Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 47 | Sikap Para Salafus Shalih Terhadap Ahlul Bid’ah Bag 4 dan Beberapa Kaidah Yang Perlu Dijaga Terkait Individu Maupun Kelompok Bag 1

Halaqah 47 | Sikap Para Salafus Shalih Terhadap Ahlul Bid’ah Bag 4 dan Beberapa Kaidah Yang Perlu Dijaga Terkait Individu Maupun Kelompok Bag 1

Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘ala Al-Jaddah, masih pada pembahasan bahwa Nabi ﷺ terkadang menyebutkan kejelekan seseorang tanpa menyebutkan kebaikannya karena tujuannya adalah untuk mentahdzir.

Ucapan Abu Hurairah,

سيكون في آخر الزمان ناس يحدثونكم بما لم تسمعوا أنتم ولا آباؤكم فإيَّاكم وإيَّاهم

Hadits ini dan juga yang sebelumnya yaitu tentang ucapan Nabi ﷺ,
“Apabila engkau melihat orang-orang yang mengikuti yang samar dari Al-Qur’an maka itulah yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an.”

قال البغوي في شرح هذين الحديثين

Berkata Al-Baghawi ketika menjelaskan dua hadits ini:

قد أخبر النبي صلى الله عليه وسلم عن افتراق هذه الأمة وظهور أهل الأهواء والبدع فيهم وحكم بالنجاة لمن اتبع سنته وسنة أصحابه

Maka Nabi ﷺ telah mengabarkan tentang perpecahan umat ini dan nampaknya ahlul ahwa dan juga ahlul bid’ah di antara mereka dan Beliau ﷺ menghukumi dengan keselamatan bagi orang yang mengikuti sunnah Beliau dan juga sunnah para sahabatnya.

فعلى المرء المسلم إذا رأى رجلاً يتعاطى شيئاً من الأهواء والبدع معتقداً أو يتهاون بشيء من السنن أن يهجره ويتبرأ منه ويتركه حياً وميتاً

Maka kewajiban seorang muslim ketika dia melihat seseorang melakukan sesuatu yang berkaitan dengan hawa nafsu dan kebid’ahan, معتقداً baik itu berupa aqidah atau dia bermudah-mudahan dalam sunnah di antara sunnah-sunnah Nabi ﷺ, maka hendaklah dia meng-hajr-nya (memboikotnya), berlepas diri darinya, meninggalkan dia dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati.

فلا يُسلم عليه إذا لقيه

Maka tidak mengucapkan salam kepadanya kalau bertemu

ولا يُجيبه إذا ابتدأ إلى أن يترك بدعته

Dan tidak menjawab salamnya kalau dia mengucapkan salam terlebih dahulu.
Sampai kapan? Sampai dia meninggalkan bid’ahnya.

ويراجع الحق

Dan kembali kepada kebenaran.

والنهي عن الهجران فوق ثلاث فيما يقع بين الرجلين من التقصير في حقوق الصحبة والعشرة دون ما كان في حق من الدين فإن هجرة أهل الأهواء والبدع دائمة إلى أن يتوبوا ” أ هـ

Dan larangan untuk memboikot lebih dari tiga hari, ini kalau di antara dua orang yang mereka salah di dalam masalah menunaikan hak teman atau persahabatan. Bukan di dalam masalah agama. Dalam masalah dunia, iya tidak boleh lebih dari tiga hari tetapi dalam masalah agama tidak. Maka meng-hajr ahlul ahwa dan ahlul bid’ah ini adalah seterusnya sampai mereka bertaubat kepada Allah ﷻ.

هذا بالنسبة للتحذير من أهل الأهواء والبدع

Ini adalah hal yang berkaitan dengan mengingatkan manusia dari ahlul ahwa dan juga ahlul bid’ah.

وأما بالنسبة لذكر النبي صلى الله عليه وسلم عيوب أشخاص معينين بدون ذكر محاسنهم

Kalau tadi adalah dalil tentang mentahdzir ahlul bid’ah, maka di sana ada penyebutan Nabi ﷺ, aib-aib kekurangan beberapa orang tanpa menyebutkan kebaikan mereka.

Jadi terkadang Nabi ﷺ menyebutkan secara khusus kejelekan seseorang tanpa menyebutkan kebaikan mereka. Ini menunjukkan tentang bathilnya muwazanah.

Dalil yang pertama:

١ – فعن عائشة رضي الله عنها أن رجلاً استأذن على النبي صلى الله عليه وسلم فلما رآه قال ” بئس أخو العشيرة وبئس ابن العشيرة “

Dari ‘Aisyah, ada seseorang yang meminta izin kepada Nabi ﷺ kemudian ketika beliau ﷺ melihatnya. Beliau mengatakan, “Ini adalah saudara kabilah yang paling jelek atau anak kabilah yang paling jelek (yaitu paling jelek akhlaknya).”

قال القرطبي رحمه الله في الحديث جواز غيبة المعلن بالفسق أو الفحش أو نحو ذلك من الجور في الحكم والدَّعاء إلى البدعة …. “

Di dalam hadits ini ada bolehnya mengghibahi orang yang terang-terangan menunjukkan kefasikannya atau mengucapkan ucapan yang jorok dengan terus terang. Boleh kita mengghibahinya atau yang semisalnya berupa kezhaliman di dalam masalah hukum dan dia mengajak kepada kebid’ahan.

قال النووي :

Berkata An-Nawawi:

“و في الحديث مدارة من يتقى فحشه و جواز غيبة الفاسق المعلن فسقه و من يحتاج الناس إلى التحذير منه”

Di dalam hadist ini ada mudarah (مدارة) yaitu seorang berakhlak baik kepada orang yang ditakutkan kejelekannya dan bolehnya seorang mengghibahi seorangb yang fasiq yang dia menampakkan kefasikannya, dan orang-orang yang manusia itu membutuhkan tahdzir dari orang tersebut, yaitu orang yang manusia mentahdzir mereka. Maka dalam keadaan demikian boleh seseorang melakukan mudarah (مدارة) atau berakhlak baik kepada mereka, tersenyum, sebagaimana dilakukan oleh Nabi ﷺ.

Kemudian dalil yang kedua, tentang bahwasanya Nabi ﷺ terkadang menyebutkan kejelekan tanpa menyebutkan kebaikan.

Seperti tadi, seorang laki-laki yang disifati oleh Nabi adalah orang yang paling jelek di kaum tersebut, yaitu jelek akhlaknya. Padahal bagaimanapun jeleknya pasti di sana ada kebaikan, tapi Nabi ﷺ tidak menyebutkan kebaikan tadi.

٢ – ولما ذكرت فاطمة بنت قيس للنبي صلى الله عليه وسلم أن معاوية بن أبي سفيان وأبا جهم خطباها

Fathimah bintu Qais menyebutkan untuk Nabi ﷺ bahwasanya Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan juga Abu Jahm datang untuk meminang beliau.

فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” أما أبو جهم فلا يضع عصاه عن عاتقه،

Maka Rasulullah ﷺ mengatakan, “Adapun Abu Jahm maka tidak meletakkan tiangnya عن عاتقه dari bahunya (maksudnya adalah orang yang sering memukul).

وأما معاوية فصعلوك لا مال له

Adapun Mu’awiyah, maka dia adalah orang yang tidak punya.

انكحي أسامة بن زيـد”

Maka hendaklah engkau menikah dengan Usamah bin Zaid.”

ولا شك أن للرجلين فضائل ومحاسن ولكن المقام مقام نصيحة ومشورة لا يتطلب أكثر من ذلك

Dan tidak diragukan bahwasanya dua laki-laki ini memiliki keutamaan dan juga kebaikan akan tetapi keadaannya di sini adalah keadaan dalam menasihati. Maqamnya di sini adalah maqam nasihat, kita dalam keadaan menasihati, dalam keadaan bermusyawarah, tidak lebih dari itu atau tidak menuntut lebih dari itu.

Kemudian dalil yang lain (dalil yang ketiga).

٣ – وعن عائشة رضي الله عنها أن هند بنت عتبة قالت يا رسول الله إن أبا سفيان رجل شحيح وليس يعطيني ما يكفيني وولدي إلا ما أخذت منه وهو لا يعلم قال : خذي ما يكفيك وولدك بالمعروف”

Dari ‘Aisyah رضي الله عنها, bahwasanya Hindun bintu ‘Utbah, beliau mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan (yaitu suaminya) adalah seseorang yang sangat bakhil, tidak memberikan kepadaku apa yang mencukupi aku dan juga anak-anakku kecuali apa yang aku ambil darinya dan dia tidak tahu”. Maka Nabi mengatakan, “Ambillah apa yang mencukupimu dan apa yang mencukupi untuk anak-anakmu بالمعروف yaitu sesuai dengan kebiasaan di situ (artinya tidak berlebihan, hakmu saja).”

Ini juga menjadi dalil bahwa Nabi ﷺ terkadang menyebutkan kejelekan seseorang tapi tidak menyebutkan kebaikannya.

قال الحافظ ابن حجر واستدل بهذا الحديث على جواز ذكر الإنسان بما لا يعجبه إذا كان على وجه الاستفتاء والاشتكاء ونحو ذلك وهو أحد المواضع التي تباح فيها الغيبة

Berkata Al-Hafidzh ibnu Hajar, dijadikan dalil dengan hadits ini bahwa bolehnya menyebutkan seseorang dengan sesuatu yang dia tidak senang, kalau ini dalam rangka meminta fatwa dan juga mengadu dan yang semisalnya. Ini adalah termasuk di antara keadaan-keadaan yang diperbolehkan untuk ghibah.

فلم ينكر عليها النبي صلى الله عليه وسلم ذكرها للجانب السيء ولم يكلفها بذكر محاسن أبي سفيان وإنه لذو محاس

Maka Nabi ﷺ tidak mengingkari yang demikian. Nabi ﷺ tidak mengingkari wanita tadi karena dia menyebutkan kejelekannya. Dan Nabi ﷺ juga tidak menyuruh wanita tadi (yaitu Hindun) untuk menyebutkan kebaikan-kebaikan Abu Sufyan, padahal tentunya beliau memiliki kebaikan-kebaikan.

قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمة الله عليه:

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, semoga Allah merahmati beliau:

“جرح رواة الحديث بالحق و بدع المبتدعة واجب شرعاً

Menyebutkan kesalahan perawi hadits dengan benar dan membid’ahkan ahlul bid’ah, menyebutkan tentang kesalahan mereka, ini adalah kewajiban secara syariat karena dengannya kita bisa menjaga kemurnian Islam.

وقال : ومثل أئمة البدع من أهل المقالات المخالفة للكتاب والسنة

Kemudian beliau mengatakan: Dan contohnya adalah tokoh-tokoh bid’ah yang memiliki tulisan-tulisan atau pendapat-pendapat yang menyelisihi Al-Qur’an dan juga Sunnah.

فإن بيان حالهم وتحذير الأمة منهم واجب باتفاق المسلمين

Maka menjelaskan keadaan mereka dan mengingatkan umat dari mereka ini adalah kewajiban dengan kesepakatan kaum muslimin.

حتى قيل لأحمد بن حنبل الرجل يصوم ويصلي ويعتكف أحب إليك أو يتكلم في أهل البدع

Sehingga dikatakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal (dan ini sudah pernah disampaikan oleh beliau juga), seseorang berpuasa, shalat, beri’tikaf itu lebih engkau cintai atau seseorang berbicara atau membicarakan ahlul bid’ah?

فقال : إذا قام وصلى واعتكف فإنما هو لنفسه وإذا تكلم في أهل البدع فإنما هو للمسلمين هذا أفضل

Maka Imam Ahmad mengatakan: Kalau dia shalat, beri’tikaf, itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan kalau dia membicarakan ahlul bid’ah maka ini adalah untuk kaum muslimin, maka inilah yang afdhal.

فبيّن أن نفع هذا عام للمسلمين في دينهم من جنس الجهاد في سبيل الله

Maka beliau menjelaskan bahwasanya manfaat orang ini lebih umum untuk kaum muslimin di dalam agama mereka termasuk jenis jihad di jalan Allah ﷻ. (ini sudah berlalu juga penjelasannya)

إذ تطهير سبيل الله ودينه ومنهاجه وشرعته ودفع بغي هؤلاء وعدوانهم على ذلك واجب على الكفاية باتفاق المسلمين

Karena membersihkan jalan Allah, agamanya, manhajnya, syariatnya, dan menolak kedzhaliman dan permusuhan mereka atau berlebihannya mereka di dalam yang demikian adalah sebuah kewajiban yang merupakan fardhu kifayah dengan kesepakatan kaum muslimin.

Fardhu kifayah itu artinya kalau sudah dilakukan oleh sebagian, maka tidak wajib bagi yang lainnya.

ولولا من يقيمه الله لدفع ضرر هؤلاء لفسد الدين

Kalau bukan karena orang-orang yang Allah jadikan mereka, Allah hidupkan mereka untuk menolak mudharat ahlul bid’ah tersebut, niscaya akan rusak agama ini (niscaya mereka akan merusak agama ini dengan sebab ahlul bid’ah).

وكان فساده أعظم من فساد استيلاء العدو من أهل الحرب

Dan kerusakan tersebut lebih besar daripada kerusakan penjajahan musuh yang memerangi kita.

فإن هؤلاء إذا استولوا لم يفسدوا القلوب وما فيها من الدين إلا تبعا وأما أولئك فهم يفسدون القلوب ابتداءاً “

Karena mereka ini yaitu penjajah, kalau sudah menguasai itu tidak merusak hati kita secara langsung dan tidak merusak apa yang ada di dalam hati kita berupa agama kecuali تبعا, kecuali hanya mengikuti saja. Adapun mereka yaitu ahlul bid’ah maka mereka langsung merusak hati dari awal.

Itu adalah tentang masalah kita ketika membantah ahlul bid’ah maka tidak harus kita menyebutkan kebaikan mereka. Justru kalau disebutkan kebaikannya malah akan menjadikan bingung manusia; Ini orang baik atau orang jelek?

Kemudian setelahnya beliau mengatakan:

ضوابط يجب مراعاتها بالنسبة للأفراد والجماعات:

Beberapa kaidah yang wajib untuk dijaga yang berkaitan dengan individu maupun kelompok.

وهذه ضوابط تحدد من يجب احترامهم وإكرامهم من البشر

Kaidah-kaidah ini menentukan siapa yang wajib untuk dihormati dari kalangan manusia.

فلا يجوز أن تمس كرامتهم،

Maka tidak boleh disentuh kehormatan mereka, dirusak kehormatan mereka.

وتحدد من يجوز الكلام فيهم ونقدهم بل يجب عند الحاجة والمصلحة دون تعريج على محاسنهم.

Dan ditentukan siapa yang boleh untuk kita bicarakan dan untuk dibantah atau bahkan wajib ketika memang diperlukan dan memang di sana ada maslahat tanpa kita menyebutkan kebaikan mereka.

Sebenarnya siapa yang wajib kita hormati sehingga tidak boleh kita rusak kehormatannya. Dan siapa yang boleh untuk kita bicarakan.

أ_ من يجب تكريمهم

Siapa orang-orang yang wajib untuk kita hormati?

أولاً : الرسل والأنبياء صلوات الله وسلامه عليهم أجمعين.

Yang Pertama: Yang wajib kita hormati adalah para rasul dan juga para nabi.

ثانياً: الصحابة الكرام رضوان الله عليهم أجمعين

Yang Kedua: Para sahabat yang dimuliakan oleh Allah, semoga Allah meridhai semuanya

فليس لهم من الأمة إلا الحب والتوفير

Maka tidak boleh atas mereka ini kecuali kita harus mencintai mereka dan menghormati mereka.

وقد أثنى الله عليهم في كتابه الثناء العاطر وتحدث عن منازلهم وجهادهم وبذلهم في سبيل الله المال والنفس Allah ﷻ telah memuji mereka.

Kenapa mereka dihormati? Karena Allah telah memuji mereka di dalam Al-Qur’an dengan pujian yang sangat indah dan Allah berbicara tentang kedudukan mereka dan jihad mereka dan bagaimana mereka berinfaq fisabilillah dan juga dengan harta mereka dan dengan jiwa raga mereka.

وأثنى عليهم رسول الله صلى الله عليه وسلم الثناء العاطر أفراداً وجماعة

Dan Rasulullah ﷺ juga memuji mereka dengan pujian yang sangat indah, baik secara individu maupun secara berjama’ah.

واعتنى وفضائلهم ومكارمهم أئمة الإسلام

Dan telah memperhatikan tentang keutamaan mereka dan kedudukan mereka, keistimewaan mereka oleh imam-imam kaum muslimin. Mereka telah berbicara tentang keutamaan mereka.

فألفوا في فضائلهم

Mereka pun menulis tentang masalah keutamaan mereka ini.

ومناقبهم

Dan juga tentang manaqib-manaqib mereka (yaitu perjalanan hidup mereka).

المؤلفات الكثيرة

Mereka telah mengarang karangan-karangan yang banyak di dalam masalah keutamaan para sahabat.

وقد نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن سبهم

Rasulullah ﷺ telah melarang dari mencela mereka.

فقال “لا تسبوا أصحابي فو الذي نفسي بيده لو أنفق أحدكم مثل أحد ذهباً ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه” متفق عليه.

Beliau mengatakan, “Jangan kalian mencela para sahabatku. Demi Allah, demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya seandainya salah seorang di antara kalian beinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, niscaya itu tidak akan sampai pahalanya setara dengan satu mud yang dikeluarkan oleh seorang sahabat. ولا نصيفه bahkan tidak sampai setengah mud.” (Muttafaqun ‘alaih, hadits ini adalah dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan juga Muslim)

Seandainya ada di antara sahabat yang berinfak kurang dari atau setengah mud misalnya, maka pahala yang didapatkan oleh sahabat tadi jauh lebih besar daripada pahala salah seorang di antara kita yang berinfak emas sebesar gunung Uhud.

Ini adalah pujian Nabi ﷺ untuk para sahabat Nabi ﷺ.

ولقد عرف منـزلتهم أهل السنة والجماعة

Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka telah mengetahui tentang kedudukan mereka.

فحافظوا عليها أيَّما حِفاظ

Maka mereka pun menjaga kehormatan para sahabat.

ونهو عن الخوض فيما شجر بين علي ومعاوية ومن معهما من بقية الصحابة

Dan mereka melarang untuk kita berbicara tentang apa yang terjadi di antara para sahabat, perselisihan yang terjadi antara Ali dengan Mu’awiyah dan orang-orang yang bersama beliau berdua dari kalangan para sahabat.

وأثبتوا لهم أجر المجتهدين

Dan mereka, yaitu Ahlus Sunnah, telah menetapkan bagi mereka ini pahala orang-orang yang berijtihad (Yaitu kalau benar, dia mendapatkan dua pahala. Kalau salah, dia mendapatkan satu pahala).

وحكموا على من يتكلم فيهم

Dan mereka menghukumi bagi orang yang berbicara tentang sahabat

أو في أحد منهم بالزيغ والضلال والزندقة.

Atau berbicara tentang salah seorang di antara mereka (tidak harus semuanya, salah seorang saja, ada orang yang membicarakan tentang sahabat tadi) maka dihukumi sebagai seorang yang menyimpang dan orang yang sesat dan orang yang memiliki زندقة yaitu zindiq (menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman. Ini kurang lebih makna zindiq).

Baik, mungkin itu yang bisa kita sampaikan

بارك الله فيكم
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top