Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm > Halaqah 11 | Simpul 08 – Melazimi dan Sedikit Demi Sedikit Dalam Menuntut Ilmu

Halaqah 11 | Simpul 08 – Melazimi dan Sedikit Demi Sedikit Dalam Menuntut Ilmu

Kitab: Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang ke-11 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shālih Ibn Abdillāh Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullāhu ta’ala.

المعقد الثامن

Simpul yang ke delapan adalah

لزوم التأني في طلبه، وترك العجلة

Simpul yang kedelapan adalah hendaklah kita terus-menerus pelan-pelan di dalam menuntut ilmu. لزوم berarti melazimi, التأني artinya adalah pelan-pelan di dalam menuntut, artinya sedikit demi sedikit, ini termasuk pengagungan kita terhadap ilmu.

Jadi jangan dikira mengagungkan ilmu kemudian Antum mempelajari ilmu dalam satu waktu dalam jumlah yang banyak, ingin misalnya dalam satu hari selesai menghafal kitabut Tauhid atau dalam satu hari ingin menghafal Tsalatsatul ushul, ini tergesa-gesa.

Harusnya termasuk penghormatan dia terhadap ilmu kalau memang dia ingin mendapatkan dan ingin bertemu dengan ilmu tadi ingin meraih ilmu tadi maka dia harus mencarinya dengan sedikit demi sedikit, itu justru menunjukkan pengagungan kita terhadap ilmu, karena dengan sedikit demi sedikit kita akan sampai kepada ilmu tapi kalau kita menimba ilmu secara langsung dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang sebentar maka ini sebenarnya adalah menghinakan ilmu karena dia tidak akan mendapatkan ilmu.

وترك العجلة

dan meninggalkan tergesa-gesa, tergesa-gesa ini adalah dari setan dia tahu bahwasanya orang yang tergesa-gesa di dalam menuntut ilmu maka dia tidak akan mendapatkan, semuanya ingin dia baca dalam waktu satu hari, dia ingin segera menguasai ilmu Fiqh dalam dua hari, ini tergesa-gesa

إنَّ تحصيل العلم لا يكون جملةً واحدةً؛

menuntut ilmu itu bukan dengan satu waktu, satu waktu dengan jumlah yang banyak bukan dengan cara itu menuntut ilmu

إذ القلب يضعف عن ذلك

karena hati kita ini adalah lemah dan tidak mampu untuk melakukan yang demikian.

Hati sebagaimana kita tahu ini adalah tempat ilmu tersebut dan kalau kita langsung memasukkan ilmu ke dalam hati yang lemah ini dalam satu waktu maka dia tidak akan mampu, dia adalah lemah untuk melakukan yang demikian kalau dia lemah maka akan dia segera letakkan ilmu tadi dan tidak bisa dia bawa.

و إنَّ للعلم فيه ثِقَاً كثِقَل الحَجَر في يد حامله

Maka sesungguhnya ilmu itu adalah memiliki berat sebagaimana beratnya sebuah batu di tangan orang yang membawanya.

Orang yang membawa batu besar berat dia, kalau dia tidak mampu maka akan segera dia lemparkan batu tadi tidak akan lama-lama dia pegang karena dia tidak bisa atau tidak mampu untuk membawa batu tadi.

Sebagaimana batu itu memiliki berat demikian pula ilmu itu adalah memiliki berat sehingga kalau hati kita tidak mampu untuk membawa ilmu tadi, karena dalam satu waktu kita masukkan ilmu tadi ke dalam hati kita maka dia akan segera meletakkan dan tidak mampu untuk membawanya.

Ini yang menjadikan banyak orang yang awalnya dia semangat untuk menuntut ilmu akhirnya dia putus akhirnya dia futur karena dia tergesa-gesa melihat orang lain ternyata dia bisa bicara ternyata dia memiliki pengetahuan yang luas tentang ilmu kemudian dia menganggap bahwasanya ilmu itu bisa didapatkan dalam waktu 1 hari dalam waktu 2 hari, dia tergesa-gesa.

Padahal dia bisa mendapatkan ilmu tadi selama puluhan tahun dia belajar, dari 1 jam tiap hari 2 jam setiap hari dan dia selama bertahun-tahun mendengarkan selama bertahun-tahun mengikuti akhirnya dia mendapatkan ilmu tadi, sebagian orang tergesa-gesa sehingga justru ini menjadi sebab dia tidak istiqomah di atas ilmu.

قال تعالىٰ

Allāh ﷻ mengatakan

إِنَّ سَنلْقِي عَلَيْكَ قَوْلً ثَقِيْلً﴾ المزمل: 5

Sesungguhnya Kami akan melemparkan kepadamu ucapan yang berat, maksudnya adalah Al-Qur’an, akan mewahyukan kepadamu ucapan yang berat

أي القرآن

yaitu Al-Qur’an, Allāh ﷻ mensifati Kalam-Nya ini adalah ucapan yang berat

وإذا كان هٰذا وصف القرآن الميسر

kalau ini adalah sifat dari Al-Qur’an yang sudah dimudahkan oleh Allāh ﷻ

كما قال تعالىٰ

Allāh ﷻ mengatakan

وَلَقَدْ يَسَّرْنَ ٱلْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ﴾ القمر: 17

Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk dijadikan sebagai peringatan, berarti Allāh ﷻ mensifati Al-Qur’an dengan sesuatu yang sudah dimudahkan oleh Allāh ﷻ. Dia mudah tapi disifati oleh Allāh ﷻ dia adalah ucapan yang berat

فما الظنُّ بغيره من العلوم؟

kalau Qur’an saja yang disifati sesuatu yang dimudahkan oleh Allāh ﷻ, dikatakan oleh Allāh ﷻ itu adalah ucapan yang berat lalu bagaimana dengan ilmu-ilmu yang lain

وقد وقع تنزيل القرآن رعايةً لهٰذا الأمر مُنَجَّمًا مفرَّقًا

Dan turunnya Al-Qur’an adalah dengan berangsur-angsur, مُنَجَّمًا bukan dalam satu waktu tapi dalam beberapa lama beberapa waktu, مفرَّقًا dan terpisah-pisah, turun satu ayat turun dua ayat turun satu Surah dan seterusnya, tidak diturunkan oleh Allāh Azza Wajalla dalam satu waktu

رعايةً لهٰذا الأمر

untuk menjaga perkara ini, yaitu karena yang namanya ilmu itu didapatkan dengan pelan-pelan bukan didapatkan secara langsung dalam satu waktu, Allāh ﷻ ingin mengajarkan kepada kita bahwasanya ilmu itu didapatkan dengan sedikit demi sedikit.

باعتبار الحوادث والنَّوازل

Turun ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an sesuai dengan kejadian dan juga peristiwa

قال تعالىٰ

Allāh ﷻ mengatakan

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً

Dan orang-orang kafir mengatakan seandainya diturunkan Al-Qur’an kepadanya (kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam) dalam satu kali saja, itu ucapan orang-orang kafir, ini menunjukkan bahwasanya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam dalam waktu yang berbeda-beda secara bertahap

كَذَلِكَ لِنثبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ

Demikianlah supaya kami menguatkan dengan cara seperti itu hatimu, karena Al-Qur’an ini adalah sesuatu yang berat tapi ketika diturunkan satu ayat dipahami oleh Nabi ﷺ diamalkan, dua ayat dipahami oleh Nabi ﷺ dan diamalkan maka akan menegakkan hatinya.

Demikian pula kalau ilmu kita pelajari sedikit demi sedikit maka kita InsyaAllāh akan istiqamah di dalam menuntutnya, kalau kita tergesa-gesa dan mengikuti hawa nafsu dan mengikuti syaithan maka tidak lama seseorang akan terputus dari menuntut ilmu agama

وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيْلاً﴾ الفرقان: 32

dan Kami mentartil Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya.

وهٰذه الآية حجَّةٌ في لزوم التَّأنِّي في طلب العلم

Maka ayat ini adalah dalil tentang keharusan untuk pelan-pelan di dalam menuntut ilmu, yaitu ayat yang berisi tentang turunnya Al-Qur’an secara bertahap

والتَّدرُّج فيه

dan keharusan untuk bertingkat-tingkat di dalam menuntut ilmu, artinya sedikit demi sedikit dimulai dari yang paling penting, dari yang paling penting pun kita mempelajari sedikit demi sedikit.

Tadi yang kita sampaikan ilmu tauhid itu adalah ilmu yang paling penting, dalam mempelajari ilmu tauhid juga kita mempelajarinya sedikit demi sedikit, sehari 1 jam sehari 2 jam kalau dikumpulkan kita akan selesai satu kitab

وترك العَجَلة

dan meninggalkan tergesa-gesa

كما ذكره الخطيب البغداديُّ في الفقيه والمتفقه، والرَّاغب الأسفهانيُّ في مقدِّمة جامع التفسر

Seperti disebutkan oleh Khatib Al-Baghdadiy di dalam kitab beliau Al-Faqih wal Mutafaqqih dan juga disebutkan oleh Ar-Raghib Al-Asfahaniy dalam Muqaddimah Jami’ At-Tafsir, menyebutkan bahwasanya ayat ini merupakan dalil keharusan kita untuk pelan-pelan di dalam menuntut ilmu agama.

ومن شعر ابن النَّحَّاس الحلبيِّ قولُهُ

Di antara sya’ir Ibn Nahas Al-Halabiy rahimahullah adalah ucapan beliau

اليومَ شيءٌ وغدًا مثلُهُ
من نُخَب العلم الَّتي تُلْتَقطْ

Hari ini adalah sesuatu, maksudnya hari ini kita mempelajari sesuatu yang sedikit saja, satu permasalahan

وغدًا مثلُهُ

dan besok kita mempelajari satu permasalahan lagi

من نُخَب العلم الَّتي تُلْتَقطْ
يُحصِّل المرء بها حكمةً

dari pilihan-pilihan ilmu tadi yang diambil sedikit demi sedikit, hari ini dia ambil satu besok ambil satu, maka seseorang akan mendapatkan hikmah maka dia akan mendapatkan ilmu.

Para ulama mereka mendapatkan ilmu karena mereka sedikit demi sedikit mereka menuntut ilmu tadi, satu ayat dipelajari besok satu lagi besok satu lagi sehingga muncullah seperti Ibnu Taimiyah Ibnul Qayyim An-Nawawi Ibnu Hajar, mereka dulu belajarnya sedikit demi sedikit bukan langsung menjadi seorang ulama atau sehari dua hari mereka menghafal tapi dari sedikit demi sedikit dan mereka bersabar akhirnya mereka menjadi seorang yang berilmu.

وإنَّما السَّبيل ٱجتماع النُّقَطْ

Sesungguhnya yang namanya banjir, banjir hakikatnya adalah berkumpulnya titik-titik air, banjir air yang banyak itu adalah kumpulan dari titik-titik air, dia dikumpulkan atau mereka berkumpul akhirnya menjadi sebuah banjir, demikian pula ilmu yang dimiliki oleh para ulama mereka dapatkan sedikit demi sedikit dengan cara yang tadi sudah kita sebutkan.

Jadi kita harus punya pokoknya dulu,kita mempelajari Matan dulu dan ini kita jadikan sebagai pokoknya pondasinya Matan dari ilmu tersebut, kemudian kita mempelajari lagi kemudian kita tempelkan lagi dan kita tempelkan sampai akhirnya terbentuk sebuah bangunan ilmu yang kokoh. Jadi masing-masing cabang ilmu tadi kita harus memiliki pondasinya memiliki Matan yang kita jadikan rujukan yang kita hafal dan kita pelajari maknanya.

ومقتضىٰ لزومِ التَّأنِّي والتَّدرُّجِ: البداءةُ بالمتون القصار المصنَّفةِ في فنون العلم

Diantara konsekuensi dari keharusan pelan-pelan dan juga bertahap adalah kita memulai dengan matan-matan yang pendek yang ditulis di dalam cabang-cabang ilmu tadi, kita memulai dengan mempelajari matan-matan tadi

حفظًا

dengan cara menghafalnya

واستشراحًا

dan kita berusaha untuk mencari syarahnya, penjelasan dari dari Matan tadi, karena terkadang dia ucapannya sedikit dia memiliki makna yang dalam tapi kalau kita tidak belajar dari seorang guru kita tidak memahami

والميلُ عن مطالعة المطوَّلات الَّتي لم يرتفعِ الطَّالب بعد إليها

Dan hendaklah seseorang berpaling dari membaca buku-buku yang panjang buku-buku yang berjilid-jilid yang belum sampai seseorang kepada tingkatannya.

Antum baru di awal maka termasuk pengagungan terhadap ilmu Antum mulai dari matan-matan yang pendek jangan Antum langsung belajar misalnya langsung buka Fathul Bari, memang di situ ada ilmunya tapi Antum belum sampai ke sana, banyak nanti habis waktunya Antum mempelajari mungkin 10 halaman Antum tidak paham semuanya habis waktunya, tapi kalau antum mempelajari dari yang ringkas Antum langsung paham dan bisa Antum amalkan dan nanti InsyaAllāh antum paham bisa membaca Fathul Bari.

ومن تعرَّض للنَّظر في المطوَّلات فقد يجني علىٰ دينه

Barang siapa yang memaksakan dirinya membaca buku-buku yang berjilid-jilid maka dia telah merusak agamanya, dia merusak ilmunya merusak agamanya

وتجاوزُ الاعتدال في العلم ربَّما أدَّىٰ إلىٰ تضييعه

dan melanggar keseimbangan di dalam ilmu, harusnya Antum mempelajari yang ringkas-ringkas dulu tapi Antum memaksakan diri Antum untuk mempelajari buku-buku yang berjilid-jilid yang Antum belum sampai ke sana sebenarnya maka ini akan membawa kepada penyia-nyiaan terhadap ilmu tadi, karena Antum banyak perkara yang Antum tidak paham dan mungkin Antum salah paham sehingga justru malah sesat di dalam pemikiran kita karena kita tidak mendasari dengan mempelajari matan-matan yang singkat yang ringkas yang ditulis dalam cabang ilmu tadi.

ومن بدائع الحِكَم قول عبد الكريم الرِّفاعيِّ – أحد شيوخ العلم بدمشقَ الشَّام في القرن الماضي -: طعام الكبار سمُّ الصِّغار

Dan di antara hikmah-hikmah yang luar biasa adalah ucapan Abdul Karim Ar-Rifa’i salah seorang ulama yang ada di Damaskus Syam di abad yang lalu, beliau mengatakan

طعام الكبار سمُّ الصِّغار

Makanan bagi orang yang sudah besar itu menjadi racun bagi anak yang masih kecil.

Yang kita makan enak tapi kalau kita berikan kepada anak yang masih umur 1 bulan 2 bulan maka ini bisa meninggal dia karena dia belum waktunya untuk memakan makanan tadi, dia minum susu dari ibunya itu yang cocok dengan dia tapi kalau kita paksa dia memakan makanan kita meskipun menurut kita adalah enak maka ini akan menjadikan dia termudharati.

Tentunya ini adalah permisalan yang sangat bagus sekali, ini permisalan bagi orang yang mempelajari ilmu membaca buku-buku yang berjilid-jilid yang panjang sementara dia belum mempelajari yang ringkas dari cabang ilmu tersebut, maka ini bukan pengagungan terhadap ilmu tapi justru ini adalah penghinaan terhadap ilmu itu sendiri.

Orang yang ingin mengagungkan ilmu maka dia menempuh caranya, menempuh cara untuk mendapatkan ilmu tadi yaitu dengan cara bertahap, pelan-pelan.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

8 thoughts on “Halaqah 11 | Simpul 08 – Melazimi dan Sedikit Demi Sedikit Dalam Menuntut Ilmu”

  1. Jazaakumullaah Khair atas tulisannya.
    Tapi Qodarullaah sedikit terganggu dengan kalimat ” layanan pelanggan, perlindungan lingkungan dll di tengah2 materi” apakah itu virus text?

  2. Alhamdulillah, ana bisa memanfaatkan ilmiyyah.com untuk membaca dan muraja’ah materi , dan ini sangat membantu sekali dan sangat bermanfaat… ana juga mengumpulkannya dalam file-file yang sewaktu waktu bisa ana print kembali. Ana minta IZIN untuk memanfaatkan web ini untuk hal hal tersebut.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top