Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 23 | Menampakkan Mahzab Salaf & Penjelasan Kedudukan Ahlul Bid’ah Bag 2

Halaqah 23 | Menampakkan Mahzab Salaf & Penjelasan Kedudukan Ahlul Bid’ah Bag 2

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
 كن سلفيا على الجادة

•┈┈┈┈┈•❁﷽❁•┈┈┈┈┈•

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

وقال الإمام أحمد:

Dan berkata Al Imam Ahmad, ini masih berbicara tentang menampakkan Mahzab Salaf,

“أصول السنة عندنا التمسك بما كان عليه أصحاب رسول الله ﷺ والاقتداء بهم وترك البدع”

Al Imam Ahmad beliau murid Imam Asy Syafi’i, baik Imam Ahmad, Imam Asy Syafi’i, Imam Malik dan semuanya diatas Mahzab Salaf, kata beliau,

Pondasi-podasi Sunnah menurut kami (Ahlu Sunnah wal jama’ah) termasuk dasar-dasar aqidah Ahlu Sunnah wal jama’ah adalah berpegang teguh dengan apa yang berada diatasnya para Shahabat Rasulullah ﷺ, apa yang dipegang teguh oleh para shahabat itulah yang kita pegang, apa yang dijalankan oleh para shahabat itulah yang kita jalankan

والاقتداء بهم

Dan meneladani/meniru mereka ,

وترك البدع”

Dan juga meninggalkan bid’ah-bidah.

Maka inilah pondasi/dasar Ahlu Sunnah wal jama’ah yang membedakan antara mereka dengan yang lain kelompok-kelompok aliran-aliran, Ahlu Sunnah wal jama’ah as Salafyun maka mereka meneladani/meniru apa yang dilakukan para shahabat Rasulullah ﷺ dan mereka meninggalkan bid’ah-bid’ah yang tidak sesuai dengan Sunnah Nabi ﷺ dan tidak sesuai dengan Sunnah para shahabat radiallahu taala anhum.

Kemudian beliau mengatakan (penulis)

وما زال أئمة السنة وعلماؤها جيلٱ بعد جيل يدعون إلى اتباع السلف الصالح والاقتداء بهم وسلوك طريقهم،

Dan senantiasa para imam-imam Ahlu Sunnah dan juga para ulama dari generasi ke generasi mereka mengajak untuk mengikuti para salafus Sholeh dan meneladani mereka dan menempuh jalannya.

Generasi ke generasi dari semenjak para shahabat, Tabiin, para Tabiut Tabiin dilanjutkan oleh para imam dari generasi ke generasi sampai sekarang sampai waktu yang Allāh tentukan mereka senantiasa mengajak manusia untuk mengikuti para salafus Sholeh, kembali kepada Islam yang murni yang mereka pahami,

وما برح أهل السنة يستدلون على دينهم وعقائدهم بما جاء في كتاب الله وبما صح عن رسول اللّه ﷺ

Dan senantiasa Ahlu Sunnah wal jama’ah berdalil didalam urusan agama mereka didalam masalah aqidah mereka dengan apa yang datang dalam Al Qur’an dan apa yang telah shahih dari Rasulullah ﷺ, demikian Ahlu Sunnah wal jama’ah. Berdalil dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ didalam seluruh perkara agama mereka,

فإن لم يجدوا فيهما فبما ثبت عن السلف الصالحين من الصحابة والتابعين وأتباع التابعين المعروف عنهم الإمامة في السنة

Kalau mereka tidak menemukan didalam Al Qur’an dan Sunnah maka mereka berdalil dengan apa yang telah tetap dari Salafus Sholeh, ijma mereka baik dari kalangan Shahabat, Tabiin, Tabiut Tabiin yang mereka dikenal dengan keimamannya didalam Sunnah dikenal sebagai seorang Imam Diantara Imam-imam Ahlu Sunnah wal jama’ah.

Ini menunjukkan bagaimana sikap para Ahlu Sunnah wal jama’ah didalam beragama dan bagaimana kedudukan pemahaman para salaf para Shahabat radiallahu taala anhum.

Kemudian disini beliau mendatangkan ucapan Ibnu Katsir

قال ابن كثير في تفسير قوله تعالى {ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ} [الأعراف ٥٤] فللناس في هذا مقالات كثيرة جدٱ

Berkata Ibnu Katsir ketika beliau membahas tentang firman Allāh, kemudian Allāh ﷻ beristiwa diatas Ars. Beliau mengatakan maka manusia didalam permasalahan ini memiliki pendapat² yang banyak sekali,

ليس هذا موضع بسطها

Disini bukan tempatnya (kata Ibnu Katsir) ,

وإنما يسلك في هذا المقام مذهب السلف الصالح ،

Dan sesungguhnya ditempuh didalam permasalahan seperti ini madzhab Salafus Sholeh,

مالك والأوزاعي والثوري والليث ابن سعد والشافعي وأحمد بن حنبل وإسحاق..

Diantaranya adalah Malik, Al Auzai, Atsauri, Ibnu Sa’ad, Asy Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ishak Ibnu rahuyah.

Ini menunjukkan tentang bagaimana para salaf kita memahami firman Allāh ﷻ diatas, keharusan kita untuk mengikuti pemahaman para salaf, oleh karenanya disini Ibnu Katsir mengatakan banyak tafsiran/ucapan manusia tentang masalah Istiwa, tapi yang kita pegang yang menjadi rujukan adalah apa yang dipahami oleh para salaf seperti Malik, Auzai Atsauri dan seterusnya ternyata mereka memahami Istiwa adalah sebagaimana datangnya, Istiwa itu sesuatu yang ma’lum /jelas maknanya didalam bahasa Arab

الاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ، وَاْلكَيْفُ مَجْهُوْلٌ،

Dan bagaimananya adalah perkara yang majhul (kita tidak mengetahuinya),

وَالإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ

Dan beriman dengan Istiwa ini adalah wajib

والسؤال عنه بدعة

Dan bertanya tentang bagaimana Istiwa ini maka ini adalah sesuatu yang bid’ah tidak pernah dilakukan oleh Nabi ﷺ.

Kemudian setelahnya beliau mengatakan,

وقال الإمام ابن أبي العز الحنفي شارح الطحاوية: ” وقد أحببت أن أشرحها سالكٱ طريق السلف في عباراتهم وأنسج على منوالهم متطفلٱ عليهم لعلي أنظر في سلكهم وأدخل في عدادهم “

Kemudian beliau menukil dari ucapan Ibnu Abil ‘Iz Hanafi, beliau adalah yang menjelaskan aqidah athohawiyah, beliau mengatakan sungguh dijadikan aku senang untuk menjelaskan aqidah athohawiyah ini, dengan menempuh jalan salaf didalam kata-kata yang digunakan. Ini menunjukkan tentang bagaimana beliau berusaha untuk mengikuti para salaf termasuk diantaranya adalah didalam masalah kata-kata yang digunakan dan aku menempuh jalan mereka dan merasa butuh dengan ilmu mereka seperti anak kecil dihadapan mereka semoga aku bisa bergabung di dalam jalan mereka dan masuk didalam golongan mereka.

Disini Ibnu Abil’Iz ingin menjelaskan kepada kita bagaimana belajar mensyarah Al Aqidah athohawiyah ini berusaha untuk mengikuti para Salaf didalam ungkapan mereka dan dengan harapan beliau rahimahullah bisa bersatu bersama mereka didalam jalan mereka dan dimasukkan oleh Allāh ﷻ didalam golongan mereka ini.

Kemudian disana ada ucapan adz Dzahabi rahimahullah

وقال الإمام الذهبي في مقدمة كتابه القيم – العلو للعلي الغفار – :

Berkata Adz Dzahabi didalam muqaddimah kitab beliau Al Uluw Lil aliy lgofar,

” فإن أحببت يا عبد الله الإنصاف فقف مع نصوص القرآن والسنن ثم انظر ما قاله الصحابة والتابعون وأئمة التفسير في هذه الٱيات وما حكوه من مذهب السلف فإما أن تنطق بعلم وإما تسكت بحلم

Berkata Adz Dzahabi disini, apabila engkau ingin wahai Abdullāh untuk adil maka hendaklah kalian berhenti bersama nash-nash Al Qur’an dan Sunnah, kalau dia berjalan kita berjalan kalau dia berhenti maka kita juga berhenti, kita berpegang dengan Al Qur’an dan Sunnah, kemudian hendaklah kita melihat setelahnya Kepada ucapan Shahabat, karena ucapan Shahabat memiliki kedudukan, apa yang diucapkan oleh para shahabat dan para Tabiin dan juga para Imam ahli Tafsir tentang ayat-ayat tersebut dan juga apa yang mereka ceritakan berupa madzhab Salaf, silahkan melihat apa yang diucapkan oleh para shahabat Tabiin dan para Imam tafsir disana ada athobari, Ibnu Katsir (kembali kepada tafsiran mereka) mereka dikenal sebagai ahli Tafsir nya Ahlu Sunnah, kita kembali kepada ucapan mereka dan apa yang mereka kisahkan/ceritakan berupa madzhab salaf, jika sudah melihat dalil Al Qur’an dan Sunnah kemudian membaca ucapan para shahabat, Tabiin Tabiut Tabiin dan para Imam tafsir kemudian setelah itu berbicara dengan ilmu, atau diam dengan ilmu, ketika mengilmui sesuatu ada diantaranya ilmu tersebut justru menuntut kita untuk diam, maka jika kita sudah menemukan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah dan ucapan para shahabat/para salaf maka setelah itu/mungkin kita berbicara dengan ilmu kita sampaikan dengan ilmu atau seandainya kita tidak bisa berbicara maka kita diam dengan santun.

Wallahu ta’ala alam.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abu Mandala
•┈┈┈┈┈┈•❁❁•┈┈┈┈┈┈•

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top