Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Para ikhwah dan juga para akhawat, di admin, dan juga para musyrifin, musyrifat dan juga para koordinator yang dimuliakan oleh Allah ﷻ.
Kembali kita akan membahas tentang kitab Kun Salafiyyan ‘Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh fadhilatu Syaikh Abdussalam As-Suhaimi Hafidzhahullahu Ta’ala.
Beliau membawakan setelahnya tentang nukilan-nukilan dari Salaf, yang memenuhi kitab-kitab mereka yang berisi tentang tahdziran mereka dan bantahan mereka terhadap kebid’ahan dan juga al-mubtadi’ah.
Syaikh mengatakan,
فلهذه النصوص المتقدمة وما في معناها
Karena dalil-dalil di atas dan yang semakna dengannya.
فقد حذر أئمة السلف من البدع و المبتدعة
Maka para imam-imam salaf telah mengingatkan dari kebid’ahan dan juga para Ahlul Bid’ah.
و امتلأت كتبهم و مؤلفاتهم بالرد على البدع وأهلها
Dan telah penuh kitab-kitab mereka dan karangan-karangan mereka dengan bantahan terhadap Ahlul Bid’ah dan juga Mubtadi’ah
و التحذير من ذلك
Dan mengingatkan manusia dari yang demikian.
Kemudian beliau mendatangkan nukilan-nukilan tersebut:
١ – فقد روى مسلم في صحيحه عن يحيى بن يعمر وحميد بن عبد الرحمن قال يحيى لعبدالله ابن عمر رضي الله عنه :- إنه قد ظهر قبلنا أناس يقرؤون القرآن ويتقفرون العلم وذكر شأنهم وأنهم يزعمون أنه لا قدر وأن الأمر أنف قال ابن عمر : فإذا لقيت أولئك فأخبرهم أني بريء منهم وأنهم براء مني والذي يحلف به عبدالله بن عمر لو أن لأحدهم مثل أحد ذهباً فأنفقه ما قبل الله منه حتى يؤمن بالقدر … “
Al-Imamu Muslim, beliau telah meriwayatkan di dalam shahih beliau dari Yahya bin Ya’mar atau Ya’mur, dan juga Humaid bin Abdurrahman. Berkata Yahya kepada ‘Abdullah bin Umar. Yahya dan juga Humaid mendatangi Abdullah bin Umar kemudian Yahya berkata kepada ‘Abdullah; “Sesungguhnya telah nampak, telah muncul di arah kami (yaitu dari daerah mereka), sekelompok manusia yang membaca Al-Qur’an dan mereka mencari-cari ilmu.”
Membaca Al-Qur’an dan mereka mencari-cari ilmu, artinya dzahirnya mereka membaca Al-Qur’an dan juga mereka menghadiri majelis ilmu, tapi ternyata mereka adalah orang-orang yang sesat.
وذكر شأنهم وأنهم يزعمون أنه لا قدر وأن الأمر أنف
Kemudian Yahya menyebutkan tentang kelompok ini dan ternyata meskipun mereka membaca Al-Qur’an dan mungkin punya sedikit perhatian tentang ilmu ternyata mereka menyangka bahwasanya takdir itu tidak ada.
Tidak ada takdir dahulu kemudian terjadi, itu tidak ada, kata mereka. Dan bahwasanya seluruh yang terjadi ini adalah terjadi dengan begitu saja, tidak didahului dengan takdir.
قال ابن عمر:
Maka berkata Ibnu ‘Umar:
فإذا لقيت أولئك فأخبرهم أني بريء منهم وأنهم براء مني
“Kalau engkau bertemu dengan mereka lagi (nanti kalau pulang ketemu dengan mereka) kabarkan kepada mereka bahwasanya aku (yaitu ‘Abdullah bin ‘Umar) berlepas diri dari mereka ini, dan bahwasanya mereka juga berlepas diri dariku.”
Ini menunjukkan براء (bara-a) dan kebencian ‘Abdullah bin ‘Umar kepada orang-orang tersebut, yang mereka mengingkari takdir.
والذي يحلف به عبدالله بن عمر لو أن لأحدهم مثل أحد ذهباً فأنفقه ما قبل الله منه حتى يؤمن بالقدر … “
Demi Dzat yang ‘Abdullah bin ‘Umar bersumpah denganNya, seandainya salah seorang di antara mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian menginfakkannya, maka Allah ﷻ tidak akan menerima darinya sampai dia beriman dengan takdir.
Allah tidak akan menerima shadaqah meskipun sebesar gunung Uhud berupa emas, sampai dia beriman dengan takdir. Menunjukkan tentang tahdziran ‘Abdullah bin ‘Umar terhadap kelompok tersebut. Dan menunjukkan bahwasanya orang yang mengingkari takdir Allah, mengatakan bahwasanya Allah tidak tahu sesuatu sebelum terjadinya, maka ini termasuk sesuatu yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam.
٢ – وعن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أنه قال : “إياكم وأصحاب الرأي فإنهم أعداء السنة أعيتهم الأحاديث أن يحفظوها فقالوا بالرأي فضلوا وأضلوا” رواه ابن أبي شيبة.
Dan dari ‘Umar bin Khatthab رضي الله عنه beliau mengatakan, “Hati-hati kalian dengan orang-orang yang mendahulukan akalnya di dalam agama.”
Di dalam beragama mereka adalah أصحاب الرأي mendahulukan akalnya di atas dalil. Dalil sudah jelas di depannya tetapi dia mengedepankan akalnya di atas dalil. Kalau sesuai dengan akalnya diterima, kalau tidak sesuai dengan akalnya maka tidak diterima. Ini أصحاب الرأي.
Karena mereka ini adalah musuh-musuh sunnah, musuh-musuh agama ini. Mereka tidak mau untuk menghafal hadits-hadits Nabi ﷺ. Mereka capek dalam menghafal hadits Nabi ﷺ sehingga akhirnya mereka pun berbicara dengan akalnya.
فضلوا وأضلوا
Akhirnya merekapun sesat dan juga menyesatkan.
رواه ابن أبي شيبة
Ucapan ‘Umar bin Khatthab ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah yaitu di dalam Al-Mushannaf.
Menunjukkan bagaimana ‘Umar bin Khatthab mengingatkan manusia dari kejelekan أصحاب الرأي (orang-orang yang mendahulukan akal di atas dalil).
٣ – وروى الدارمي واللالكائي وغيرهما عن أبي قلابة رحمه الله قال : “ما ابتدع قوم بدعة إلا استحلوا السيف.”
Al-Imam Ad-Darimi dan juga Al-Lalikai dan selain keduanya meriwayatkan dari Abi Qilabah, bahwasanya beliau mengatakan: “Tidaklah sebuah kaum, mereka membuat bid’ah kecuali mereka akan menghalalkan pedang.”
Maksudnya bagaimana?
Maksudnya, awalnya hanya melakukan bid’ah di dalam agama, tapi ini akan membawa mereka akhirnya untuk menghalalkan darah kaum muslimin dan ini banyak terjadi.
Orang yang terjatuh ke dalam bid’ah, mereka banyak, mereka akan mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan mereka. Kalau dikafirkan maka akan menghalalkan darah mereka.
Dan ini bisa berasal dari bid’ah yang kecil, kemudian membesar-membesar sampai akhirnya dia akan memerangi kaum muslimin sendiri, seperti yang terjadi pada orang-orang khawarij.
٤ – وقال أبو أيوب السختياني : “أهل الأهواء كلهم خوارج وقال إن الخوارج اختلفوا في الاسم واجتمعوا على السيف.”
Berkata Abu Ayyub As-Sikhtiyani: “Para pengikut hawa nafsu semuanya, mereka adalah khawarij.” (Ini mungkin mengambil dari sisi bahasa).
Kemudian beliau mengatakan, “Orang-orang khawarij itu, mereka berbeda dalam nama saja namun mereka bersatu dalam pedang.”
Berbeda namanya karena imamnya berbeda, pemimpinnya berbeda, tetapi aqidah mereka sama, yaitu mengangkat pedang (mengangkat senjata). Yaitu memberontak kepada penguasa atau menghalalkan darah kaum muslimin dan semuanya adalah orang-orang khawarij.
Ini adalah maksud ucapan beliau dan ini juga termasuk menunjukkan tentang tahdzir-an Abu Ayyub As-Sikhtiyani terhadap para Ahlul Bid’ah.
٥ – وعن سفيان الثوري رحمه الله قال : “البدعة أحب إلى إبليس من المعصية والمعصية يتاب منها والبدعة
لا يتاب منها( ء ).” – رواه اللالكائي
Berkata Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah: “Bid’ah itu lebih dicintai oleh iblis daripada ma’shiah.”
Kenapa demikian? Karena ma’shiah, orang mungkin bertaubat, dia tahu itu adalah sebuah kesalahan. Adapun bid’ah maka dia tidak bertaubat karena dia merasa itu adalah sebuah kebaikan.
Ucapan ini diriwayatkan oleh Al-Lalikai, menunjukkan tentang peringatan Sufyan Ats-Tsauri terhadap kebid’ahan dan juga para pelaku bid’ah. Bid’ah itu lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiatan.
٦- وروى أيضاً عن قتادة أنه قال: “يا أحول إن الرجل إذا ابتدع بدعة ينبغي لها أن تذكر حتى تحذر.”
Beliau meriwayatkan, yaitu Al-Lalika`i, dari Qatadah bahwasanya beliau mengatakan: “Wahai ahwal, sesungguhnya seseorang apabila dia melakukan bid’ah maka ينبغي لها, yang sepantasnya bagi orang yang melakukan bid’ah tadi adalah untuk disebutkan kebid’ahannya, حتى تحذر, sampai diwaspadai kebid’ahan tersebut.” ini ucapan Qatadah.
٧ – وعن الحسن قال : “أهل الأهواء بـمنـزلة اليهود والنصارى.”
Hasan (yaitu Hasan Al-Bashri) mengatakan bahwasanya Ahlul Ahwa, para pengikut hawa nafsu, para Ahlul Bid’ah itu kedudukannya seperti orang Yahudi dan Nashrani. Wallahu ta’ala a’lam, di sini bukan beliau maksudnya adalah mengkafirkan seluruh Ahlul Ahwa, tapi maksudnya mungkin mereka adalah seperti orang Yahudi atau ada di antara mereka yang memiliki sifat orang Yahudi yang berilmu tetapi tidak beramal. Atau ada di antara mereka seperti orang Nashara, semangat dalam beramal tetapi tidak berilmu. Jelas ini menunjukkan tahdzir-an beliau.
٨ – وقال عمر بن عبدالعزيز رحمه الله : “إذا رأيت قوماً يتناجون في دينهم بشيء دون العامة فاعلم أنهم على
تأسيس ضلالة”
Berkata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, apabila engkau melihat sebuah kaum yang mereka berbisik-bisik di dalam agama mereka, pertemuan yang tersembunyi, di sana ada kelompok khusus tanpa yang lain, maka ketahuilah bahwasanya mereka ini sedang mendirikan sebuah kesesatan.
Karena agama Islam jelas tidak ada yang perlu kita sembunyikan. Kita sampaikan tentang tauhid, tentang Islam, tentang thaharah, tidak ada yang perlu kita sembunyikan
٩ – وقال عبدالله بن عمر رضي الله عنه :” ما فرحت بشيء من الإسلام أشد فرحاً بأن قلبي لم يدخله شيء
من هذه الأهواء”
‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, “Tidaklah aku bergembira dengan sesuatu lebih dari gembiraku dengan Islam, yang melebihi kegembiraanku ketika hatiku ini tidak dimasuki oleh hawa nafsu-hawa nafsu tersebut.”
Maksudnya, hatiku selamat dari melakukan bid’ah mengikuti hawa nafsu. Maka beliau sangat gembira dengan yang demikian karena ini adalah karunia dari Allah setelah kegembiraan beliau diberikan hidayah kepada agama Islam.
١٠ – وعن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال : “يجيء قوم يتركون من السنة مثل هذا يعني مفصل الإصبع
فإن تركتموهم جاءوا بالطامة الكبرى.”
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, akan datang sebuah kaum yang mereka meninggalkan sunnah seperti ini, yaitu seperti ruas jari. Meninggalkan sunnah seperti ruas jari, mungkin sedikit
فإن تركتموهم جاءوا بالطامة الكبرى
Jadi mereka mendatangkan di awalnya dengan bid’ah yang kecil, tapi kalau kalian biarkan mereka, tidak dibantah dan seterusnya,
جاءوا بالطامة الكبرى
Maka mereka akan datang dengan bencana yang lebih besar.
Sehingga ini menunjukkan kewajiban kita untuk membantah orang-orang yang menyimpang.
In syaa Allah kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.
بارك الله فيكم
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته