Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 79 | Asal Takdir Ialah Rahasia Allāh ﷻ Bagi Hamba-Hamba-Nya

Halaqah 79 | Asal Takdir Ialah Rahasia Allāh ﷻ Bagi Hamba-Hamba-Nya

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-79 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan:

وَأَصْلُ القَدَرِ سِرُّ اللهِ فِي خَلْقِهِ

“Asal dari takdir, hakikat dari takdir itu adalah rahasia Allāh yang ada pada makhluk-Nya.

Qadar, takdir, ini adalah rahasia Allāh, tidak diketahui oleh seorang Nabi seperti Nabi Muḥammad ﷺ atau Malaikat Jibrīl sekalipun. Mereka tidak mengetahui apa yang terjadi. Qadar, takdir ini adalah سِرُّ اللهِ فِي خَلْقِهِ ini adalah rahasia Allāh di dalam makhluk-makhluk-Nya. Nabi ﷺ tidak diberitahu apa yang akan terjadi, ini adalah termasuk ilmu ghaib yang dikatakan oleh Allāh ﷻ:

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allāh.” (QS. An-Naml: 65)

Hanya Allāh yang mengetahui ilmu ghaib. Ini adalah rahasia Allāh.

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا
إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ

Dialah Allāh ﷻ yang mengetahui yang ghaib, maka Allāh ﷻ tidak memperlihatkan ilmu ghaib itu kepada seorang pun kecuali kepada orang yang Dia ridhai dari kalangan para Rasul …” (QS. Al-Jinn: 26-27).

Sebagian Allāh ﷻ kabarkan kepada mereka apa yang terjadi dimasa yang akan datang, sebagian dikabarkan kepada Nabi ﷺ bahwasanya Abu Bakar di dalam Surga, ‘Umar di dalam Surga, ‘Utṡmān di dalam Surga, ‘Alī di dalam Surga, Abu Lahab di Neraka, Fir’aun di Neraka.

Dari mana kita mengetahui ini? Allāh ﷻ yang mengabarkan sebagian rahasia tersebut sehingga kita mengetahui, namun asalnya itu adalah rahasia Allāh ﷻ dalam makhluk-Nya.

وَأَصْلُ القَدَرِ سِرُّ اللهِ فِي خَلْقِهِ، لَمْ يَطَّلِعْ عَلَىٰ ذَلِكَ مَلَكٌ مُقَرَّبٌ، وَلَا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ

Tidak mengetahuiyang demikian, sampai seorang malaikat yang didekatkan kepada Allāh ﷻ atau seorang nabi yang diutus, tidak ada yang mengetahui rahasia tersebut, kecuali yang dikecualikan. Ada beberapa perkara yang memang Allāh ﷻ beritahukan, kejadian-kejadian yang akan terjadi dimasa yang akan datang, seperti tanda-tanda dekatnya hari kiamat dan apa yang terjadi di akhirat kelak, maka sebagian itu dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada utusan-Nya, kepada malaikat atau kepada seorang rasul yang diutus.

Sehingga kalau seorang nabi yang diutus saja dan malaikat yang didekatkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala mereka tidak mengetahui lalu bagaimana dengan kita yang tentunya derajatnya di bawah mereka. Kewajiban kita adalah beriman sesuai dengan apa yang Allāh ﷻ tunjukkan dalam Al-Qur’an atau yang diajarkan oleh Nabi Shallallāhu ʿalaihi wa sallam dalam sunnah mengenai masalah takdir.

Kita ikuti rambu-rambu yang Allāh ﷻ berikan dalam masalah takdir. Ini adalah rahasia Allāh ﷻ, dan Allāh ﷻ telah memberikan kita petunjuk bagaimana cara kita mengarungi kehidupan ini bagaimana cara kita menghadapi dan cara kita untuk beriman dengan takdir Allah maka kita ikuti rambu-rambunya jangan kita keluar dari apa yang sudah Allah tunjukkan.

Kemudian beliau mengingatkan

وَالتَّعَمُّقُ وَالنَّظَرُ فِي ذَلِكَ ذَرِيعَةُ الخِذْلَانِ، وسُلَّمُ الحِرْمَانِ، وَدَرَجَةُ الطُّغْيَانِ

kalau itu adalah rahasia Allah maka orang yang berusaha menyingkap rahasia Allah bagaimana keadaannya? Ini yang disampaikan pada paragraf selanjutnya ada di antara sebagian orang dia terlalu berlebihan dalam memikirkan takdir, berlebihan di dalam memikirkan apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah, tentang takdir Allah

وَالنَّظَرُ فِي ذَلِكَ

dan dia berlebihan di dalam memikirkannya, misalnya kalau ini sudah ditakdirkan oleh Allah berarti ini Allah berbuat dzalim, kenapa Allah mentakdirkan seseorang yang melakukan amal maksiat atau masuk ke dalam kekufuran kemudian Allah mengadzab dia di dalam neraka dan seterusnya. Dia pikirkan dan dia pikirkan sampai sebagian orang tidak mau beramal shalih, sebagian orang menuduh Allah dengan tuduhan-tuduhan yang keji maka inilah yang dikhawatirkan

وَالتَّعَمُّقُ وَالنَّظَرُ فِي ذَلِكَ ذَرِيعَةُ الخِذْلَانِ

Ini adalah menjadi sebab seseorang mendapatkan khidzlan yaitu ditinggalkan oleh Allah, Allah tidak akan lagi menolongnya, karena dia berusaha untuk menyingkap sesuatu yang dia tidak punya kekuatan disana, ini adalah rahasia Allah dan dia berusaha untuk mengutak-atik mendalami memikirkan sesuatu yang merupakan rahasia Allah, ingin sampai ke sana maka ini justru akan menjadi sebab Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan meninggalkan dia, Allah tidak memberikan hidayah kepada orang tersebut.

وسُلَّمُ الحِرْمَانِ

dan dia adalah menjadi tangga sehingga dia menjadi orang yang mahrum, orang yang diharamkan dari hidayah

وَدَرَجَةُ الطُّغْيَانِ

Dan ini adalah menjadi sebab akhirnya dia menyimpang, akhirnya dia berlebihan. Sebagian orang menyangka bahwasanya dengan dia memikirkan lebih dalam tentang takdir Allah kemudian akhirnya dia membuat permisalan-permisalan, menganggap ini adalah sebuah kebaikan yang akan menjadikan dia semakin dekat dengan Allah Subhanahu wa ta’ala tapi justru sebaliknya ini yang menjadikan dia jauh dari hidayah.

Dia merasa bahwa dengan memiliki pemikiran-pemikiran tersebut, dia adalah orang yang Masya Allāh semangat dalam menuntut ilmu. Namun, dia berusaha untuk mengutak-atik dan mendalami sesuatu yang sebenarnya tidak boleh dilakukannya, karena itu sudah melebihi apa yang telah ditentukan oleh Allāh ﷻ. Dia menganggap bahwa semua itu menjadikannya mendapatkan keutamaan, padahal justru itu menjadi

ذَرِيعَةُ الخِذْلَانِ، وسُلَّمُ الحِرْمَانِ، وَدَرَجَةُ الطُّغْيَانِ

itu adalah waswas dari syaithan, jadi hati-hati.

Dan sebenarnya mudah dalam memahami takdir Allāh ﷻ. Kita beriman bahwa Allāh ﷻ mengetahui segala sesuatu dan menulis segalanya, semua yang terjadi adalah dengan kehendak Allāh ﷻ dan merupakan ciptaan-Nya. Di sisi lain, kita diperintahkan untuk beramal shalih, menjalankan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan hingga kita meninggal dunia. Allāh ﷻ tidak suka dengan kekufuran, tidak menyenangi kebid’ahan, dan membenci kemaksiatan, sehingga kita tinggalkan dan Allah mencintai amal shalih dan juga keimanan.

Jika datang waswas dari syaitan bahwa Allāh ﷻ dzhalim , kita katakan:

وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
(QS. Fuṣṣilat: 46)

Allah tidak melakukan kebaikan sedikitpun, Allah Subhanahu wa ta’ala apa yang dia lakukan mungkin adalah karunia atau mungkin itu adalah sebuah keadilan, tidak ada kedzhaliman, Dan Allah lebih tahu siapa yang berhak untuk mendapatkan hidayah. Kalau disana ada orang yang disesatkan oleh Allah itu adalah kesalahan orang tersebut dan dia memang orang yang berhak untuk disesatkan oleh Allah dan Allah lebih tahu tentang keadaan dia daripada kita.

Demikian yang ada dalam diri seorang muslim sampai dia bertemu dengan Allah, sederhana sebenarnya cuma sebagian orang yang dia menyusahkan dirinya sendiri yang akhirnya bukan kebaikan justru malah kesesatan dan semakin jauh dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top