Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm > Halaqah 05 | Simpul 03 – Mengumpulkan Seluruh Keinginan Jiwa untuk Ilmu

Halaqah 05 | Simpul 03 – Mengumpulkan Seluruh Keinginan Jiwa untuk Ilmu

Kitab: Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang ke-5 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.

المعقد الثالث

Simpul yang ketiga di antara 20 simpul yang disebutkan di dalam kitab ini adalah

جمع همة النفس عليه

Mengumpulkan keinginan jiwa, jiwa kita ini punya banyak keinginan ingin itu ingin ini ingin mobil ingin berkeluarga ingin anak dan seterusnya, kalau kita ingin mendapatkan ilmu maka kita harus mengagungkan ilmu di antara bentuk pengagungan ilmu kita harus kumpulkan keinginan-keinginan / himmah-himmah tadi kita kumpulkan pada ilmu tadi, ini bentuk bahwasanya kita benar-benar mengagungkan terhadap ilmu tadi sampai keinginan-keinginan tadi kita kesampingkan kita kumpulkan semuanya kepada ilmu.

تُجمع الهِمَّة علىٰ المطلوب بتَفقُّد ثلاثة أمورٍ

Dikumpulkan keinginan untuk mendapatkan ilmu tadi dengan kita memperhatikan tiga perkara

أوَّلِها: الحرص علىٰ ما ينفع، فمتىٰ وُفِّق العبد إلىٰ ما ينفعه حَرَص عليه

Bagaimana kita bisa mendatangkan keinginan yang besar tadi bagaimana kita bisa mengumpulkan keinginan tadi untuk semuanya dikerahkan mendapatkan ilmu, caranya adalah kita harus bersemangat untuk mendapatkan yang bermanfaat, kita harus tahu bahwasanya ilmu itu adalah bermanfaat bagi kita di dunia dan juga di akhirat, kalau kita mengetahui itu adalah sesuatu yang bermanfaat maka kita akan bersemangat untuk mendapatkannya, sebagaimana dalam ayat dan juga hadits yang menunjukkan tentang keutamaan ilmu.

Maka seorang hamba yang diberikan Taufik untuk mengetahui apa yang bermanfaat baginya dia harus bersemangat untuk mendapatkannya. Kalau antum tahu bahwasanya ilmu ini adalah yang membawa kebaikan kita di dunia dan juga di akhirat maka kita harus semangat untuk mendapatkan ilmu tersebut.

Ini yang pertama caranya adalah dengan mengetahui itu adalah sesuatu yang bermanfaat dan tidak ada yang lebih bermanfaat daripada ilmu agama. Kemudian yang kedua

ثانيها: الاستعانة بالله ﷻ في تحصيله

Kita harus meminta kepada Allāh ﷻ pertolongan untuk mendapatkannya, jangan hanya sekedar semangat untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat tapi kita harus memohon pertolongan kepada Allāh ﷻ.

Tunjukkan bahwasanya antum benar-benar ingin mendapatkan ilmu dengan cara meminta pertolongan kepada Allāh ﷻ, Ya Allāh ﷻ tolonglah saya untuk mendapatkan ilmu agama yang bermanfaat. Ketika antum berdoa dan mengatakan Ya Allāh ﷻ mudahkanlah saya dalam menuntut ilmu itu menunjukkan bahwanya antum punya keinginan yang besar untuk mendapatkan ilmu, tapi kalau antum jarang meminta kepada Allāh ﷻ jarang mengatakan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا

atau seandainya dia mengucapkan begitu saja tanpa dia memahami maknanya berarti mana hal yang menunjukkan bahwasanya antum menginginkan ilmu tersebut.

Seorang penuntut ilmu harusnya sering dia Isti’anah dan meminta pertolongan kepada Allāh ﷻ dalam menuntut ilmu agama.

ثالثِها

Yang ketiga

عدم العجز عن بلوغ البُغية منه

Jangan kita lemah sebelum kita sampai kepada ujungnya, sebelum kita mendapatkan ilmu jangan kita lemah dan merasa tidak bisa mendapatkan ilmu tersebut.

Seseorang harus memiliki husnudzon kepada Allāh ﷻ dan jangan dia merasa lemah, mungkin karena sakit kemudian dia lemah tidak mau menuntut ilmu padahal cuma sakit ringan saja atau dia kesulitan dalam masalah ekonomi kemudian dia mundur ke belakang, sudah ana mau berkebun saja atau karena jauh tempatnya kemudian dia beralasan karena jauh kemudian akhirnya dia mundur tidak jadi menuntut ilmu, ini namanya lemah, jangan kita lemah sebelum kita sampai kepada ujungnya.

وقد جُمِعت هٰذه الأمورُ الثَّلاثة في الحديث الَّذي رواه مسلم عن أبي هريرة أن الني صلى الله عليه وسلم قال: احرِص علىٰ ما ينفعك، واستعنْ بالله ، ولا تَعْجِزْ

Dan telah dikumpulkan tiga perkara ini di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi Sallallāhu Alaihi wasallam mengatakan hendaklah engkau semangat di dalam perkara yang bermanfaat untukmu dan memohonlah pertolongan kepada Allāh ﷻ dan janganlah engkau lemah.

Ini dikumpulkan dalam satu hadits, punya semangat terhadap perkara yang bermanfaat bagimu kemudian kita iringi dengan meminta pertolongan kepada Allāh ﷻ kemudian jangan kita lemah, lemah karena ekonomi lemah karena kejauhan lemah karena mungkin sakit dan seterusnya, kita harus punya semangat untuk sampai kepada ilmu tersebut.

وقال ابن القيِّم

Berkata Ibnul Qoyyim

إذا طلع نجم الهِمَّة في ظلام ليل البَطالة، ورَدِفه قمرُ العزيمة؛ أشرقت الأرض بنور ربِهّا

Apabila muncul bintang al-himmah (keinginan yang kuat), kalau sudah muncul keinginan yang kuat untuk mendapatkan ilmu di dalam kegelapan kerusakan dan juga kesibukan dengan suatu yang tidak bermanfaat, muncul tiba-tiba keinginan yang kuat, sebelumnya kita berada di dalam kegelapan kebodohan, kalau sudah muncul keinginan yang kuat ditambah lagi di sana ada ‘azimah, ada himmah dan juga ada ‘azimah, ada keinginan yang besar untuk mendapatkan sesuatu yang mulia tadi

أشرقت الأرض بنور ربِهّا

maka akan bercahaya bumi ini dengan cahaya Rabbnya, yaitu dengan ilmu.

Maksud beliau di sini adalah kalau kita memang punya keinginan yang kuat maka kita akan mendapatkan InsyaAllāh apa yang kita inginkan.

وإنَّ ممَّا يعلي الهِمَّة ويسمو بالنَّفس: ٱعتبارَ حال مَن سبق، وتعرُّفَ هِمم القوم الماضين

Kemudian beliau menyebutkan disini bagaimana cara kita untuk mendapatkan semangat yang kuat, bagaimana supaya kita bisa mengumpulkan keinginan kita untuk mendapatkan ilmu sehingga tidak bercabang keinginan, caranya di antaranya adalah dengan kita mengambil pelajaran dari orang-orang sebelum kita, kisah-kisah mereka bagaimana mereka menuntut ilmu agama kita mengetahui tentang himmah-himmah mereka orang-orang yang sudah berlalu.

Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh

فأبو عبد الله أحمد ابن حنبلٍ كان – وهو في الصِّبا – ربَّما أراد الخروج قبل الفجر إلىٰ حِلَق الشيوخ، فتأخذ أُمُّه بثيابه وتقول – رحمة به: حتىٰ يُؤَذِّنَ النَّاس أو يُصبحوا

Dahulu Imam Ahmad ibn Hanbal Abu Abdillah dan beliau saat itu masih kecil terkadang beliau ingin keluar dari rumahnya sebelum subuh, sebelum subuh itu sudah ingin keluar dari rumahnya, untuk menuju ke majelis-majelis Syaikh, mungkin saat itu masih kecil tapi sudah memiliki keinginan yang kuat ingin tahu ingin menghafal hadits Nabi Sallallāhu Alaihi wasallam.

Maka ibu beliau memegang pakaian beliau dan mengatakan dengan kasih sayang, maksudnya adalah ingin karena perasaan beliau sebagai seorang ibu menyayangi anaknya, beliau mengatakan sampai adzan atau sudah masuk waktu pagi baru engkau keluar, beliau tidak melarang anaknya untuk menuntut ilmu tapi kasihan sebelum subuh sudah pergi, beliau bilang sampai adzan kalau sudah adzan silakan pergi atau masuk waktu pagi silahkan mendatangi majelis-majelis ilmu tersebut.

Itu Al Imamu Ahmad ibn Hanbal bagaimana beliau bisa sampai menjadi seorang imam besar, demikian semangat beliau datang majelis ilmu sebelum datang gurunya dia sudah semangat untuk mendatangi majelis tersebut. Jangan kita berlambat-lambat dalam menghadiri majelis ilmu.

وقرأ الخطيب البغداديُّ صحيح البخاري كلَّه علىٰ إسماعيل الحِيريِّ في ثلاثة مجالسَ

Al-Khatib Al Baghdadi (ini menunjukkan bagaimana semangat mereka untuk mendapatkan ilmu) membaca Shahih Al-Bukhari semuanya kepada Ismail Al-Hiyriy dalam tiga majelis saja

ٱثنان منها في ليلتن من وقت صاة المغرب إلىٰ صاة الفجر

Tiga majelis dua diantaranya ada di dua malam dari semenjak shalat magrib sampai shalat fajar, baca terus baca Shahih Al-Bukhari ini yang dinamakan dengan qira’ah yaitu membaca kitab tersebut kepada gurunya, mungkin jarang disyarah tapi membaca saja sekedar membaca hadist-hadits Nabi Sallallāhu Alaihi wasallam meskipun tidak disyarah oleh gurunya itu sudah besar pengaruhnya terhadap keimanan seseorang. Kemudian di hari yang ketiga

واليوم الثَّالث من ضحوة النَّهار إلىٰ صاة المغرب

dari siang hari sampai shalat magrib

ومن المغرب إلىٰ طلوع الفجر

ditambah lagi majelisnya dari maghrib sampai subuh.

Jadi hari yang ketiga lebih panjang lagi, dari dzuhur sampai maghrib dilanjutkan lagi dari maghrib sampai terbit fajar. Ini kalau sudah semangat dalam hati mereka membara maka tidak ada yang menghalangi mereka, mereka berusaha untuk mengkhatamkan membaca hadist-hadits Nabi Sallallāhu Alaihi wasallam tadi dalam waktu yang sangat singkat yang mungkin tidak dibayangkan oleh sebagian dari kita.

وكان أبو محمَّدٍ ابنُ التَّبَّانِ أوَّلَ ٱبتدائه يدرس اللَّيل كلَّه

Seorang ulama yang bernama Abu Muhammad Ibnu Tabban di awal beliau belajar, beliau belajar agama di seluruh malam

فكانت أُمُّه ترحمه

Ibunya sayang kepada beliau

وتنهاه عن القراءة باللَّيل

kemudian melarang dia untuk membaca di malam hari, karena zaman dahulu sangat terbatas sekali cahaya di malam hari, bisa merusak matanya

فكان يأخذ المصباح ويجعله تحت الجَفنة

karena beliau semangat untuk mendapatkan ilmu tidak tenang dia untuk tidur begitu saja tanpa membaca, maka apa yang beliau lakukan supaya bisa membaca padahal Ibunya sudah melarang, beliau mengambil lampu kemudian beliau taruh itu di bawah al-jafnah (bejana yang besar) sehingga tidak kelihatan

ويتظاهر بالنَّوم

kemudian dia pura-pura tidur

فإذا رقدت

kalau Ibunya sudah tidur

أخرج المصباح وأقبل علىٰ الدَّرس

maka beliau pun mengeluarkan lampu tadi kemudian beliau pun belajar sehingga ibunya tidak melihat dia dalam keadaan belajar, ini tidak mungkin bisa terjadi kecuali bagi orang yang memiliki semangat yang kuat di dalam menuntut ilmu, dia merasa tenang dan merasa lezat di malam tersebut ketika dia membaca dan ketika dia menghafal ilmu tersebut.

فكن رجاً رِجْلُه على الثَّرىٰ ثابتة

Maka hendaklah engkau menjadi seorang laki-laki yang kakinya berada di atas bumi dalam keadaan kokoh

وهامةُ همته فوق الثُّريا

dan dia memiliki keinginan yang tinggi yang lebih tinggi daripada tsurayya (nama bintang), menjadi orang yang kokoh di atas bumi dan keinginan dia lebih tinggi daripada bintang

سامقة

dalam keadaan tinggi

ولا تكن شابَّ البدن أشيبَ الهِمَّة

Jangan engkau menjadi seorang yang badannya saja yang mudah tetapi keinginannya adalah keinginan seorang yang sudah tua, jangan engkau menjadi seseorang yang punya badan yang muda tetapi keinginannya sudah tua yaitu sudah lemah padahal dia memiliki badan yang kekar

فإنَّ هِمَّة الصَّادق لا تشيب

karena himmah dan juga keinginan yang tinggi dari orang yang jujur, orang yang jujur keinginannya tadi yang mengumpulkan keinginan-keinginan dia tadi, maka itu tidak akan menjadi tua.

Jadi orang yang jujur dalam keinginannya meskipun rambutnya ini beruban dan kulitnya sudah mulai berubah tapi kalau dia adalah orang yang jujur maka itu tidak akan merubah himmahnya, sampai tua pun dia akan menuntut ilmu.

كان أبو الوفاء ابن عَقيل – أحدُ أذكياءِ العالم من فقهاء الحنابلة – يُنشِد وهو في الثمانين

Dahulu Abul Wafa’ Ibnu ‘Aqil beliau adalah salah seorang di antara orang-orang yang cerdas di antara ahli fiqih mazhab Hanbali, beliau pernah membuat syair dan umur beliau adalah 80 tahun, kata beliau

ما شاب عزمي ولا حزمي ولاخُلُقي

ولا ولائي ولا ديني ولا كرمي

Keinginanku tidak menjadi tua, aku memang sudah tua umurku sudah 80 tahun tapi keingananku tidak menjadi tua

ولا حزمي

dan juga ketegasanku (keinginanku yang kuat tekadku yang kuat) tidak menjadi tua karena tubuhku yang sudah tua

ولاخُلُقي

dan juga akhlakku tidak berubah

ولا ولائي

demikian pula loyalitasku, terhadap agama ini

ولا ديني

dan juga agamaku, ibadahku

ولا كرمي

demikian pula kemurahanku, infaqku tidak berubah karena beliau sudah tua

وإنمَّا ٱعتاض شعري غيرَ صِبغته

Yang terjadi adalah rambutku saja itu berubah warnanya, yang sebelumnya hitam menjadi putih

والشَّيبُ في الشَّعر غيرُ الشَّيب في الهِممِ

dan menjadi putihnya rambut itu lain dengan menjadi tuanya tekad yang kuat.

Artinya beliau di sini mengingatkan bahwasanya meskipun ana sudah tua rambutku sudah beruban dan kulitku sudah berubah tapi itu hanya dzahirnya saja, adapun semangatku masih seperti dahulu ibadahku agamaku loyalitasku terhadap agama ini akhlakku tekadku yang kuat itu masih seperti ketika dahulu aku masih muda.

Ini menunjukkan kepada kita keharusan kita untuk mengumpulkan keinginan kita untuk ilmu ini supaya kita bisa mewujudkan pengagungan kita terhadap ilmu ini.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

6 thoughts on “Halaqah 05 | Simpul 03 – Mengumpulkan Seluruh Keinginan Jiwa untuk Ilmu”

  1. وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته يا شيخ جزاكم الله خيرا
    وبارك الله فيكم يا ادمن جميعا

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top