Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 49 | Beberapa Kaidah Yang Perlu Dijaga Terkait Individu Maupun Kelompok Bag 3

Halaqah 49 | Beberapa Kaidah Yang Perlu Dijaga Terkait Individu Maupun Kelompok Bag 3

Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Para ikhwah dan juga para akhawat, para admin, para musyrif dan juga koordinator. Kembali kita lanjutkan pembahasan kitab “Kun Salafiyyan ‘alā Al-Jāddah.”

Syaikh hafidzhahullahu ta’ala menyebutkan ucapan-ucapan para ulama-ulama yang kita kenal, in syaa Allah, bahwa termasuk sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang benar adalah membantah orang-orang yang menyimpang. Dan tidak diharuskan mereka menyebutkan kebaikan mereka atau dinamakan dengan Muwazanah (الموازنة).

وقد سُئل سماحة الشيخ العلامة عبدالعزيز ابن باز السؤال التالي:

Syaikh Bin Baz telah ditanya dengan pertanyaan berikut:

بالنسبة لمنهج أهل السنة والجماعة في نقد أهل البدع وكتبهم هل من الواجب ذكر محاسنهم ومساوئهم فقط أم فقط مساوئهم

Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah di dalam membantah ahlul bid’ah dan kitab-kitab mereka, apakah termasuk kewajiban menyebutkan kebaikan mereka dan kejelekan mereka? Atau cukup menyebutkan kejelekan mereka?

Lihat bagaimana jawaban beliau,

فأجاب رحمه الله

Beliau menjawab,

“المعروف في كلام أهل العلم نقد المساوئ للتحذير وبيان الأخطاء التي أخطؤا فيها للتحذير منها أما الطيب معروف مقبول الطيب، لكن المقصود التحذير من أخطائهم الجهمية، المعتزلة، الرافضة، … وما أشبه ذلك فإذا دعت الحاجة إلى بيان ما عندهم من حق يبين وإذا سأل السائل ماذا عندهم من الحق، ماذا وافقوا فيه أهل السنة؟ والمسئول يعلم ذلك يبين لكن المقصود الأعظم والأهم بيان ما عندهم من الباطل ليحذر السائل ولئلا يميل إليهم”

Yang ma’ruf yang dikenal dari ucapan para ulama adalah membantah kesalahan dengan tujuan untuk mengingatkan dan menjelaskan kesalahan yang mereka terjatuh di dalamnya, supaya manusia waspada.

أما الطيب معروف مقبول الطيب،

Adapun sesuatu yang baik, maka itu adalah ma’ruf dan diterima kebaikannya.

Kalau yang baik ya sudah, itu memang ma’ruf dan sudah diterima. Yang perlu diingatkan di sini adalah jeleknya, ini yang membahayakan.

لكن المقصود التحذير من أخطائهم الجهمية، المعتزلة، الرافضة، …

Tapi maksud dari ini semua adalah mengingatkan dari kesalahan mereka, contoh misalnya Jahmiyyah, Mu’tazilah, Rafidhah, dan lain-lain.

وما أشبه ذلك

Dan yang semisalnya

فإذا دعت الحاجة إلى بيان ما عندهم من حق يبين

Maka (jadi yang semisalnya maksudnya adalah aliran-aliran yang lain) kalau memang diperlukan untuk menjelaskan apa yang ada pada mereka berupa kebenaran maka dijelaskan.

Jadi terkadang ketika dakwah ada satu kondisi di mana kita menyebutkan sedikit kebaikan dari mereka. Akan tetapi tujuannya setelah itu adalah untuk membantah. Jadi meskipun mereka demikian dan demikian, mereka semangat dalam hal demikian, tapi kesalahan mereka fatal misalnya. Nah ini kata Syaikh kalau memang diperlukan untuk menyebutkan kebaikan mereka maka silakan disebutkan.

وإذا سأل السائل ماذا عندهم من الحق، ماذا وافقوا فيه أهل السنة؟

Dan kalau ada yang bertanya apakah mereka punya kebenaran, apa kebenaran yang mereka mencocoki Ahlus Sunnah dalam masalah ini

والمسئول يعلم ذلك يبين

Dan yang ditanya mengetahui yang demikian, maka hendaklah dia sampaikan.

“Oh, kebaikannya adalah demikian dan demikian, kelebihannya mereka di sini.”

Tapi bukan berarti Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak mempunyai kebaikan yang mereka miliki. Ketika kita mengatakan kebaikan mereka demikian, bukan berarti Ahlus Sunnah tidak memiliki. Karena seluruh kebaikan dimiliki oleh Ahlus Sunnah.

Jadi Ahlus Sunnah kalau kita mau mencari kebaikan, ada dalam Ahlus Sunnah, karena yang mereka ikuti adalah Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para Salaf secara keseluruhan. Secara global mereka mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para Salaf, sehingga seluruh kebaikan ada di dalam manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

يبين

Maka dia menjelaskan.

لكن المقصود الأعظم والأهم بيان ما عندهم من الباطل ليحذر السائل ولئلا يميل إليهم”

Tapi maksud yang paling besar dan yang paling penting adalah menjelaskan kebathilan mereka, untuk mengingatkan orang yang bertanya supaya tidak condong kepada ahlul bid’ah tadi.

Jadi kalau itu memang adalah maksud yang utama, ya kalau kita menyebutkan sedikit kebaikan mereka, langsung kita tutupi tadi, kebaikan dengan dengan kekurangan mereka dan kejelekan mereka dan kesesatan mereka.

Seperti tadi misalnya disebutkan, “Oh, iya mereka ini semangat dalam hal ibadah, tapi mereka kesesatannya adalah mengangkat imam, menganggap bahwa orang lain kafir, atau tidak mengakui bahwa pemerintah kita adalah imam mereka atau penguasa mereka.” ini kita tekankan supaya manusia benar-benar waspada dengan kejelekan mereka.

فسأله آخر:

Kemudian ada yang bertanya lagi:

فيه أناس يُوجبون الموازنة أنك إذا انتقدت مبتدعاً ببدعته لتحذر الناس منه يجب أن تذكر حسناته حتى لا تظلمه

Ada pertanyaan lain, atau ada yang bertanya, ada orang lain yang bertanya:
Di antara mereka ada orang-orang yang mewajibkan Muwazanah (الموازنة), yaitu kalau engkau membantah seorang ahlul bid’ah yang dia telah membuat bid’ah, engkau membantah mereka dengan tujuan untuk supaya manusia waspada.

Maka dalam keadaan demikian wajib untuk menyebutkan kebaikan mereka supaya kita tidak mendzhalimi. Ini ucapan sebagian. Jadi kalau memang kita menyebutkan bid’ahnya ya wajib untuk menyebutkan kebaikannya sehingga kita tidak mendzhalimi. Ada sebagian orang yang mengatakan demikian.

Bagaimana jawaban Syaikh?

فأجاب الشيخ رحمه الله لا ما هو بلازم ما هو بلازم.

Syaikh mengatakan: Tidak, itu bukan suatu keharusan, itu bukan suatu keharusan.

ولهذا إذا قرأت كتب أهل السنة وجدت أن المراد التحذير

Oleh karena itu kalau engkau membaca kitab-kitab Ahlus Sunnah, engkau akan mendapatkan bahwasanya maksud ini semua adalah untuk mengingatkan

إقرأ في كتب البخاري (خلق أفعال العباد)

Silakan antum baca kitab-kitab Al-Bukhari seperti Khalqu Af’ali Al-’Ibad (خلق أفعال العباد)

في كتاب الأدب في الصحيح،

Dan juga di dalam Kitabul Adab yang ada di dalam Shahih Bukhari.

كتاب السنة لعبدالله بن أحمد

Kitabu As-Sunnah yang ditulis oleh Abdullah bin Ahmad.

كتاب التوحيد لابن خزيمة،

Ibnu Khuzaimah mengarang sebuah kitab At-Tauhid, bisa dilihat di sana juga.

رد عثمان بن سعيد الدارمي على أهل البدع…

Bantahan Utsman bin Sa’id Ad-Darimi terhadap ahlul bid’ah

إلى غير ذلك يوردونه للتحذير من باطلهم ما هو المقصود تعديد محاسنهم…

Dan lain-lain, mereka mendatangkan hal tersebut atau menulis kitab-kitab tersebut, dengan tujuan supaya mengingatkan dari kebathilan ahlul bid’ah. Kemudian kebathilan mereka, bukanlah maksudnya menghitung-hitung kebaikan mereka.

المقصود التحذير

Maksudnya di sini adalah mengingatkan tentang kejelekan orang tersebut.

من باطلهم ومحاسنهم لا قيمة لها بالنسبة لمن كفر إذا كانت بدعته تكفره

Kebaikan-kebaikan mereka itu tidak ada harganya kalau mereka kafir, apabila kebid’ahan mereka mengeluarkan mereka dari Islam. Karena ada kebid’ahan yang sampai mengeluarkan seseorang dari Islam. Maka kalau mereka berbuat baik, ini tidak ada manfaatnya, tidak ada gunanya.

بطلت حسناته وإن كانت لا تكفره فهو على خطر عظيم

Batallah kebaikan-kebaikan mereka. Dan kalau bid’ah tersebut tidak mengkafirkan atau tidak menjadikan dia keluar dari agama Islam, maka dia dalam bahaya yang besar.

فالمقصود بيان الأخطاء والأغلاط التي يُحذر منها

Maka maksud semua ini adalah untuk menjelaskan kesalahan dan kekurangan atau kesalahan yang diingatkan.

Ini adalah maksud dari mentahdzir, yaitu untuk menjelaskan kesalahan dan juga kecacatan yang diingatkan dari kesalahan tersebut, yaitu yang di mana para ulama mengingatkan dari kesalahan tersebut.

Thayyib, itu adalah ucapan dari Syaikh bin Baz rahimahullah.

Bagaimana dengan ucapan Syaikh Shalih Al-Fauzan?

وسئل الشيخ العلامة صالح بن فوزان الفوزان حفظه الله

Ditanya Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzhahullahu ta’ala (semoga Allah menjaga beliau)

بعد أن سئل عدة أسئلة حول الجماعات السؤال التالي:

Setelah beliau ditanya tentang beberapa pertanyaan yang berkisar tentang masalah jamaah-jamaah, dengan pertanyaan berikut ini. يا

شيخ نحذر منهم دون أن نذكر محاسنهم مثلا؟ أو نذكر محاسنهم ومساوئهم!

Ya Syaikh, apakah kita mentahdzir dari mereka tanpa menyebutkan kebaikan mereka atau menyebutkan kebaikannya dan juga kejelekannya?

Boleh tidak, kita menyebutkan kebaikan dan juga kejelekan secara langsung?

فأجاب ” إذا ذكرت محاسنهم معناه دعوت لهم…

Maka Syaikh mengatakan. Kalau engkau menyebutkan kebaikan mereka, berarti maknanya engkau mendoakan kebaikan untuk mereka

لا

Kata beliau, “Tidak, jangan demikian!”

لا تذكر محاسنهم

Jangan engkau menyebutkan kebaikan mereka.

أذكر الخطأ الذي هم عليه فقط

Sebutkan kesalahan yang dia berada di atasnya, sebutkan kesalahannya saja.

لأنه ما هو موكول لك أن تدرس وضعهم وتقوم شخصياتهم،

Beliau mengatakan, karena tidaklah dia diserahkan untukmu (maksudnya adalah supaya engkau meneliti keadaan dia atau meluruskan individu dia.

أنت موكول لك ببيان الخطأ

Tapi yang ditugaskan kepadamu adalah untuk menjelaskan kesalahan.

الذي عندهم من أجل أن يتوبوا منه،

Kesalahan yang ada pada mereka supaya mereka bertaubat darinya. Ini maksudnya.

ومن أجل أن يحذره غيرهم،

Dan tujuannya adalah supaya yang lain, mereka waspada

أما إذا ذكرت محاسنهم قالوا، هذا الذي نبغيه”.

Tapi kalau engkau menyebutkan kebaikan mereka, mereka akan mengatakan, inilah yang kami inginkan.”

Jadi kalau demikian, kesimpulannya adalah, jangan kita menyebutkan kebaikan mereka. Tapi kita menyebutkan kejelekan mereka dengan tujuan supaya mereka kembali kepada jalan yang benar.

(مقدمة النصر العزيز ص 8 نقلاً من شريط مسجل الدرس الثالث من دروس كتاب التوحيد التي ألقاها فضيلته في صيف عام 1413هـ بالطائف)

(Muqaddimah Al-Nasr Al-Aziz, hal. 8, dikutip dari kaset rekaman pelajaran ketiga dari pelajaran Kitab At-Tauhid, yang disampaikan oleh beliau pada musim panas tahun 1413 H di Thaif)

Ini disebutkan di dalam Muqaddimah An-Nashr Al-’Aziz (مقدمة النصر العزيز) dan isinya adalah jawaban dari Syaikh Shalih Al-Fauzan tentang pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi kita, yaitu tentang menyebutkan kebaikan dan juga kejelekan ketika membantah.

Kemudian beliau mendatangkan ucapan Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salman rahimahullah.

وسئل فضيلة الشيخ عبدالعزيز المحمد السلمان رحمه الله السؤال التالي

Ditanya fadhilatus Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salman tentang pertanyaan berikut.

هل تشترط الموازنة بين الحسنات والسيئات في الكلام على المبتدعة في منهج السلف

Apakah diharuskan ber-muwazanah antara kebaikan dan kejelekan, ketika berbicara tentang ahlul bid’ah di dalam manhaj Salaf? Apakah harus disebutkan muwazanah tadi?

فأجاب رحمه الله (اعلم وفقنا الله وإياك وجميع المسلمين

Maka beliau rahimahullah menjawab, ketahuilah semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan antum dan seluruh kaum muslimin.

أنه لم يؤثر عن أحد من السلف الصالح من الصحابة والتابعين وتابعيهم بإحسان تعظيم أحد من أهل البدع والموالين لأهل البدع و المنادين بموالاتهم

Bahwasanya tidak dinukil dari seorang pun dari para Salafush Shalih, baik para sahabat, para tabi’in, para tabiut tabi’in, yang mereka mengikuti mereka dengan baik, pengagungan terhadap seorang pun dari ahlul bid’ah dan orang-orang yang loyal dengan ahlul bid’ah dan orang-orang yang mengajak untuk loyal kepada mereka.

Kenapa demikian?

لأن أهل البدع مرضى القلوب

Karena ahlul bid’ah itu sakit hatinya.

ويخشى على من خالطهم أو اتصل بهم أن يصل إليه ما بهم من هذا الداء العضال

Dikhawatirkan orang yang campur dengan mereka, berhubungan dengan mereka, akan sampai kepada mereka penyakit yang menular yang parah ini.

لأن المريض يعدي الصحيح ولا عكس

Karena orang yang sakit itu menulari orang yang sehat, dan bukan sebaliknya.

فالحذر الحذر من جميع أهل البدع

Maka berhati-hatilah dari seluruh ahlul bid’ah

ومن أهل البدع الذين يجب البعد عنهم وهجرانهم، الجهمية، الرافضة، المعتزلة، الماتريديه، الخوارج، الصوفية، الأشاعرة،

Dan di antara ahlul bid’ah yang wajib untuk dijauhi dan diboikot adalah Jahmiyah, Rafidhah, Mu’tazilah, Maturidiyyah, orang-orang Khawarij, orang-orang Shufiyyah, Asya’irah,

ومن على طريقتهم المنحرفة عن طريقة السلف

Dan orang yang berada di atas jalan mereka yang menyimpang dari jalan para Salaf. فينبغي للمسلم أن يحذرهم ويحذر منهم

Maka wajib bagi seorang muslim untuk waspada dari mereka dan mengingatkan manusia dari mereka.

Kemudian beliau mendatangkan ucapan Syaikh Al-Albani.

وسئل الشيخ الألباني رحمه الله عن قاعدة الموازنة

Dan ditanya Syaikh Al-Albani rahimahullah tentang kaidah Muwazanah.

فأنكرها وجاء في كلامه

Maka beliau mengingkari dan beliau mengatakan:

“من أين لهم أن الإنسان إذا جاءت مناسبة لبيان خطأ مسلم إن كان داعية أو غير داعية لازم يعمل محاضرة يذكر فيها محاسنه من أولها إلى آخرها الله أكبر شيء عجيب

Beliau mengatakan dengan nada mengingkari, “Dari mana mereka mendapatkan bahwa seseorang apabila ada kesempatan untuk menjelaskan kesalahan seorang muslim, baik dia adalah seorang da’i atau selain da’i, kemudian mengatakan harus ada Muhadharah (محاضرة), ceramah khusus yang di situ dia menyebutkan kebaikannya dari awal sampai akhir,

Kemudian beliau mengatakan, الله أكبر; Allah Maha Besar. شيء عجيب; ini adalah sesuatu yang aneh.”

Ini menunjukkan pengingkaran beliau terhadap kaidah Muwazanah yang didengungkan oleh sebagian kelompok.

ومما تقدم عن علماء السلف المتقدمين والمعاصرين، يتبين أنه ليس من منهج السلف الموازنات في نقد أهل الباطل،

Dari apa yang telah berlalu, dari ucapan para Salaf, baik yang dulu maupun yang sekarang/ulama Salaf yang dulu maupun yang sekarang, jelas bagi kita bahwa bukan termasuk manhaj Salaf adanya Muwazanah dalam membantah ahlul bathil.

وأن ذلك المنهج – أي الموازنة بين الحسنات والسيئات عند النقد – يؤدي إلى مفاسد كبيرة وخطيرة جداً،

Dan bahwasanya selain itu bukan termasuk manhaj Salaf. Maka manhaj seperti itu, yaitu manhaj Muwazanah antara kebaikan dan juga kejelekan, ketika membantah ini bisa membawa kepada beberapa kerusakan yang besar dan berbahaya sekali.

وأهمها :

Di antaranya adalah:

١ – تجهيل السلف.
٢ – رميهم بالظلم والجور.
٣ – تعظيم البدع وأهلها وتحقير أئمة السلف وما هم عليه من السنة والحق

Bahayanya menganggap para Salaf itu bodoh tadi sudah disebutkan tentang bagaimana yang dilakukan oleh para Salaf ketika membantah; ketika mereka menulis, membantah Jamiyyah, membantah orang misalnya, mereka tidak menyebutkan kebaikannya. Berarti kalau kita menganggap kaidah Muwazanah ini adalah baik, kita telah membodohkan para Salaf.
Kalau kita menganggap benar kaidah Muwazanah ini berarti kita telah menuduh para Salaf dengan kezaliman, ketika mereka tidak menyebutkan kebaikan, mereka berarti adalah orang-orang yang zalim.
Akibatnya adalah ada pengagungan terhadap bid’ah, ketika seseorang menyebutkan kebaikan ahlul bid’ah berarti ada pengagungan terhadap bid’ah dan juga orang-orang yang merupakan tokoh bid’ah tadi. Berarti di situ juga ada penghinaan terhadap para imam Salaf dan apa yang ada pada mereka berupa kebenaran.

Tentunya ini adalah mafsadah-mafsadah, kerusakan-kerusakan yang berbahaya dari akibat kaidah Muwazanah ini.

ثم أن الملفت للنظر

Kemudian di antara hal yang menolehkan perhatian kita.

أن أصحاب الدعوة إلى المناداة بالموازنة بين الحسنات والسيئات مع ما في هذا المنهج من باطل، وتزيين للبدع وأهلها وتلميعهم (هم لا يطبقون هذا المنهج على أهل السنة المعاصرين السائرين على نهج السلف الكرام

Ini hal yang perlu kita perhatikan, bahwa mereka orang-orang yang mengajak untuk Muwazanah antara kebaikan dan kejelekan dan kita tahu bahwasanya itu adalah manhaj yang bathil. Dan di situ ada menghias-hiasi kebid’ahan, memperindah ahlul bid’ah, memperkilap ahlul bid’ah. Mereka ini tidak menerapkan manhaj ini kepada Ahlus Sunnah yang ada di zaman sekarang yang mereka berada di atas manhaj Salaf yang mulia.

بل يقذفونهم البوائق الدواهي ظلماً وبغياً ويذيعونها في أرجاء الأرض ويفعلون كل ذلك انتصاراً لأهل البدع ومحاماة عنهم

Bahkan mereka ini menuduh ulama-ulama kita Ahlus Sunnah, dengan berbagai tuduhan yang keji dengan kedzaliman dan melebihi batas, dan menyiarkan itu semuanya di seluruh penjuru bumi. Melakukan itu semuanya dalam rangka untuk menolong ahlul bid’ah dan membela mereka.

فيقع المساكين في حمأة الصد عن سبيل الله والصد عن منهج السلف من حيث يشعرون أو لا يشعرون

Akhirnya mereka pun, orang-orang miskin tadi yaitu miskin manhaj, miskin aqidah, orang-orang tersebut akhirnya mereka terjatuh dalam menutupi manusia dari jalan Allah, dan menutupi manusia dari manhaj Salaf, baik mereka menyadari atau mereka tidak menyadari.

ويقعون في حمأة الدعوة إلى الباطل والبدع

Akhirnya mereka pun justru malah terjerumus ke dalam mengajak manusia kepada kebathilan dan juga kebid’ahan

من حيث يشعرون أو لا يشعرون) أهـ من كلام الشيخ العلامة ربيع.

Baik mereka menyadari yang demikian atau tidak menyadari.

Selesai ucapan Syaikh, yaitu:

من كلام الشيخ العلامة ربيع

Berasal dari ucapan syaikh Rabi’ hafidzhahullahu ta’ala.

Ini jelas menunjukkan kepada kita tentang bahayanya kaidah Al-Muwazanah, ternyata dia memiliki banyak mudharat atas kaum muslimin dan seperti yang diucapkan oleh Syaikh, “Mereka sendiri, yaitu orang-orang yang mengajak untuk Muwazanah tidak menerapkan ini ketika bersama ulama-ulama Salafiyyin yang ada di zaman sekarang.”

بارك الله فيكم

Kita cukupkan sekian, kita sambung pada kesempatan yang akan datang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top