Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 71 | Syafa’at Rasulullāh

Halaqah 71 | Syafa’at Rasulullāh

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Beliau mengatakan rahimahullāh

وَالشَّفَاعَةُ الَّتِي ادَّخَرَهَا لَهُمْ حَقٌّ

Diantara yang harus kita imani Dan inilah yang diyakini oleh ahlussunnah wal jamaah adalah Syafaat.

وَالشَّفَاعَةُ الَّتِي ادَّخَرَهَا لَهُمْ حَقٌّ

Syafaat yang Allāh subhanahu wa ta’ala simpankan untuk mereka ini adalah benar adanya.

Ahlussunnah mereka menetapkan Telaga Nabi ﷺ mereka juga membenarkan adanya Syafaat di hari Kiamat.

Perhatikan kita tidak mengingkari Syafaat kita menetapkan dan mengimani adanya Syafaat, karena ayat dan juga hadits yang berkaitan dengan syafaat ini banyak dan sikap kita sebagai Ahlussunnah membenarkan apa yang tetap di dalam Al-Qur’an dan hadits bagaimana kita mengingkari Syafaat sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang bahwasanya Ahlusunnah mereka tidak beriman dengan Syafaat , siapa yang mengatakan demikian.. kita beriman dengan Syafaat sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah,

قُلْ لِّلّٰهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًا ..۝
[QS Az Zumar 44]

Katakanlah bahwasanya milik Allāh seluruh Syafaat

مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ

Tidak ada yang memberikan syafaat disisi Allāh kecuali dengan izinnya.

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
[QS Al Anbiya 28]

Dan tidaklah mereka memberikan syafaat kecuali bagi orang yang Allah ridhoi.

من أسعد الناس بشفاعتك؟

siapa orang yang paling gembira dengan syafaatmu wahai Rasulullāh,

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dalil² yang banyak yang menunjukkan adanya Syafaat yang musbatah/ yang ditetapkan oleh Allāh subhanahu wa ta’ala.

Maka sebagaimana ucapan beliau

وَالشَّفَاعَةُ الَّتِي ادَّخَرَهَا لَهُمْ حَقٌّ

Syafaat yang Allāh simpan untuk mereka adalah benar adanya.

Kita harus meyakini demikian sebagaimana dikabarkan oleh Allāh dan juga rasulnya tidak boleh kita menolaknya

كَمَا رُوِيَ فِي الْأَخْبَارِ

Sebagaimana yang demikian diriwayatkan didalam kabar-kabar.

Yaitu kabar-kabar yang shahih yang ada di dalam Al-Qur’an dan juga hadits Nabi ﷺ.

Didalam masalah syafaat ada sebagian orang yang mengikat mengingkari syafaat dan ada sebagian orang yang menetapkan Syafaat tetapi berlebihan.

Orang yang mengingkari seperti Mua’tazilah, khawarij dengan akalnya mereka mengingkari adanya Syafaat di hari kiamat yaitu syafaat keluarnya pelaku dosa besar dari Neraka dimasukkan ke dalam Surga karena mereka meyakini bahwasanya pelaku dosa besar ini kekal selamanya di dalam Neraka kalau di sana ada syafaat berarti pelaku dosa besar tidak kekal di dalam Neraka sehingga mereka pun mengingkari adanya Syafaat mereka ekstrem mengingkari adanya Syafaat.

Ada sebagian kelompok yang menetapkan adanya Syafaat tapi berlebihan berlebihan didalam meyakini Syafaat dan menetapkan Syafaat tersebut sehingga di antara bentuk berlebihannya mereka sampai mereka meminta Syafaat dari yang tidak berhak, meminta syafaat dari Nabi Muhammad ﷺ, berziarah ke kota Madinah mendatangi makam Nabi ﷺ, ya Rasulullah berikan syafaat untukku disisi Allāh , atau bukan di kuburan Nabi ﷺ meminta Syafaat dari para wali orang² yang sholeh mendatangi kuburan mereka mengatakan Ya Wali.., sampai untuk mendapatkan syafaat yang khayalan tadi selain mereka berdoa mereka juga mengorbankan ibadah mereka artinya sampai menyembah-nyembah kepada makhluk tersebut, mungkin menyembelih di sisi kuburan wali tersebut atau bernazar untuk wali tersebut semuanya tujuannya adalah ingin kalau ditanya kenapa engkau melakukannya demikian (Syafaat) kan mereka nanti yang memberikan Syafaat untuk kita di hari kiamat aku takut nanti masuk neraka aku banyak dosanya sehingga kalau aku melakukan yang demikian maka insya Allāh aku akan diberikan syafaat oleh wali-wali tersebut. Ini beriman dengan syafaat tapi berlebihan, ahlussunnah berada di pertengahan mereka menetapkan syafaat tapi mereka juga meyakini tentang syarat-syarat untuk mendapatkan Syafaat mereka meyakini Syafaat berdasarkan dalil mereka menyebutkan tentang jenis-jenis Syafaat berdasarkan ada Syafaat yang khusus bagi Nabi ﷺ ya ada Syafaat yang umum dimiliki oleh Nabi atau dilakukan oleh Nabi dan selain Nabi ﷺ, mereka mengatakan itu semua berdasarkan dalil termasuk bagaimana cara mendapatkan syafaat mereka juga meyakini dengan dalil, bahwasanya untuk mendapatkan Syafaat,

Yang pertama harus ada izin dari Allāh, izin dari Allāh bagi orang yang akan memberikan syafaat Nabi, Malaikat, orang yang orang yang beriman mereka tidak mungkin memberikan syafaat kecuali setelah diizinkan oleh Allāh jadi bukan seperti yang diyakini oleh sebagian orang bahwasanya Nabi kelak ya secara langsung dia akan berbicara di hadapan Allah ya Allah ampuni si fulan dan masukkan ke dalam Surga, enggak dia tidak mungkin memberikan Syafaat kepada seseorang kecuali setelah diizinkan oleh Allāh mengizinkan dia untuk memberikan syafaat barunya memberikan syafaat bukan secara langsung tidak diizinkan kemudian dia langsung memberikan syafaat ini berbeda dengan keadaan kita di dunia kalau kita ingin memberikan syafaat kepada orang lain tanpa kita meminta izin terlebih dahulu kepada ya sang ketua atau pemimpin kita langsung mendatangi kantornya kita bilang tolong fulan dipermudah tidak diizinkan terlebih dahulu di dunia tapi kalau di akhirat,

مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ

Tidak ada yang memberikan syafaat di sisi Allāh kecuali dengan izin Allāh, Allāh mengizinkan baru ya seseorang bisa memberikan syafaat makanya Rasulullāh ﷺ ketika akan memberikan Syafaatul uzma apa yang terjadi? Beliau bersujud dihadapan Allāh, memuji Allāh bukan langsung meminta Syafaat bersujud dihadapan Allāh dan setelah Allah mengatakan,

يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ

Wahai ya Muhammad angkat kepalamu katakanlah engkau akan didengar dan mintalah maka engkau akan diberikanlah Syafaat untuk memberikan syafaat.

Barulah setelah itu Nabi ﷺ berani untuk memohonkan bagi orang lain.

مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ

makanya kalau ingin mendapatkan syafaatnya kita meminta langsung kepada Allāh, karena Allāh subhanahu wa taala Dialah yang mengizinkan Nabi, Allāh subhanahu wa ta’ala mengizinkan malaikat meminta langsung kepada Allāh bukan meminta kepada Nabi atau meminta kepada Malaikat, ini salah alamatnya mereka tidak mungkin memberikan Syafaat kecuali setelah diizinkan oleh Allāh.

Kemudian yang kedua syarat untuk mendapatkan syafaat dari kiamat adalah kita harus dalam keadaan sebagai orang yang bertauhid.

Inilah yang kelak berhak untuk mendapatkan syafaat dari Nabi atau dari Malaikat mereka tidak akan memberikan Syafaat kecuali bagi orang yang terpenuhi syaratnya yaitu orang yang mentauhidkan Allāh.

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ

Dan mereka tidak memberikan Syafaat kecuali bagi orang yang Allāh ridhai.

siapa yang Allāh ridhai ?orang-orang yang bertauhid , adapun orang yang musyrik orang yang kafir maka mereka mendapatkan murka bukan mendapatkan ridho Allāh,

وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ

Allāh tidak Ridha kekufuran, yang Allāh ridhai adalah ketauhidan, sehingga didalam hadis Nabi ﷺ mengatakan ketika ditanya siapa yang berhak untuk mendapatkan syafaat beliau,

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ

Orang yang mengatakan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – ikhlas dari hatinya.

Inilah orang yang berhak untuk mendapatkan Syafaat di hari kiamat maka ahlusunah wal jamaah mereka mengajak kepada Tauhid berusaha untuk mewujudkan Tauhid kepada dirinya karena mereka tahu bahwasanya Tauhid ini adalah syarat untuk mendapatkan syafaat.

Sebagian orang salah alamat/ salah cara di dalam mendapatkan syafaat meminta dari makhluk yang tidak memiliki padahal Allāh mengatakan,

قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا

Meminta kepada makhluk yang justru ini menjadikan dia terjerumus ke dalam kesyirikan, melakukan sesuatu yang tidak diridhoi oleh Allāh padahal yang berhak untuk mendapatkan syafaatnya hari kiamat hanyalah yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Jadi ahlussunnah mereka tidak menafikan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Khawarij dan Mu’tazilah mereka juga tidak berlebihan dalam menetapkan sehingga sampai meminta Syafaat dari yang tidak berhak, tapi mereka menetapkan dengan kaidah menetapkan adanya Syafaat dan mengikuti kabar-kabar dari Allāh dan juga RasulNya tentang masalah Syafaat bukan hanya sekedar menetapkan kemudian menentukan cara sendiri dalam mendapatkan syafaat tersebut.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Transkrip: Abu Mandala

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top