Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 66 | Allāh Ta’ala Terbebas Dari Batasan-Batasan

Halaqah 66 | Allāh Ta’ala Terbebas Dari Batasan-Batasan

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Beliau mengatakan rahimahullāh,

وَتَعَالَى عَنِ الْحُدُودِ وَالْغَايَاتِ، وَالْأَرْكَانِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ، لَا تَحْوِيهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ

Maha Tinggi Allāh dari batasan²,

Allāh subhanahu wa ta’ala adalah yang maha sempurna tidak dibatasi

وَالْغَايَاتِ

Dan Allāh subhanahu wa ta’ala Maha Suci dari tujuan²,

ada yang menafsirkan disini dari hajah/ kebutuhan Allāh subhanahu wa ta’ala Dialah Yang Maha Kaya tidak membutuhkan kita, makhluk dari yang paling kecil sampai yang paling besar (Arsy) yaitu semuanya merekalah yang membutuhkan kepada Allāh subhanahu wa ta’ala,

اَللّٰهُ الصَّمَدُ‌

Dialah yang Ashomad/ seluruh makhluk itu bergantung kepada Allāh dan Dialah Al-Ghani yang maha kaya yang tidak butuh dengan makhluk,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
[QS Fatir 15]

Allāh menciptakan kita bukan karena butuh kepada kita tapi kitalah yang butuh kepada Allāh,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ
[QS adz dzariat 56,57]

Aku tidak menginginkan diri mereka rezeki dan Aku menciptakan mereka bukan karena Aku menginginkan mereka memberikan makan kepadaKu. Sesungguhnya Allāh subhanahu wa ta’ala Dialah Yang Maha memberikan rezeki.

وَالْأَرْكَانِ

Dan Maha Tinggi Allah subhanahu wa ta’ala dari Al-Arkan,

وَالْأَرْكَانِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ

Ini maknanya hampir sama yaitu anggota badan yang tersusun dari darah daging tulang, Maha Suci Allāh dari yang demikian, Allah Subhana wa ta’ala tidak sama dengan makhluk dan bukan berarti di sini beliau mengingkari sifat tangan bagi Allāh sifat kaki bagi Allāh sifat jari bagi Allāh sifat wajah bagi Allāh bukan demikian maknanya, tapi yang beliau ingkari di sini adalah kalau yang dimaksud Arkan A’dho disini adalah anggota badan seperti anggota badan manusia yang terdiri dari daging tulang darah maka Maha Suci Allah dari yang demikian, adapun Allāh subhanahu wa ta’ala memiliki wajah dan kita menetapkan yang demikian, Allāh subhanahu wa ta’ala tangan, memiliki kaki, memiliki jari, maka ketika kita menetapkan bukan berarti kita menyerupakan Allāh subhanahu wa ta’ala dengan makhluk bukan berarti kita meyakini Allāh memiliki Arkan, ardho dan juga adhawat, karena kita tetapkan itu semua dan kita meyakini bahwasanya tangan, kaki, wajah, Allāh tidak sama dengan wajah makhluk,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Jadi yang maksud dari Al imam Abu Jafar ath Thohawiy di sini yang diingkari oleh beliau adalah

وَالْأَرْكَانِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ

Yang maknanya adalah anggota badan yang dimiliki oleh manusia yang terdiri dari darah daging dan juga tulang, dan istilah-istilah ini ini mungkin banyak di zaman beliau ini istilah-istilah yang dipakai oleh orang-orang Ahlu Kalam, maka kita ahlussunnah mengingkari tentunya

الْأَرْكَانِ ، الْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ

Dengan makna seperti ini, kita tidak meyakini yang demikian, kita mengingkari kalau yang mereka maksud dengan

الْأَرْكَانِ ، الْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ

Ini adalah anggota badan seperti yang dimiliki oleh manusia maka jelas kalau yang dimaksud kita mengingkari yang demikian – الْغَايَاتِ – kalau yang dimaksud adalah hajat maka kita mengingkari.

Oleh di sini beliau sampaikan oleh Abu Ja’far Ath thohawiy Maha Suci dari yang demikian, kita tidak meyakini bahwasanya Allah punya

الْأَرْكَانِ ، الْأَعْضَاءِ وَالْأَدَوَاتِ

Tapi kita sebagai ahlussunnah menetapkan Allāh punya wajah yang tidak sama dengan makhluk itu yang kita tetapkan kita sebagai ahlussunnah menetapkan Allāh memiliki kaki yang tidak sama dengan makhluk, sesuai dengan keagungan Allah itu yang dimiliki oleh Ahlussunnah. Jadi beliau mendatangkan istilah-istilah ahlul Kalam di sini karena mungkin saat itu memang tersebar ilmu kalam ini dan beliau menggunakan istilah mereka untuk mengingkari mereka bukan berarti beliau termasuk ahlu Kalam menggunakan istilah mereka untuk mengingkari mereka ya karena terkadang kalau tidak menggunakan istilah mereka tidak sampai maklumat ini kepada mereka sehingga terpaksa sekarang seseorang menggunakan istilah-istilah mereka supaya mereka memahami ucapan kita bukan berarti Al Imam Abu Ja’far tawawi beliau mendukung Ahlu Kalam karena kita tahu beliau termasuk ahlussunnah wal jamaah

لَا تَحْوِيهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ

Allāh subhanahu wa ta’ala tidak diliputi oleh arah yang enam (depan, belakang, kanan, kiri, atas, bawah) karena enam arah ini makhluqah ini adalah makhluk maka Allāh subhanahu wa taala tidak nih diliputi oleh makhluk,

وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ

Dialah Allāh subhanahu wa taala yang Akbar Dialah yang Maha Besar, tidak diliputi tidak dikuasai dan tidak dikelilingi oleh enam arah. Karena enam arahnya adalah jihad yang makhluqoh

كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ

Seperti makhluk² yang diciptakan – الْمُبْتَدَعَاتِ – Al mujada artinya sesuatu yang baru dan yang dimaksud adalah makhluk yang diciptakan oleh Allāh, maka Allāh subhanahu wa taala tidak seperti makhluk.

Dan ini juga istilah yang sering dipakai oleh ahlul Kalam dan ini bukan berarti beliau menafikan Ulu’ullah, bukan berarti beliau menafikan ketinggian Allāh, karena yang menafsirkan di sini adalah al-jihat al-makhluqah, adapun Ulu’ullāh ketinggian Allāh subhanahu wa ta’ala maka ini bukan termasuk jihat Al makhluqllāh, bukan termasuk arah-arah yang makhluk, ketinggian Allāh subhanahu wa taala telah tetap dengan dalil² yang banyak,

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ

Apakah kalian merasa aman dengan yang ada di langit,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۖ
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Ini semua menunjukkan bahwasanya Allāh subhanahu wa ta’ala Dialah yang memiliki sifat Al Uluw, Allāh subhanahu wa ta’ala berada diatas, jadi yang beliau nafikan di sini adalah Al jihat yang makhluqah, makanya beliau mengatakan,

كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ

Seperti makhluk-makhluk atau seperti seluruh makhluk.

Jadi beliau tidak mengingkari Jihatululw bagi Allāh subhanahu wa ta’ala.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Transkrip: Abu Mandala

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top