Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 54 | Sekte yang Berkeyakinan bahwa Al-Qur’an Adalah Makhluk

Halaqah 54 | Sekte yang Berkeyakinan bahwa Al-Qur’an Adalah Makhluk

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Adakah disana aliran yang mengatakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk, jahmiyyah, Mua’tazilah.

Mereka meyakini bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk. Allāh menciptakan Al-Qur’an diluar Allāh menciptakan ucapannya disandarkan kepada Allāh karena majas, ini adalah keyakinan Mua’tazilah dan terjadi di zaman Al Imam Ahmad dan terjadi sebelumnya tapi di zaman Imam Ahmad fitnahnya lebih besar karena ulama² Mua’tazilah mereka berhasil menguasai dan memberikan pengaruh kepada penguasa sampai akhirnya oleh penguasa saat itu seluruhnya diharuskan untuk mengucapkan ucapan Mua’tazilah yang diantaranya adalah mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk, sampai di sekolah sekecil apapun harus yang diajarkan adalah Al-Qur’an adalah makhluk.

Para ulama dipaksakan untuk memfatwakan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk, kalau tidak maka akan disiksa, siksanya cukup besar/berat , ada di antara ulama ahlussunnah yang mereka terpaksa mengucapkan (ini termasuk keterpaksaan) sementara di dalam hatinya mereka mengingkari

إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ

Kecuali orang yang dipaksa dan hatinya dalam keadaan dia tenang dengan keimanan.

Ada diantara mereka yang melakukan tauriyah (mengucapkan sesuatu dipahami oleh orang yang didepannya bahwasanya dia meyakini Al-Qur’an adalah makhluk, padahal dia memaksudkan yang lain) seperti ucapan sebagian mereka Al-Qur’an , Al Injil, at Taurat, kita bersaksi bahwasanya mereka adalah makhluk, dia menunjukkan lima jarinya, artinya yg dia maksud lima jarinya adalah makhluk bukan maksudnya Al-Qur’an, taurat, Injil adalah makhluk tidak ini namanya tauriyah dan dia bukan bohong dia benar namun dipahami oleh orang lain ucapan yang lain, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Ash Sidik radhiyallahu Anhu ketika beliau berhijrah bersama nabi Muhammad ﷺ dan dijalan dia ditanya siapa yang bersama mu? Maka Abu Bakar berkata

وهذا دليل

Ini adalah petunjuk jalanku,

Dipahami oleh beliau bahwasanya ini adalah yang menunjukkan jalan beliau yaitu jalan didalam perjalanan tapi maksud Abu Bakar dia adalah yang menunjukkan jalan kepada Allāh, menunjukkan صراط مستقيم،

وإن كل تحد إلى صراط مستقيم

Dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad sungguh menunjukkan jalan yang lurus,

Dan ada ulama Ahlu Sunnah yang mereka memilih bersabar apapun resikonya diantaranya adalah Al Imam Ahmad bin Hambal, beliau memilih untuk bersabar meskipun disiksa dipenjara, kalau memang dipaksa untuk berdebat maka beliau terpaksa meladeni ini adalah istihad beliau seandainya seseorang dalam keadaan terpaksa dia mengucapkan ucapan maka dia ma’dhur mendapatkan udzur dia tidak berdosa tapi yg lebih afdhol adalah seseorang tetap berada di atas kebenaran , itu adalah derajat yang tinggi makanya diakui oleh ulama ulama yang lain bagaimana ketinggian derajat Al Imam Ahmad bin Hambal sementara yang lain mungkin memilih tauriyah atau terpaksa mengucapkan tapi beliau Rahimahullāh tetap mengucapkan ucapan tersebut dengan lantang di hadapan orang-orang Mua’tazilah dan ini diakui oleh para ulama² yang lain semasa itu dan yang datang derajatnya lain, lebih tinggi daripada yang lain sampai akhirnya Allāh subhanahu wa ta’ala memberikan jalan keluar tiga khalifah yang secara berurutan mereka memegang kekuasaan sampai akhirnya datang khalifah yang ketiga dan dia mendapatkan hidayah kepada Sunnah tersebar Sunnah

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
[QS at Thalaq 2]

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allāh, maka Allāh subhanahu wa taala akan memberikan jalan keluar

ليس بمخلوق

Bukan makhluk,

Bantahan kepada Mua’tazilah yang mereka mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk, kalau itu makhluk sebagaimana makhluk² yang lainnya tidak ada kelebihannya seorang yang meyakini bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk cenderung dia pemulian dan penghormatan terhadap Al-Qur’an dan sangat kurang karena dia adalah makhluk seperti makhluk yang lain.

ليس بمخلوق ككلام البرية،

Sebagaimana ucapan manusia,

Jadi Ahlussunnah meyakini bahwasanya Al-Qur’an itu bukan makhluk, artinya makhluk apa yang dimaksud makhluk adalah meyakini Al-Qur’an itu sama dengan ucapan manusia, karena yang ada adalah Al Kholiq dengan makhluk, Ahlu Sunnah mengatakan ini adalah Kalamullah kholaq adapun Mua’tazilah mengatakan itu adalah Kalamul makhluk berarti sama kedudukannya dengan Kalamul bariyyah (ucapan manusia) /ucapan makhluk.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Transkrip: Abu Mandala

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top