Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 44 | Sikap Para Salafus Shalih Terhadap Ahlul Bid’ah Bag 1

Halaqah 44 | Sikap Para Salafus Shalih Terhadap Ahlul Bid’ah Bag 1

Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Para ikhwah dan juga para akhawat, para admin, dan juga para musyrif dan juga musyrifat dan para koordinator yang dimuliakan oleh Allah.

Di antara yang disebutkan oleh Syaikh di dalam kitab beliau Kun Salafiyyan ‘Ala Al-Jaaddah adalah tentang bagaimana sikap para Salafush Shalih terhadap Ahlul Bid’ah.
Beliau mengatakan:

موقف السلف الصالح من المبتدعة

Sikap para Salafus Shalih, para pendahulu kita yang shalih terhadap Ahlul Bid’ah.

Bagaimana sikap mereka?

الحذر و التحذير من أهل الأهواء و البدع المخالفين للسنة

Sikap mereka adalah waspada dan mengingatkan manusia dari para pengikut hawa nafsu, para Ahlul Bid’ah yang mereka menyelisihi sunnah Rasulullah ﷺ.

Ini adalah sikap umum yang dimiliki oleh para Salafus Shalih, mereka waspada dengan Ahlul Bid’ah, bahkan mereka mengingatkan manusia dari kejahatan dan juga penyimpangan Ahlul Bid’ah.

قال ﷺ:

Nabi ﷺ mengatakan:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

“Barangsiapa yang mengamalkan atau membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami yaitu dalam agama ini, apa-apa yang bukan termasuk darinya maka itu adalah tertolak.”

Dan inilah yang dilakukan oleh Ahlul Bid’ah, mereka telah mengadakan sesuatu yang bukan termasuk agama Nabi ﷺ.

وقال ﷺ: من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.”

وقال ﷺ: من أحب لله وأبغض لله وأعطى لله ومنع لله فقد استكمل الإيمان

Dan di antara petunjuk Nabi ﷺ, yang ini menjadi dasar bagi para Salaf dalam mengingatkan manusia dari penyimpangan Ahlul Bid’ah, yaitu ucapan Nabi ﷺ:
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah,dan memberi karena Allah, dan melarang atau mencegah karena Allah, maka sungguh ia telah sempurna keimanannya.” (HR. Abu Dawud)

من أحب لله

Barangsiapa yang mencintai karena Allah, yaitu karena ketaatan orang lain kepada Allah

وأبغض لله

Dan dia membenci karena Allah, saudaranya melakukan bid’ah, maka dia membencinya dan mengingatkan dia dan kalau dia menyeru kepada bid’ahnya, maka kita juga mengingatkan manusia jangan sampai mengikuti apa yang dia seru.

Ini termasuk bagian dari membenci karena Allah. Bukan membenci karena hartanya, bukan membenci karena dia tidak membantu (misalnya), tetapi membenci karena dia melakukan kemaksiatan kepada Allah.

Bid’ah ini termasuk maksiat, amalannya tertolak dan dia adalah termasuk maksiat.

وأعطى لله

Dan dia memberi karena Allah.

ومنع لله

Dan dia melarang atau mencegah karena Allah.

Ketika dia memberi, memberi karena Allah, karena memang disyariatkan, maka dia berikan, ketika dia mencegah tidak memberikan hartanya bukan karena hawa nafsu, bukan karena kebencian pribadi, tetapi karena Allah ﷻ.

Dia memandang bahwasanya Allah ﷻ tidak senang kalau saya memberikan harta yang Allah berikan ini kepada orang tadi dalam keadaan seperti ini. Berarti dia menahan karena Allah, tidak memberi karena Allah.

فقد استكمل الإيمان

Maka sungguh dia telah sempurna keimanannya.

Kalau sampai seseorang sudah sampai derajat yang demikian, memberi karena Allah, mencegah karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah maka ini menunjukkan kesempurnaan imannya. Dan inilah yang dilakukan oleh para Salafus Shalih ketika mereka melakukan tahdzir dan mengingatkan manusia tentang penyimpangan Ahlul Bid’ah.

رواه أبو داود

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud.

وقال ﷺ : ما من نبي بعثه الله في أمة قبلي إلا كان له من أمته حواريون وأصحاب يأخذون بسنته و يقتدون بأمره ثم إنها تخلف من بعدهم خلوف يقولون ما لا يفعلون ويفعلون مالا يؤمرون فمن جاهدهم بيده فهو مؤمن و من جاهدهم بلسانه فهو مؤمن و من جاهدهم بقلبه فهو مؤمن و ليس من وراء ذلك من الإيمان حبة خردل – رواه مسلم

Nabi ﷺ mengatakan:
“Tidak ada seorang nabi yang diutus oleh Allah kepada sebuah umat sebelumku, kecuali dia akan memiliki hawaariyun (حواريون) dan juga ashhaab (أصحاب); akan memiliki para sahabat dan juga orang-orang yang dekat dengannya, yang mereka akan mengambil sunnah beliau dan akan meneladani dan menjalankan apa yang beliau perintahkan. Kemudian setelah itu akan datang, yaitu setelah mereka akan datang, generasi-generasi yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya dia adalah orang yang beriman. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka dia adalah orang yang beriman. Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya maka dia adalah orang yang beriman. Dan tidak ada di balik itu semua atau setelah itu semuanya keimanan meskipun hanya sebesar biji khardal (خردل).” (HR. Muslim)

ويفعلون مالا يؤمرون

Lihat: “Mengerjakan apa yang tidak diperintahkan”, masuk di dalamnya bid’ah-bid’ah ini, melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Nabi ﷺ.

Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya dia adalah orang yang beriman. Terkadang harus dengan kekuasaan. Mereka diperangi, dihilangkan kekuatan mereka dengan kekuasaan.

Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka dia adalah orang yang beriman. Memerangi ahlul bid’ah dengan lisan, menjelaskan kepada mereka dan menasihati mereka atau mengingatkan umat dari kesalahan mereka, maka ini adalah termasuk bagian dari keimanan.

ومن جاهدهم بقلبه فهو مؤمن

Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya maka dia adalah orang yang beriman. Memerangi mereka dengan hatinya maksudnya adalah mengingkari dengan hatinya karena dia tidak mampu mengingkari dengan kekuasaan, tidak mampu mengingkari dengan lisannya maka dia mengingkari dengan hatinya

و ليس من وراء ذلك من الإيمان حبة خردل

Dan tidak ada di balik itu semua atau setelah itu semuanya keimanan meskipun hanya sebesar biji khardal (خردل). Jadi yang paling minimal adalah seseorang mengingkari dengan hatinya.

رواه مسلم

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله ﷺ

Dari Abdullah bin Mas’ud beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

يخرجُ في آخرِ الزمانِ قومٌ أحداثُ الأسنانِ سفهاءُ الأحلامِ يقولون من خيرِ قول الناس، يمرقون من الإسلام كما يمرق السهم من الرمية من لقيهم فليقتلهم، فإن في قتلهم أجرا لمن قتلهم عند الله يوم القيامة

Dalam sebuah hadits, yaitu haditsnya ‘Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Akan keluar di akhir zaman sebuah kaum yang mereka masih muda-muda dan mereka ini akalnya kurang. Mereka mengucapkan dari sebaik-baik ucapan manusia. Mereka menjauh dari Islam, sebagaimana menjauhnya anak panah dari buruannya. Barangsiapa yang bertemu dengan mereka hendaklah membunuh mereka, karena sesungguhnya di dalam membunuh mereka ini ada pahala bagi orang yang membunuh mereka di sisi Allah di hari kiamat.”

يخرجُ في آخرِ الزمانِ قومٌ أحداثُ الأسنانِ سفهاءُ الأحلامِ

Akan keluar di akhir zaman sebuah kaum yang mereka masih muda-muda dan mereka ini akalnya kurang, karena yang tua itulah yang sudah matang, adapun yang masih muda ini tergesa-gesa dan masih memiliki darah muda yang panas yang mudah berkobar tanpa mengedepankan akalnya.

Mereka mengucapkan dari sebaik-baik ucapan manusia, ada yang mengatakan maksudnya adalah ucapan Nabi ﷺ. Jadi mereka berdalil, padahal mereka adalah orang-orang yang masih muda dan mereka adalah akalnya kurang tapi yang mereka ucapkan adalah dalil (menyebutkan dalil).

Tapi ternyata apa? Karena masih mudanya mereka dan kurang akalnya mereka dan mereka mengikuti hawa nafsu akhirnya dipahami dengan tidak benar dalil tersebut sehingga,

يمرقون من الإسلام كما يمرق السهم من الرمية

Mereka menjauh dari Islam, sebagaimana menjauhnya anak panah dari buruannya. Maksudnya bagaimana? Kalau anak panah ini dilepas dan dia dalam keadaan yang sangat cepat dan kuat dan tajam maka dia menembus hewan buruan tadi dan sampai keluar dari arah yang lain. Menjauh dari buruan tadi dan ini menunjukkan tentang bagaimana jauhnya mereka dari Islam. Padahal yang mereka ucapkan adalah dalil.

من لقيهم فليقتلهم

Kata Nabi ﷺ, “Barangsiapa yang bertemu dengan mereka hendaklah membunuh mereka.”

Dan yang dimaksud di sini adalah orang-orang khawarij (nanti akan dijelaskan oleh Syaikh) dan mereka adalah Ahlul Bid’ah. Dan Nabi ﷺ di sini mengingatkan kita tentang kejelekan mereka.

Sampai Nabi mengatakan, “barangsiapa yang bertemu dengan mereka hendaklah membunuh mereka”, karena sesungguhnya di dalam membunuh mereka ini ada pahala bagi orang yang membunuh mereka di sisi Allah di hari kiamat.

Ini menunjukkan bahwasanya memerangi Ahlul Bid’ah dan membantah mereka, ini adalah termasuk bagian dari berperang di jalan Allah, ini termasuk bagian dari dakwah dan ucapan Nabi menunjukkan tentang bagaimana penyimpangan yang besar yang dimiliki oleh orang-orang khawarij.

و المعني بهذا الحديث هم الخوارج و قد قاتلهم أصحاب رسول الله ﷺ مع علي أبي طالب رضي الله عنه في معركة النهروان

Dan yang dimaksud di dalam hadits ini adalah orang-orang khawarij, para sahabat Rasulullah ﷺ telah memerangi mereka bersama Ali bin Abi Thalib di dalam perang Nahrawan.

Kemudian beliau mengatakan:

فلهذه النصوص المتقدمة وما في معناها فقد حذر أئمة السلف من البدع و المبتدعة و امتلأت كتبهم و مؤلفاتهم بالرد على البدع وأهلها و التحذير من ذلك

Karena dalil-dalil di atas yang telah berlalu dan juga yang semakna, oleh karena itu para imam-imam Salaf mereka mengingatkan manusia dari kebid’ahan dan juga dari Ahlul Bid’ah dan kitab-kitab mereka dan karangan-karangan mereka penuh dengan bantahan terhadap kebid’ahan dan juga orang-orang yang melakukannya.

In syaa Allah akan kita lanjutkan penyebutan tentang ucapan para Salaf yang berisi tentang tahdziran kepada ahlul bid’ah In syaa Allah pada pertemuan selanjutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top