Materi 27 ~ Tidak Bertahap Dalam Menuntut Ilmu (7) – Tahapan keempat dalam menuntut ilmu
🌍 Kajian Kitab
👤 Al-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه الله
📗 Kitab Awaa’iqu ath Thalab (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu)
📝 as-Syaikh Abdussalam bin Barjas Alu Abdul Karim حفظه الله
Dengan mempelajari shiroh (sejarah) kita mengetahui kalau ada nasikh dan mansukh dari sunnah mana yang nasikh (menghapus) dan mana yang mansukh (dihapus).
Diantara mempelajari sunnah adalah hendaklah menetapkan shahih atau dhoifnya sebuah hadits merujuk kepada imam-imam yang terpercaya dan para huffadz karena kita tidak memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih mana hadits yang shahih dan mana hadits yang dhoif. Kalaupun punya kemampuan itu, kemampuan kita tetap jauh dibawah kemampuan para ulama. Kecuali kalau para ulama ikhtilaf kata yang ini shahih, kata yang itu dhoif dan kedua ulama itu selevel dalam ilmu hadits barulah kita mencari mana yang lebih kuat. Tetapi para ulama sepakat hadits itu shahih lalu menurut kita itu dhoif maka tau dirilah kita. Jangan memaksakan pendapat kita dengan mengesampingkan penjelasan para ulama. Dan contoh tentang hal ini sangat banyak, salah satunya yaitu hadits-hadits sampai derajat mutawatir tetapi ditolak karena tidak masuk dengan akal. Seperti betapa banyaknya orang yang menolak keberadaan Dajjal laknatullah’alaih, padahal hadits tersebut sampai derajat mutawatir maknanya banyak haditsnya hampir seluruh ulama-ulama hadits meriwayatkan tetapi apa yang diceritakan dalam kisah Dajjal banyak yang tidak masuk akal. Dalam hadits yang diterima dari Tamim hadits riwayat imam Muslim dalam kitab shahihnya dikatakan bahwa Dajjal sudah ada sejak zaman itu dan terbelenggu disebuah pulau yang entah dimana dan nanti keluarnya diakhir zaman. Berapa tahun usianya ? hal itu masuk akal atau tidak ? jawabannya tidak masuk akal. Ketika dajjal itu keluar hari pertamanya sama dengan setahun, ke dua sebulan, ke tiga sepekan, hari ke empat dan seterusnya sama dengan hari-hari biasanya dan itu hakiki maknanya bukan karena hebatnya fitnah lalu sehari tetap 24 jam tetapi terasa setahun bukan begitu maknanya dan itu adalah hakiki. Masuk akal tidak ? tidak masuk akal.
Kemudian si Dajjal ini bisa memerintahkan langit dan bumi untuk menurunkan hujan atau menahan air hujan, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tumbuhan atau tidak, memerintahkan binatang-binatang untuk menghasilkan susu atau tidak, sapi, kambing, unta semuanya nurut maka hal ini masuk akal atau tidak ? tidak masuk akal. Kemudian Dajjal membawa apa ditangannya ? api dan air yang keliatannya api sebenarnya air, dan yang keliatannya air sebenarnya adalah api. Maka masuk akal atau tidak ? tidak masuk akal. Kemudian Dajjal membunuh seorang pemuda sampai mati dibagi dua lalu setelah itu Dajjal menghidupkan kembali. Hal itu masuk akal atau tidak ? tidak masuk akal. Namun hadits tentang Dajjal ini derajatnya mutawatir karena tidak masuk akal ditolak dengan akalnya. Padahal seluruh tanda-tanda kiamat yang nanti akan terjadi diakhir zaman semuanya adalah keluarbiasaan yang bertolak belakang dengan akal. Terbitnya matahari dari sebelah barat, turunnya Nabiyullah Isa ‘alayhisallam, Yajuj dan Majuj yang keluar dan ada beberapa banyak yang tidak masuk oleh akal seperti Yajuj dan Majuj membentangkan panah kelangit karena dia menyatakan semua yang ada dibumi sudah dibunuh dan yang dilangit belum terbunuh maka dipanahlah kelangit dan anak panah jatuh lagi kebumi dalam keadaan berlumuran darah semuanya. Dari mana darah itu ? itu adalah keluarbiasaan adanya daabbah yang keluar dari dalam tanah lalu berbicara kepada manusia maka hal itu adalah keluarbiasaan yang akan terjadi menjelang hari kiamat untuk meyakinkan manusia yang sudah banyak durhaka sampai wejangan, nasehat, dakwah, peringatan, amar maruf nahi munkar tidak ada yang bisa meluluhkan hati mereka maka Allah menampakkan keluarbiasaan yang tidak terjangkau oleh akal manusia saat itu.
Maka hal tersebut salah satu hikmah dari penjelasan para ulama kenapa tanda-tanda kiamat tersebut semuanya tidak masuk akal. Oleh karena itulah maka karena tidak masuk akal banyak orang yang ingkar. Tidak ada Dajjal dan kalaupun ada maka hal tersebut di takwil bahwa Dajjal itu adalah simbol. Setiap takwil tentang Dajjal semakin menggelikan, semakin tidak masuk akal, semakin bertolak belakang dengan isi nash dari hadits-hadits yang menjelaskan tentang Dajjal maka jangan menggunakan akal untuk memahami nash baik ayat maupun hadits tetapi gunakanlah ilmu. Sebenarnya dia bukan menggunakan akal, akal itu sekedar wadah, dia menggunakan filsafat yang sudah terisikan kepada akalnya. Yang dia isikan ke akalnya adalah cara berfikir yang filosofis bukan Al-Qur’an dan As-Sunnah lalu filsafat itulah yang dia gunakan untuk memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah maka sangat keliru.
Berkata mualif (penulis), “Maka wajib bagi engkau wahai para penuntut ilmu. Wahai saudaraku untuk memelihara, menghafalkan yang ushul yang pokok tadi dan memperhatikan hal itu”.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته