Halaqah 83 | Ahlus Sunnah Mengimani Adanya Lauh Mahfudz dan Qalam serta Apa yang Tertulis Di dalamnya Bag 02

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-83 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Masih melanjutkan tentang keimanan Ahlus Sunnah wal Jamāʿah terhadap al-Lawḥ wal-Qalam. Dalam sebuah hadits, Nabi ṣallallāhu ʿalayhi wa sallam mengatakan:

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ

Ketika Allāh Subḥānahu wa Taʿālā pertama kali menciptakan al-Qalam (ini menunjukkan bahwa al-Qalam adalah makhluk ciptaan Allāh), Allāh Subḥānahu wa Taʿālā mengatakan kepada al-Qalam: “Uktub” (tulislah).

قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟

Dia mengatakan: “Wahai Rabb-ku, apa yang aku tulis?”, dia mengatakan: “Wahai Rabb-ku,” menunjukkan bahwa ia adalah makhluk, Allāh menjadikan dia berbicara.

قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ

Tulislah takdir-takdir segala sesuatu hingga datangnya Hari Kiamat (yaitu tiupan sangkakala yang pertama).

Hadits shahih diriwayatkan oleh Abū Dāwūd dan lainnya, menunjukkan tentang diciptakannya al-Qalam, dan pendapat yang lebih kuat adalah bahwa al-ʿArsy telah ada sebelum diciptakannya al-Qalam, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits ketika al-Qalam diperintahkan untuk menulis segala sesuatu,

وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء

Arsy Allāh berada di atas air. Artinya, ʿArsy sudah ada sebelum diciptakannya al-Qalam. Sehingga beliaupun mengatakan

وَنُؤْمِنُ بِاللَّوْحِ وَالقَلَمِ

Kita beriman kepada al-Lawḥ dan al-Qalam. Setelahnya

وَجَمِيعُ مَا فِيهِ قَدْ رُقِمَ

Dan seluruh apa yang ada di dalamnya, yaitu di dalam Lawḥul Maḥfūẓ, ini sudah ditulis, dan kita beriman dengan seluruh apa yang ada di dalamnya yang sudah ditulis.

Al-Qalam menulis, dan tulisan tersebut ada di dalam Lawḥul Maḥfūẓ. Jadi, kita beriman dengan al-Lawḥ dan kita beriman dengan al-Qalam, dan kita beriman bahwasanya Allāh Subḥānahu wa Taʿālā telah menulis segala sesuatu di dalam Lawḥul Maḥfūẓ. Dan inilah martabah yang kedua di antara tingkatan-tingkatan iman dengan takdir, sebagaimana telah berlalu.

Tingkatan yang pertama adalah beriman dengan al-ʿIlm, bahwasanya Allāh Subḥānahu wa Taʿālā mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang akan terjadi. Kemudian yang kedua adalah beriman bahwasanya Allāh telah menulis segala sesuatu di dalam Lawḥul Maḥfūẓ.

Ini adalah martabah yang kedua yang harus kita imani, sebagaimana dalam hadits

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allāh telah menulis takdir-takdir seluruh makhluk-Nya 50.000 tahun sebelum Allāh menciptakan langit dan bumi. Apa yang Allāh tulis tadi itu sudah selesai

رُفِعَتِ الأقْلامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

telah diangkat pena (selesai menulis) dan lembaran-lembaran telah kering, sudah selesai.

Yang terjadi setelah itu adalah sesuai dengan apa yang sudah Allāh tulis. Tidak mungkin dia bisa menyimpang keluar dari apa yang sudah Allāh tulis. Rezeki tidak mungkin bertambah atau berkurang dari apa yang sudah Allāh tulis, sudah tertulis rezeki Fulan rezeki Fulanah, nikmat dan juga musibah, amalan, hidayah dan juga kesesatan tidak mungkin terlepas dan tidak mungkin berbeda dengan apa yang sudah Allah tulis

قَدْ رُقِمَ

sudah ditulis oleh Allāh Subḥānahu wa Taʿālā di dalam Lawḥul Maḥfūẓ dan tidak mungkin terjadi di permukaan bumi kecuali sesuai dengan apa yang sudah Allāh tulis sebelumnya di dalam Lawḥul Maḥfūẓ.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته