai ‘ibādanā.

وَإِنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ (QS. Al-Muddathir: 20)
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ (QS. Al-Isra: 1)

Al-Ubudiyah ini adalah kedudukan yang tinggi di hadapan Allāh ﷻ.

Demikian pula kerasulan, tidak semua hamba Allāh diangkat sebagai Rasul. Rasul adalah termasuk hamba Allāh ﷻ, namun memiliki pangkat yang lebih, sebagai seorang hamba dan sekaligus sebagai yang menyampaikan risalah Allāh ﷻ. Beliau adalah seorang hamba Allāh ﷻ dan sekaligus da’i. Makanya kedudukan dua perkara ini sebagai seorang hamba Allāh sebagai seorang da’i ini tentunya yang kita inginkan.

Sebisa mungkin seseorang dalam dirinya mewujudkan sifat-sifat ubūdiyyah kepada Allāh ﷻ, baik di dalam ibadahnya kepada Allāh ﷻ, di satu sisi, dia juga seorang da’i yang mengajak orang lain untuk menyembah Allāh ﷻ, sehingga dia memperbaiki dirinya sendiri dan juga berusaha memperbaiki orang lain. Dia mengumpulkan antara ibadah dan dakwah.

Demikianlah para nabi dan rasul yang mengumpulkan antara dakwah dan ibadah. Mereka adalah hamba Allāh ﷻ yang luar biasa ubūdiyyahnya di hadapan Allāh ﷻ dan juga seorang rasul yang luar biasa dalam mengajak manusia untuk beribadah kepada Allāh ﷻ. Ini di antara cara untuk beriman kepada para nabi.

Demikian pula, di antaranya adalah meyakini bahwa jumlah mereka sangat banyak. Dalam sebuah hadits, Nabi ﷺ mengabarkan bahwa jumlah para nabi itu ada 124.000 orang, dan yang menjadi rasul di antara mereka ada 300 orang lebih. Ini menunjukkan bahwa Rasul lebih khusus daripada nabi.

Ada di antara mereka yang kita ketahui namanya, maka kita beriman dengan nama-nama tersebut: ‘Isa, Ismā’īl, Ibrāhīm, Mūsā, Hārūn, Yaḥyā. Maka, kita beriman dengan nama-nama para nabi yang Allāh ﷻ sebutkan. Dan di dalam Al-Qur’ān ada 18 nama nabi yang disebutkan kepada kita, sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, maka kita beriman secara global, maksudnya Allāh ﷻ memiliki nabi-nabi lain selain mereka yang kita tidak mengetahui namanya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top