Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 35 | Antara Manhaj Ahli Bid’ah & Pengikut Hawa Nafsu Dengan Jalan Keselamatan Dengan Ittiba’ Bag 2

Halaqah 35 | Antara Manhaj Ahli Bid’ah & Pengikut Hawa Nafsu Dengan Jalan Keselamatan Dengan Ittiba’ Bag 2

Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Kita lanjutkan, masih beliau berbicara tentang masalah syarat diterimanya amalan, yaitu ikhlas dan juga mutaba’ah.

و مما تقدم يتبين أنه لا بد لصحة أي عمل نريد أن نتقرب به إلى الله من شرطين أساسين

Dan dari perkara yang telah berlalu atau dari yang telah berlalu, jelas bagi kita bahwasanya amalan yang kita inginkan untuk mendekatkan diri dengannya kepada Allah, tidak shahih/tidak sah kecuali dengan dua syarat utama

ولابد من وجودهما مجتمعين ولا ينفك أحدهما عن الآخر

Dan harus ada dalam keadaan terkumpul dan tidak boleh terpisah satu dengan yang lain.

وهما إخلاص العبادة لله و حده

Keduanya, yaitu yang pertama adalah mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah.

و تجريد المتابعة لر سوله ﷺ

Dan mengikhlaskan, maksudnya adalah mengikuti Rasulullah ﷺ saja

تجريد المتابعة لر سوله

Benar-benar kita mengikuti Rasulullah ﷺ.

قال تعالى:

Allah ﷻ mengatakan:

فاعبد الله مخلصا له الدين {الزمر:٢}

Ini adalah dalil tentang ikhlas, “Maka hendaklah engkau menyembah kepada Allah dalam keadaan mengikhlaskan agama ini hanya untuk Allah saja”. (Az-Zumar: 2)

Ibadah hanya untuk Allah.

قال تعالى: وَٱبۡتَغِ فِیمَاۤ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡـَٔاخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِیبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡیَاۖ وَأَحۡسِن كَمَاۤ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَیۡكَۖ {القصص:٧٧}

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik…” (QS. Al-Qashash: 77)

Dan Allah mengatakan: Dan carilah di dalam apa yang Allah ﷻ berikan kepadamu ٱلدَّارَ ٱلۡـَٔاخِرَةَۖ

Carilah dengan rezeki yang Allah berikan kepada kita negeri akhirat yaitu kita ikhlas ingin mendapatkan pahala dari Allah dalam beribadah, dalam beramal, dan jangan engkau melupakan bagianmu dari dunia ini, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah ﷻ telah berbuat baik kepadamu.

وقال ﷺ :

Berkata Nabi ﷺ:

في الحديث القدسي الذي يرويه عن ربه

Di dalam hadits qudsi yang beliau ﷺ telah meriwayatkan ini dari Allah, berarti ini adalah ucapan Allah.

أنا أغنى الشركاء عن الشرك فمن عمل عملا أشرك معي فيه غيري تركته وشركه

“Aku adalah dzat yang paling tidak butuh dengan sekutu, barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan, dia menyekutukan Aku di dalam amalan tadi dengan selain-Ku تركته وشركه maka Aku akan meninggalkan dia dan juga sekutunya.”

Maksudnya adalah tidak diberikan pahala oleh Allah ﷻ. Ini adalah akibat dari orang yang tidak ikhlas di dalam ibadahnya. Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal ibadah.

Kalau tidak ikhlas, menginginkan Allah dan juga selain Allah maka تركته وشركه kata Allah, Aku akan tinggalkan dia dan juga sekutunya, yaitu tidak diberikan pahala, tidak diterima.

فا لإخلاص لا يتأتى مع الشرك أو الرياء أو إرادة الإنسان بعمله الدنيا ولا بد أن يكون العامل قد قصد بعمله وجه الله سبحانه و تعالى و حده

Maka ikhlas ini tidak mungkin datang dengan kesyirikan, tidak mungkin datang dengan riya atau seseorang menginginkan dengan amalannya dunia maka haruslah orang yang beramal tadi dia bermaksud dengan amalannya tadi wajah Allah saja. Tidak menginginkan yang lain.

Kemudian beliau mengatakan:

هذا بالنسبة لما يتعلق بالشرط الأول

Ini yang berkaitan dengan syarat yang pertama.

وأما الشرط الثاني:

Adapun syarat yang kedua:

فمعناه أن يكون العمل الذي نتقرب به إلى الله موافقا لما شرعه الله في كتابه أو سنه رسول الله ﷺ في سننه

Maka makna dari mutaba’ah adalah amalan tersebut yang kita gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, baik di dalam kitab-Nya atau pun di dalam sunnah RasulNya ﷺ.

Apa dalilnya?

قال تعالى :

Allah ﷻ mengatakan:

ٱلۡیَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِینَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَیۡكُمۡ نِعۡمَتِی وَرَضِیتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَـٰمَ دِینࣰاۚ {المائدة:٣}

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan Aku sempurnakan atas kalian nikmat-Ku dan Aku ridhai Islam ini sebagai agama bagi kalian.” (QS. Al-Maidah: 3)

Kemudian beliau mengatakan:

فقد أكمل الله لنا الدين قبل أن ينتقل الرسول ﷺ إلى الرفيق الأعلى فليس هو بحاجة إلى من يزيد وينقص فيه

Maka Allah ﷻ telah menyempurnakan agama ini untuk kita sebelum Rasulullah ﷺ kembali kepada Allah الرفيق الأعلى Dzat yang Maha Lembut, Dzat yang Maha Tinggi.

Oleh karena itu agama ini tidak butuh adanya orang yang menambah dan juga mengurangi. Sempurna berarti tidak boleh kita menambahnya, tidak boleh kita menguranginya. Yang kita lakukan adalah mengikuti sesuatu yang sempurna tadi yang telah dibawa oleh Nabi ﷺ.

و قد جاءت نصوص كثيرة تأمر بالاتباع و تحذر من الابتداع

Telah banyak di sana dalil-dalil yang menyuruh untuk mengikuti dan melarang kita untuk الابتداع yaitu membuat bid’ah di dalam agama,

والإحداث في الدين

dan membuat sesuatu yang baru dalam agama ini.

قال تعالى :

Allah mengatakan:

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِی رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةࣱ لِّمَن كَانَ یَرۡجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلۡیَوۡمَ ٱلۡـَٔاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِیرࣰا {الأحزاب: ٢١}

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah ﷺ contoh yang baik bagi orang yang mengharap Allah dan mengharap hari akhir dan dia mengingat Allah dengan ingat yang banyak”. (QS. Al-Ahzab: 21)

Ini menunjukkan bahwasanya orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan banyak berdzikir harusnya dia adalah menjadi orang yang banyak meniru Rasulullah ﷺ.

وقال تعالى:

Dan Allah mengatakan:

وَمَاۤ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُوا۟ۚ {الحشر:٧}

“Apa yang diberikan oleh Rasul maka ambillah dan apa yang beliau larang maka berhentilah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

وقال تعالى :

Dan Allah mengatakan:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِی یُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ {آل عمران: ٣١}

“Katakanlah kalau kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian”. (QS. Ali-‘Imran: 31)

ومن السنة أحاديث كثيرة منها قوله ﷺ عليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار.

Hadits yang menunjukkan tentang syarat yang kedua ini banyak, di antaranya adalah hadits ini, yang artinya: “Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin almahdiyyin setelahku, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian (yaitu ibarat tentang kuatnya kita dalam memegang sunnah beliau) dan hati-hatilah kalian dengan perkara yang diada-adakan karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempat kembalinya adalah neraka.”

وقوله ﷺ : تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدي كتاب الله و سنتي

Dan sabda Nabi ﷺ “Aku tinggalkan di antara kalian apa yang kalau kalian berpegang dengannya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya setelahku, yaitu Al-Quran dan Sunnahku.”

Maka ini menunjukkan keharusan kita untuk mengikuti Nabi bukan membuat sesuatu yang baru.

وقوله ﷺ:

Dan ucapan beliau ﷺ:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barangsiapa mengamalkan sebuah amalan tidak ada petunjuknya dari kami maka amalan tersebut tertolak.”

Ini akibat tidak mengikuti Rasulullah ﷺ, meskipun dia ikhlas tapi kalau dia tidak muttaba’a maka ini menjadi sebab amalannya ditolak oleh Allah ﷻ.

وقد أمر الله سبحانه وتعالى الأمة بالاجتماع و اتحاد الكلمة على أن يكون الأساس لهذا الاجتماع هو الاعتصام بكتاب الله و سنة رسول ﷺ

Dan Allah ﷻ telah memerintahkan umat ini untuk bersatu dan menyatukan kalimah dan dasar pondasi persatuan ini adalah dengan berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasulullah ﷺ.

ونهى عن التفرق وبين خطورته على الأمة و ليتحقق هذا الأمر فقد أمرنا بالتحاكم إلى كتاب الله في الأصول و الفروع و نهينا عن كل سبب يؤدي إلى التفرق

Kemudian beliau menjelaskan dan Allah ﷻ telah melarang kita untuk berpecah belah dan Allah menjelaskan tentang bahayanya atas umat ini, supaya terjadilah persatuan ini. Maka Allah ﷻ memerintahkan kita untuk berhukum dengan Al-Qur’an, baik di dalam pokok agama maupun dalam furu’nya.

Supaya apa? Supaya kita ini bersatu.

Kalau memang terjadi perselisihan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dan kita dilarang untuk melakukan segala sesuatu yang bisa menyebabkan perpecahan.

قال الله تعالى:

Allah ﷻ mengatakan:

وَٱعۡتَصِمُوا۟ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِیعࣰا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ۚ {آل عمران:١٠٣}

“Dan hendaklah kalian berpegang teguh dengan tali Allah semuanya, dan janganlah kalian saling berpecah belah satu dengan yang lain.” (QS. Ali-‘Imran: 103)

Tali Allah yang dimaksud adalah Al-Qur’an dan berpegang dengan Al-Qur’an masuk di dalamnya berpegang dengan Hadits.

وَلَا تَفَرَّقُوا۟ۚ

Dan janganlah kalian saling berpecah belah satu dengan yang lain.

هو عهد الله و هو القرآن

Dan yang dimaksud dengan tali Allah adalah عهد الله dan itu maksudnya adalah Al-Qur’an.

كما قال المفسرون

Sebagaimana ucapan para ahli tafsir.

و قد أمر الله با لجماعة و نهى عن الفرقة والا ختلاف

Dan Allah ﷻ telah memerintahkan kita untuk bersatu dan melarang dari perpecahan dan juga perbedaan.

كما قال تعالى

Sebagaimana firman Allah:

وَمَاۤ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُوا۟ۚ {ألحشر:٧}

“Dan apa yang diberikan oleh Rasul ambillah dan apa yang dilarang oleh beliau maka berhentilah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

وهذا شامل لأ صول الدين وفروعه الظاهرة و الباطنة و إن ما جاء رسول ﷺ يتعين على العباد الأخذ به واتباعه ولا تحل مخالفته وأن نص رسول الله ﷺ على حكم الشيء كنص الله تعالى لا رخصة لأ حد في تركه ولا يجوز تقديم قول أحد على قول الله

Beliau mengatakan,
Dan ini semuanya bersatu di atas Al-Qur’an dan Hadits mencakup perkara yang pokok dalam agama ini maupun yang furu’ yaitu cabangnya, yang dzahir maupun yang batin dan sesungguhnya apa yang datang dari Rasul wajib bagi para hamba untuk mengambilnya dan mengikuti Rasul dan tidak halal untuk menyelisihi Rasulullah ﷺ, dan bahwasanya nash dari Rasulullah ﷺ atas sebuah hukum maka ini seperti nashnya Allah.

Nash dari beliau sama dengan nash Allah yang tidak ada keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya dan tidak boleh mendahulukan ucapan seorang pun di atas ucapan Allah ﷻ.

Contoh ayat-ayatnya,

قال تعالى :

Allah ﷻ mengatakan:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوۡا۟ عَنۡهُ وَأَنتُمۡ تَسۡمَعُونَ {الأنفال:٢٠}

“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian taat kepada Allah dan juga RasulNya, dan janganlah kalian berpaling dari-Nya sedangkan kalian mendengar.” (QS. Al-Anfal: 2)

In syaa Allah, kita lanjutkan penjelasan tentang ayat ini pada pertemuan selanjutnya.

والله تعالى أعلم
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top