Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 04 | Muqodimah Kitab (3)

Halaqah 04 | Muqodimah Kitab (3)

🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 كن سلفيا على الجادة

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang keempat dari pembahasan kitab “Kun salafiyyan Alal jaddah” yang dikarang oleh Syeikh Profesor Dr. Abdus Salam bin Salim bin Raja As-Suhaimi hafizhahullahu ta’ala.

Beliau mengatakan setelahnya:

فَلَيْسَ مِنَ الْإِبْتِدَاعِ فِي شَيْءٍ أَنْ يَتَسَمَّى أَهْلُ السُنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ بِالسَّلَفِييِّن إِنْ أَنَّ مُصْطَلَحَ اَلسَّلَفِ يُسَاوِي تَمَامًا مُصْطَلَحَ أَهْلِ السُنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ

Beliau menjelaskan kepada kita tentang penamaan salafiyyin ini bukan penamaan yang bid’ah, beliau mengatakan:

“Maka bukan termasuk bid’ah Ahlussunnah wal jama’ah menamakan diri mereka dengan salafiyyin, karena istilah salaf ini sama dengan istilah Ahlussunnah wal jama’ah.

وَيُدْرَكَ ذَلِكَ بِتَأَمُّلِ اِجْتِمَاعِ كُلِّ مِنَ الْمُصْطَلَحَينِ فِي حَقِّ الصَحَابَةِ

Bisa diketahui yang demikian dengan seseorang mencermati berkumpulnya/bergabungnya masing-masing dari dua istilah ini dalam hak para sahabat, yaitu dalam haq para sahabat.

Kita akan membandingkan bagaimana dua musthalah ini (dua istilah ini) ternyata dia pas itu adalah sifat para sahabat Radhiyallahu Anhum, tidak ada bedanya.

فَهُمُ الَّلَفُ الصَّالِحُ وَهُمْ أَهْلُ السُّنَّةِ

Kita semua sepakat, para sahabat, mereka adalah salafushshaleh dan mereka adalah Ahlussunnah.

فَكَمَا يَصِحُ لَنَا الْقَولُ (سُنِّيٌّ) نِسْبَةً إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ يَصِحُ لَنَا الْقَولُ (سَلَفِيٌّ) نِسْبَةً إِلَى السَّلَفِ لَا فَرْقُ

Sebagaimana boleh bagi kita untuk mengatakan Sunni, menyandarkan diri kita kepada Ahlussunnah, maka boleh juga kita menamakan diri kita Salafy.

Karena ini dinisbatkan kepada para salaf dan tidak ada bedanya. Jadi kalau kita menggunakan lafazh Ahlussunnah wal jama’ah, benar, karena ahlussunah wal jama’ah, imam-imam mereka adalah para sahabat.

Para sahabat, mereka adalah orang-orang yang benar-benar berpegang teguh dengan sunnah dan mereka adalah orang-orang yang berjamaah dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Dan kalau kita mengatakan diri kita adalah salafiyyun, menisbatkan diri kita kepada para salaf, siapa para salaf/pendahulu kita?

Mereka adalah para sahabat.

Jadi sunni, orang yang mengikuti Ahlussunnah, mengikuti sunnah, sunnah Rasulullah shalallahu alayhi wasallam dan imam mereka adalah para sahabat dan orang menamakan dirinya dengan salafy, mengikuti para salaf, siapa para salaf? Ya, para sahabat.

Berarti tidak ada bedanya antara menisbatkan diri kita kepada sunnah (sunny) atau menamakan diri kita sebagai seorang salafy.

وَإِنَّهُ بَعْدَ وُجُودِ الْفِرَقِ وَحُصُولِ الْاِفْتِرَاقِ أَصْبَحَ مُدُلُولُ السَّلَفِ مُنْطَبِقًا عَلَى مَنْ حَافَظَ عَلَى سَلَامَةِ الْعَقَيَدَةِ وَالْمُنْهِح طِبْقًا لَفَهُمْ الصَحَابَةُ وَالْقُرُونِ المُفَضَلَةِ وَيَكُونُ هَذَا الْمُصْطَلَحُ (السَلَفُ) مُرَادَفًا لِلْاَسْمَاءِ الشَرْعِيَّةِ الْأَخَرِى لِأَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ

Dan sesungguhnya setelah adanya aliran-aliran, dan setelah terjadi perpecahan, jadilah apa yang ditunjukkan oleh kalimat salaf ini pas sekali disematkan kepada setiap orang yang menjaga keselamatan aqidah dan manhaj mereka.

Sesuai dengan pemahaman para sahabat, sesuai dengan pemahaman generasi yang paling mulia yang diutamakan dan jadilah istilah salaf ini sama dengan nama-nama yang syar’i, yang sesuai dengan syariat yang lain, yang merupakan nama-nama Ahlussunnah wal jama’ah.

وَأَنَّ الدَّعْوَةَ إِلَى إِتِّبَاعِ السَلَفِ أَوْ الدَعْوَةِ السَلَفِيَّةِ إِنَّمَا هِيَ دَعْوَةُ إلَى الْإِسْلَامِ الْحَقِّ وَإِلَى السُّنَّةِ الْمَحْضَةِ وَدَعْوَةِ إِلَى الْعَودَةِ إِلَى الْإِسْلَامِ كَمَا اُْنْزِلَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم وَتَّلَقَاهُ عَنْهُ اصْحَابُهُ الْكِرَامِ

Dan dakwah untuk mengikuti dakwah salafiyah atau dakwah salafiyah, sesungguhnya ini dakwah kepada Islam, dakwah kepada Islam yang haq, yang murni, dakwah kepada sunnah yang murni, dakwah untuk kembali kepada Islam, sebagaimana diturunkan kepada nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.

Dan sebagaimana diterima oleh para sahabat yang mulia dari nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.

Inilah dakwah salafiyah, dakwah kepada Qur’an dan sunnah yang murni, dakwah kepada Islam yang murni, sebagimana diturunkan kepada nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan sebagaimana diterima oleh para sahabat Radhiyallahu ta’ala anhum.

وَ لَاشَكَ أَنَّ هَدِهِ الدَّعْوَة دَعْوَة حَقَّ وَالْاِنْتِسَاب إِلَيهَا حَقِّ.

يَقُولُ شَيخُ الْإِسْلاَمِ اِبْنُ تَيمِيَّة رَحِمَهُ اللَه: لَاغَيبَ عَلَى مَنْ اَظْهَرِ مَذَهَبُ السَّلَفِ وَانْتَسَبُ إِلَيهِ اَوْ اعْتَزَى إِلَيهِ بَلْ يَجٓبُ قَبُولْ ذَلِكَ مِنْهُ فَاِنَّ مَدْهَبُ السَلَفِ لَا يَكُونَ إِلَّا حَقَّا

Dan tidak diragukan lagi, bahwasanya dakwah ini adalah dakwah yang benar dan menyandarkan diri kepada dakwah salaf adalah penyadaran yang benar.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:

“Tidak ada ‘aib (salah) orang yang menampakkan madhab salaf dan dia menyandarkan diri kepada madhab salaf, bahkan wajib hukumnya untuk menerima yang demikian darinya”.

Yaitu menerima madhab salaf adalah hukumnya wajib, bukan sunnah, bukan di anjurkan tidak boleh kita menolak madhab salaf.

فَاِنَّ مَدْهَبُ السَلَفِ لَا يَكُونَ إِلَّا حَقَّا

Karena sesungguhnya madhab salaf tidaklah kecuali kebenaran saja.

Semua yang ada di dalam madhab salaf adalah kebenaran.

وَقَدْ كَنَا لِأَىِٔمَّةِ الْإِسْلَامِ مِنْ أَهْلِ السَّنَّةِ الْأَثَر الْكَبِيرِ فِي الدًَعْوَةِ إِلَى السُّنَّةِ وَالْْعَودَةِ إِلَى طَرِيقَةِ السَلَفِ وَمَنْهَجِهِمْ وَ الْإقْتِدَاءِ بِهِمْ وَمِنْ هَؤُلَاءِ الأَىِٔمَّةِ : مَالِكُ ، وَالشَافِعِي ، وَأَحْمَدِ ، وَاِبْنُ خُزَيمَةُ ، وَاِبْنُ أَبِي عَصِم، وَ الْاَصْبَهَانِي ، وَالاَجُرِّي ، وَغَيْرُهُمْ.

Beliau mengatakan: “Dan sungguh para imam-imam di dalam agama Islam ini dari kalangan ahlussunnah, mereka memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam dakwah kepada sunnah dan di dalam dakwah untuk kembali kepada jalan para salaf dan manhaj mereka dan meniru mereka.

Dan di antara imam-imam tersebut adalah Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Ibnu Khuzaimah, Ibnu Abi ‘Ashim, Al-Ashbahani, Al-Ajjuri dan selain mereka.

ثُمَّ شَيْخُ الْإِسْلَام ابْنُ تَيْمِيَّة وَتَلَامِيذُهُ كَاِبْنُ الْقَيِّم وَ اِبْنُ عَبْدِ الهَادِي وَاِبْنُ كَثِير وَالذَّهَبِي ثُمَّ شَخُ الْإِسْلَام مُحَمَّدُ اِبْنُ عَبْدُ الْوَهَّابُ وَاَىْٔمَةُ الدَّعْوَة مِنْ بَعْدِهِ مِمَّا أَدَّى إِلَى ظُهُورِ اتِّجَاهٍ سَلَفِيٍّ عَلَ مَرِ اَلتَّارِيخِ

Setelah mereka kemudian datang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-murid beliau, seperti Ibnul Qayyim, Ibnu Abdil Hadi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, kemudian Syaikhul Islam Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab dan juga para imam-imam dakwah yang datang setelah Syaikhul Islam Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab yang di mana mereka ini, ketika mereka berdakwah, muncul dan nampaklah manhaj salafy dalam sejarah.

Tentunya ini dengan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian dengan usaha para imam-imam tadi.

يَسْتَقِي أُسُسَ دِينِهِ وَ عَقِيدَتِةِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم ، وَسِيرَةُ السَّلَفُ الصَّالِحُ وَيُقَاوِمُ كُلُّ تَيَّارٍ بِدْيٍ يَخْرُجُ عَنْ هَذِهِ الْأُسُسِ

Beliau mengambil faedah pondasi agama ini dan juga aqidahnya mengambil dari Al-Qur’an dan Sunnah shallallahu alaihi wa sallam dan juga dari perjalanan para salafushshalih dan menghadapi/melawan seluruh gerakan-gerakan yang bid’ah yang baru yang keluar dari pondasi-pondasi ini (Al-Qur’an maupun Sunnah).

وَقَدْ أَطَلْتُ فِي بَيَانِ هَذَا الْأَمْرُ وَ تَوضِيحِهِ لِأَنْنَا نَسْمَعُ وَنَقْرَأُ مَنْ يَطْعَنُ فِي السَّلَفِيَّةِ وَ التَسْمِي بِهَا أَوْ يَدَّعِي أَنَّمَا حِزْبِيَّة وَ أَنَّهُ لَا فَرْقَ بَينَهَا وَبَينَ الْجَمَاعَاتِ الْححِزْبِيَّةِ اامُعَاصِرْهِ وَقَدْ يَقُولُ البَعْضِ بِأَنَّ مُؤَسِسُ السَّلَفِيَّةِ هُوَ الْإِمَامُ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدُالْوَهَّاب

Dan aku (kata Syaikh), beliau panjang lebar menjelaskan masalah ini, karena kami mendengar dan kami mengetahui/membaca adanya orang yang mencela dakwah salafiyyah ini dan mencela penamaan dakwah salafiyah ini,

atau dia menyangka mengaku bahwasannya ini adalah dakwah hizbiyyah dan bahwasannya tidak ada bedanya antara dakwah salafiyyah ini dengan dakwah-dakwah yang lain yang ada di zaman sekarang ini.

Bahkan sebagian mereka mengatakan bahwasannya yang membuat yang mendirikan dakwah salafiyyah ini adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Maka ini adalah kesalahpahaman di dalam dakwah salafiyyah.

وَالْحَقِيقَهُ أَنَّ الْإِمَامَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدُالْوَهَّاب رَحِمَهُ اللَّهُ إِنَّمَا هُوَ دَاعِيَةٌ مِنْ دُعَاةِ السَلَفِيَّةِ وَمُجَدِدٌ مِنْ مُجَدِدِيَّهَا أَحْيَا مَعَا لِمَهَابَعْدَ دُرُوسِهَا وَأَعَادَهَا نَقِيَّةً صَافِيَّةً فِي هَذِهِ الْجَزِيرَةِ بَعْدَ مَا تَكَدَرَ صَفُّوهَا وَطَغَت عَلَيهَا الْبِدْعُ وَ الخُرَافَاتُ

Dan hakikatnya (yang sebenarnya) bahwasannya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, beliau hanya seorang da’i saja, seorang yang berdakwah saja di antara da’i-da’i salafiyyah, orang-orang yang mengajak kepada pemahaman salaf dan beliau adalah seorang pembaharu di antara banyak pembaharu.

Beliau menghidupkan dakwah salafiyyah ini setelah dia hampir punah atau bisa dikatakan setelah dia melemah, kemudian mengembalikan dakwah salafiyyah ini yang dalam keadaan murni dan bersih di jazirah arab ini. Setelah sebelumnya mulai tercemar kebersihannya/kesuciannya dan di sana ada bid’ah-bid’ah dan khurafat-khurafat yang menyebar.

Baik, itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang keempat ini, sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top