Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 33 | Manhaj Salaf Dalam Aqidah Bag 4

Halaqah 33 | Manhaj Salaf Dalam Aqidah Bag 4

Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Para Koordinator, Musyrifin dan juga Musyrifat, dan juga para Admin, semoga Allah ﷻ menjaga kita semua dari seluruh bencana dan juga mara bahaya.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘Ala Al-Jaddah yang ditulis oleh guru kami yang mulia, beliau adalah Fadhillatul Syaikh DR. Abdussalam As Suhaimi Hafidzahullah Ta’ala.

Beliau mengatakan, menceritakan tentang manhaj di antara manhaj ahlus sunnah, bahwasanya mereka adalah umat yang pertengahan (وسطيتهم بين الفرق) ahlus sunnah itu, mereka adalah orang yang berada di tengah. Senantiasa berada di tengah di antara aliran-aliran.

يقول شيخ الإسلام ابن تيمية

Berkata Syaikhul Islam:

أهل السنة في الإسلام كأهل الإسلام بين الملل

“Ahlus Sunnah di dalam agama Islam, itu seperti orang Islam ditengah-tengah agama atau ahli agama yang lain.”

Jadi Ahlus Sunnah di antara aliran-aliran yang ada itu seperti Islam atau orang Islam di antara pemeluk-pemeluk agama yang lain.

وقال أيضاً: فهم وسط في باب أسماء الله سبحانه وتعالى بين أهل التعطيل الجهمية وأهل التمثيل المشبهة.

Mereka berada di tengah di dalam masalah nama Allah antara orang yang menolak seperti orang-orang Jahmiyyah dan antara orang yang menyerupakan.

Jadi Ahlus Sunnah berada di pertengahan antara orang yang menolak sifat Allah atau menolak nama Allah dengan orang yang menyerupakan nama Allah dengan nama makhluk, mereka tidak menolak dan mereka juga tidak menyerupakan.

Tapi mereka mengikrarkan dan menerima seluruh apa yang datang dari Allah, mereka bukan ta’thil mereka bukan menolaknya. Mereka terima, tapi mereka juga bukan mentamtsil.

Mereka juga bukan menyerupakan nama tadi dengan nama-nama makhluk sehingga mereka berada di pertengahan. Tidak menta’thil sebagaimana mu’athilah dan mereka juga tidak mentasybih.

Kemudian,

وهم وسط في باب أفعال الله تعالى بين القدرية والجبرية،

Mereka juga pertengahan di dalam masalah أفعال الله (pekerjaan-pekerjaan Allah) antara orang-orang Qadariyyah dan Jabriyyah.

Orang-orang Jabriyyah berlebihan di dalam menetapkan أفعال الله sampai mengatakan bahwasanya, “apa yang kita lakukan adalah Allah yang melakukan.” Ketika kita shalat berarti Allah yang shalat, ketika kita makan berarti Allah yang makan. Berlebihan di dalam menetapkan أفعال الله.

Adapun Qadariyyah, maka mereka berlebihan sampai mengatakan bahwasanya, “apa yang kita lakukan kita yang menciptakan bukan Allah yang menciptakan.” Ini juga berlebihan.

Yang benar adalah seperti yang diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwasanya Allah ﷻ, Dia-lah yang menciptakan kita dan Dia-lah yang menciptakan apa yang kita lakukan. Dan juga Dia-lah yang menciptakan apa yang ada di dalam kehendak kita. Kehendak kita juga Allah ﷻ yang menciptakan, tapi yang melakukan hamba. Allah yang menciptakan perbuatan tersebut dan yang menjadi pelakunya adalah hamba tersebut. Allah yang menciptakan ketaatan yang dilakukan hamba tersebut dan yang melakukan adalah hamba.

Berbeda dengan Jabriyyah yang mengatakan bahwasanya kalau Allah yang menciptakan berarti Allah yang melakukannya. Allah yang shalat, Allah yang makan.

Dan kita tidak seperti Qadariyyah yang dia mengatakan bahwasanya bukan Allah yang menciptakan perbuatan kita. Tapi kita sendiri yang menciptakan perbuatan itu.

Kemudian juga,

وفي باب الوعيد بين المرجئة والوعيدية من القدرية وغيرهم

Di dalam masalah ancaman maka mereka berada di antara orang-orang Murji’ah dan orang-orang yang Wa’idiyyah.

Wa’idiyyah ini adalah kelompok yang mereka prioritaskan dan dijadikan syiar adalah ancaman saja. Adapun janji dari Allah maka mereka kurang memiliki perhatian terhadap janji-janji Allah. Ini dinamakan dengan Wa’idiyyah, masuk di dalamnya Khawarij dan Mu’tazilah.

Orang-orang Murji’ah ini berlebihan, sehingga mereka berlebihan di dalam masalah janji Allah.

من قال : لا إله إلا الله دخل الجنة

“Orang yang mengatakan لا إله إلا الله maka dia akan masuk ke dalam Surga.” Dan mereka mengatakan bahwasanya tidak memudharati keimanan, kemaksiatan dan dosa. Dosa ini tidak memudharati keimanan. Ini berlebihan di dalam masalah menghindarkan atau tidak memiliki perhatian di dalam masalah wa’id (yaitu masalah ancaman). Ini berlebihan. Berlebihan di dalam raja’, berlebihan di dalam berharap sehingga mereka mengenyampingkan masalah ancaman.

Adapun Wa’idiyyah, mereka berlebihan di dalam masalah takut dan mengenyampingkan masalah harapan.

Adapun Ahlus Sunnah, maka mereka berada di tengah, mereka takut kepada Allah dan mereka berharap kepada Allah dan tidak menyampingkan salah satu di antara keduanya. Tapi ada di dalam hatinya rasa takut kepada Allah dan rasa harap kepada Allah ﷻ.

وفي باب أسماء الإيمان والدين بين الحرورية والمعتزلة وبين المرجئة والجهمية

Di dalam masalah nama-nama keimanan dan juga agama mereka berada di antara Haruriyyah nama lain dari Khawarij dan Mu’tazilah, dan di antara orang-orang Murji’ah dan Jahmiyyah.

Kalau orang-orang Haruriyyah mengatakan bahwasanya dia telah keluar dari agama Islam. Jadi kalau orang-orang Khawarij atau Haruriyyah.

Adapun Mu’tazilah mengatakan berada di sebuah kedudukan di antara dua kedudukan yaitu bukan kafir bukan muslim.

Adapun Murji’ah orang yang melakukan dosa besar mereka beranggapan bahwasanya dia adalah seorang yang beriman sempurna keimanannya.

Murji’ah mengatakan pelaku dosa besar adalah orang-orang yang sempurna keimanannya, adapun orang-orang Khawarij dan Mu’tazilah seperti yang tadi kita perinci, orang Khawarij mengatakan telah keluar dari agama Islam, kalau orang-orang Mu’tazilah berada antara Islam dengan kufur.

Kalau kita perhatikan sama yaitu ingin mengeluarkan seseorang dari Islam, cuma orang Khawarij menamakan itu adalah kafir, kalau orang-orang Mu’tazilah menamakan itu berada di antara kekufuran dan keislaman.

Ahlus Sunnah berada di pertengahan. Mereka mengatakan, pelaku dosa besar adalah orang yang fasik, berkurang keimanannya tetapi tidak sampai mengeluarkan dia dari Islam.

وفي أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم بين الروافض والخوارج

Dan tentang para sahabat Nabi ﷺ orang-orang Ahlus Sunnah ini berada di antara Rafidhah dan juga orang-orang Khawarij.

Orang-orang Rafidhah, mereka berlebihan terhadap Ali radhiyallahu ta’ala ‘anhu dan mengkafirkan Abu Bakar Ash-Shidiq, mengkafirkan Umar bin Khatthab dan mengkafirkan sebagian besar dari para sahabat Nabi ﷺ.

Tapi mereka punya ghuluw yaitu berlebihan terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala ‘anhu.

Adapun orang-orang Khawarij maka mereka mengkafirkan ‘Ali radhiyallahu ta’ala ‘anhu, masih mengakui kekhilafahan Abu Bakar Ash-Shidiq dan juga Umar bin Khatthab. Cuma mereka mengkafirkan Ali, mengkafirkan Muawiyyah radhiyallahu ta’ala ‘anhu.

Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka berada di pertengahan antara orang-orang Rawafidh dan orang-orang Khawarij.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala ‘anhu beliau adalah seorang khalifah yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, maksudnya mereka adalah khulafaur rasyidin dan beliau adalah termasuk orang yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam akan masuk ke dalam Surga, termasuk 10 orang yang dikabarkan masuk ke dalam Surga.

Tapi Ahlus Sunnah wal Jama’ah di waktu yang sama mereka tidak berlebihan terhadap Ali bin Abi Thalib.

Tidak berlebihan terhadap Ali bin Abi Thalib kemudian mengatakan seperti yang dikatakan oleh orang Rawafidh, orang Rafidhah, bahwasanya Ali, yang dia ghuluw di antara mereka mengatakan bahwasanya Ali adalah Tuhan dan ada yang mengatakan bahwa dia adalah nabi. Ini berlebih-lebihan terhadap Ali bin Abi Thalib.

Atau meyakini bahwasanya beliau mengetahui ilmu yang ghaib atau berdo’a dan meminta kepada beliau. Maka ini berlebih-lebihan. Ahlus Sunnah tidak mengatakan yang demikian.

Tapi meyakini bahwasanya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala ‘anhu, beliau adalah seorang khulafaur rasyidin al mahdiyyin yang diutamakan oleh Allah Azza wa Jalla tapi beliau adalah manusia biasa tidak boleh kita ghuluw terhadap beliau radhiyallahu ta’ala ‘anhu. Baik para Ikhwah sekalian mungkin sampai di situ dulu apa yang bisa kita sampaikan dari kitab ini semoga bermanfaat. Dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.

والله تعالى أعلم
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top