Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 36 | Antara Manhaj Ahli Bid’ah & Pengikut Hawa Nafsu Dengan Jalan Keselamatan Dengan Ittiba’ Bag 3

Halaqah 36 | Antara Manhaj Ahli Bid’ah & Pengikut Hawa Nafsu Dengan Jalan Keselamatan Dengan Ittiba’ Bag 3

Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Alhamdulillah kita bertemu kembali untuk melanjutkan pembahasan kitab “Kun Salafiyyan ‘Alal Jaaddah” (Jadilah Engkau Salafi yang Sejati) yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Abdussalam As Suhaimi Hafidzhahullah Ta’ala.

Masih beliau berbicara tentang bahwasanya kita ini diperintahkan untuk bersatu, yaitu bersatu di atas Al-Qur’an dan juga Hadits Nabi ﷺ. Dan ini adalah perintah Allah untuk kita semuanya dan kita dilarang untuk berpecah-belah.

Sebagian dalilnya sudah beliau sebutkan yaitu firman Allah:

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ {آل عمران:١٠٣}

Kemudian juga firman Allah Azza wa Jalla:

مَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ {الحشر:٧}

Dan ini semua masuk di dalamnya perkara yang merupakan ushul (pondasi) yang pokok dalam agama maupun perkara yang furu’ (perkara yang cabang). Kita disuruh untuk kembali kepada Al-Quran dan juga Hadits Nabi ﷺ.

Beliau mengatakan:

قال تعالى :

Allah berfirman, ini dalil yang lain yang menunjukkan tentang kewajiban kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوْا۟ عَنْهُ وَأَنتُمْ تَسْمَعُونَ {الأنفال: ٢٠}

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan juga Rasul-Nya, dan janganlah kalian berpaling dari-Nya, sedangkan kalian mendengar.” (QS. Al-Anfal: 20)

Kita disuruh taat kepada Allah yaitu mengikuti Al-Qur’an, taat kepada Rasul; mengikuti Sunnah beliau dan jangan kita berpaling dari beliau.

وَأَنتُمْ تَسْمَعُونَ

Sedangkan kalian mendengarnya.

Kalau sudah mendengar, ya melaksanakan. Jangan سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا, jangan mendengar kemudian bermaksiat.

و قد أمرنا الله عند التنازع بالرد إلى كتابه و إلى سنة رسول صلى الله عليه وسلم

Dan Allah telah memerintahkan kita ketika terjadi perselisihan untuk mengembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.

قال تعالى

Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا {النساء:٥٩}

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan ulil amri kalian, yaitu pemerintah kalian (penguasa kalian).

فَإِن تَنَـٰزَعْتُمْ

Kalau kalian saling berselisih.

فِى شَىْءٍ

Dalam sesuatu,

Dan ini masuk di dalamnya perkara yang ushul maupun perkara yang furu’, yang pondasi maupun yang cabang.

فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ

Maka kembalikanlah perselisihan tadi kepada Allah dan juga Rasul-Nya.

Jangan dikembalikan kepada adat saya, jangan dikembalikan kepada akal saya, tapi kembalikanlah kepada Allah dan juga Rasul.

إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ

“Kalau kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.”

Kita semuanya beriman kepada Allah dan hari akhir, kalau memang kita benar dalam keimanan kita, maka ketika terjadi perselisihan jangan ragu untuk mengembalikan itu kepada Allah dan juga Rasul-Nya. Kita harus kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya dan yakin apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya itulah yang paling baik bagi kita semuanya. Baik itu secara duniawi merugikan kita atau menguntungkan kita.

ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Yang demikian lebih baik dan lebih bagus akhirnya.” Mungkin secara dzhahir sekarang kelihatan merugikan kita, tapi ketahuilah bahwasanya akhirnya itu adalah lebih baik bagi kita. Akhirnya pasti itu adalah kebaikan. Jangan kita terhalangi untuk melakukan sebuah kebaikan karena tipu daya syaithan yang memberikan was-was,
“Nanti akhirnya kamu akan miskin, kamu akan demikian dan demikian.”
Itu adalah was-was dari syaithan. Adapun Allah, maka Allah ﷻ menjanjikan kepada kita ampunan dan akhir yang baik.

قال ابن كثير:

Dan Ibnu Katsir mengatakan ketika menafsirkan ayat ini.

أطيعوا الله فاتبعوا كتابه

Makna أطيعوا الله – taatlah kepada Allah – adalah hendaklah kalian mengikuti kitab-Nya yaitu Al-Qur’an.

وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ

Dan taatilah Rasul

أي خذوا بسنته

Yaitu ambillah sunnah beliau

أي:اتبعوا سنته

ikutilah sunnah beliau.

و أولي الأمر مثله

Dan penguasa semisalnya.

Maksudnya adalah, tidak disebutkan di sini أطيعوا karena diathafkan kepada sebelumnya, kepada Rasul. Diathafkan kepada yang sebelumnya, sehingga dipahami di sini kita diperintahkan untuk menaati ulul amri (kepada penguasa kita).

أي: فيما أمركم به من طاعة الله لا في معصية الله فإنه لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

Yaitu di dalam apa yang mereka yaitu penguasa kita memerintahkan kalian dengannya berupa ketaatan kepada Allah bukan di dalam kemaksiatan kepada Allāh ﷻ, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam maksiat kepada al-khaliq. Tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam kemaksiatan kepada Allah.

Jadi kalau apa yang datang dari penguasa kita itu adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan dalil, maka kita taat tapi kalau itu adalah maksiat bertentangan dengan dalil maka:

لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam berbuat maksiat kepada Allah ﷻ.

فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِی شَیۡءࣲ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ

“Kalau kalian berselisih di dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan juga Rasul-Nya.”

أي إلى كتاب الله وسنة رسوله وهذا أمر من الله عزوجل بأن كل شيء تنازع الناس فيه من أصول الدين و فروعه أنه يرد المتنازع فيه إلى الكتاب والسنة

Firman Allah, “Apabila kalian saling berselisih dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan juga Rasul-Nya yaitu kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.”

Dan ini kata Ibnu Katsir, perintah dari Allah ﷻ bahwa segala sesuatu di mana manusia saling berselisih di dalamnya baik berupa ushuluddin, pokok-pokok agama, maupun cabang-cabangnya, maka dikembalikan perkara tadi المتنزع فيه kepada Al-Qur’an dan juga Sunnah. Jangan dikembalikan kepada yang lain.

Ini merupakan sifat orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

كما قال تعالى :

Sebagaimana firman Allah:

وَمَا ٱخۡتَلَفۡتُمۡ فِیهِ مِن شَیۡءࣲ فَحُكۡمُهُۥۤ إِلَى ٱللَّهِۚ {الشو رى:١٠}

“Dan apa saja yang kalian perselisihkan maka hukumnya adalah kepada Allah.” (QS. Asy-Syura: 10)

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memutuskan di antara mereka.

فما حكم فيه الكتاب والسنة وشهدا له بالصحة فهو الحق فماذا بعد الحق إلا الضلال

Maka apa yang diputuskan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, dan keduanya bersaksi tentang kebenarannya, maka yang demikian adalah hak kalau memang itu sudah diputuskan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, maka itu adalah hak, maka tidaklah ada setelah kebenaran tadi kecuali kesesatan.

و لهذا قال تعالى: إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِر

Oleh karena itu Allah ﷻ mengatakan, “Kalau kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.”

أي: ردوا الفصل في الخصومات والجهالات إلى الكتاب و السنة و من لا يرجع إليها في ذلك فليس يؤمن بالله واليوم الآخر

Kalau kalian beriman kepada Allah dan hari akhir yaitu kembalikanlah keputusannya di dalam persengketaan, di dalam perkara yang tidak diketahui, kepada apa? Kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

Dan barangsiapa yang tidak kembali ke sana di dalam permasalahan-permasalahan ini maka berarti dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Maksudnya tidak sempurna keimanannya dan ini adalah termasuk keimanan yang wajib, wajib bagi kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, jangan kita kembali kepada selain keduanya.

ثم إن الله قد ذم التفرق و نهى عن الطرق و الأسباب المؤدية إليه

Kemudian sesungguhnya Allah ﷻ mencela, dan telah mencela perpecahan dan Allah ﷻ melarang dari jalan-jalan dan sebab-sebab yang bisa menuju kepada perpecahan, yang bisa menyebabkan perpecahan.

و أنه من أعظم أسباب الخذلان في الدنيا والعذاب في الآخرة

“Dan perpecahan ini termasuk sebab kehinaan di dunia dan adzab di akhirat.”

قال تعالى:

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِینَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخۡتَلَفُوا۟ مِن بَعۡدِ مَا جَاۤءَهُمُ ٱلۡبَیِّنَـٰتُۚ، وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِیمࣱ ، یَوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوهࣱ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهࣱۚ {آل عمرا :١٠٥-١٠٦}

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.” (QS. Ali ‘Imran: 105-106)

Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih, setelah jelas atau setelah datang kepada mereka petunjuk, keterangan yang jelas.

وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِیمࣱ

Mereka yaitu orang-orang yang berpecah-belah setelah datang kepada mereka petunjuk, sudah mendengar Qur’an sudah membaca Hadits Nabi dan sudah jelas baginya petunjuk tadi, tapi ternyata dia lebih memilih untuk tidak mengamalkan Qur’an dan juga Hadits tadi.

Dia lebih memilih aqidahnya yang sesat yang dibuat-buat oleh manusia bukan dari Al-Qur’an dan Hadits, maka orang yang demikian diancam dengan adzab yang besar.

یَوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوهࣱ وَتَسۡوَدُّ وُجُوهࣱۚ

“Hari di mana sebagian wajah akan putih dan sebagian wajah yang lain akan menghitam.”

Siapakah mereka?

قال ابن عباس:

Kata Ibnu Abbas :

تبيض وجوه أهل السنة و الجماعة و تسود وجوه أهل البدعة و الفرقة

“Bahwasanya wajah-wajah Ahlus Sunnah wal Jama’ah akan memutih dan wajah-wajah Ahlil Bid’ah dan juga Furqah, ahli bid’ah dan mereka adalah ahli dalam perpecahan mereka akan menghitam.”

Ini adalah tafsir dari Abdullah Ibnu Abbas, menunjukkan tentang harusnya kita ini bersatu di atas Al-Qur’an dan Hadits, dan jangan kita memisahkan diri kita dari Al-Qur’an dan Hadits. Karena ketika seseorang memisahkan dirinya dari Al-Qur’an dan Hadits, berarti dia terjerumus ke dalam kebid’ahan dan menjadi ahlul bid’ah dan juga al-furqah yang senang memecah belah umat dengan kebid’ahannya.

وقال تعالى:

Dan Allah mengatakan:

إِنَّ ٱلَّذِینَ فَرَّقُوا۟ دِینَهُمۡ وَكَانُوا۟ شِیَعࣰا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِی شَیۡءٍۚ إِنَّمَاۤ أَمۡرُهُمۡ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ یُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ یَفۡعَلُونَ {الأنعام: ١٥٩)

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’am: 159)

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya, memecah belah agamanya yaitu dengan cara dia tidak iltizam dan tidak mengikuti Al-Qur’an dan Hadits, berarti sebagian Al-Qur’an dan Hadits dia laksanakan, sebagian yang lain dia tidak laksanakan.

فرقة دينهم

Ini memecah belah agama.

Harusnya kita ini kafah,

ادخلوا في الإسلام كافة

“Hendaklah kalian masuk ke dalam Islam dengan secara keseluruhan.”

Adapun seseorang, sebagian ajaran dilaksanakan, sementara ajaran yang lain tidak dilaksanakan, padahal itu sama-sama sesuatu yang wajib di dalam agama tapi dia pisah-pisahkan.

Mungkin shalatnya sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, cara wudhunya sama dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Tapi dalam masalah aqidah, tentang sikap terhadap penguasa, tentang masalah dosa besar atau pelaku dosa besar, tentang masalah iman, dia tidak mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Ini namanya memecah belah ajaran agama.

وَكَانُوا۟ شِیَعࣰا

Dan mereka berkelompok-kelompok dan beraliran-aliran

لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِی شَیۡءٍۚ

Maka engkau bukan termasuk golongan mereka sedikitpun.

Nabi ﷺ kalau ditanya kita, beliau di atas aliran apa?

لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِی شَیۡءٍۚ

Nabi tidak berada di atas aliran-aliran tadi. Beliau berada di atas jalan yang lurus, ash-shirathul mustaqim, sementara aliran-aliran tadi, mereka berada di samping kanan kiri jalan yang lurus.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah mereka berada di belakang Nabi ﷺ.

إِنَّمَاۤ أَمۡرُهُمۡ إِلَى ٱللَّهِ

“Perkara mereka hanyalah kepada Allah.”

ثُمَّ یُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ یَفۡعَلُونَ

“Kemudian Allah ﷻ akan mengabarkan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.”

وقال ﷺ:

Dan beliau ﷺ mengatakan, dan ini adalah tentang hadits iftiraqul ummah, in syaa Allah akan kita bahas pada kesempatan selanjutnya.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top