Home > Bimbingan Islam > Tematik > Proses Finishing

Proses Finishing

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Kajian Tematik Bulan Ramadhan

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sudah pernahkah kita mendengar hadīts Ibnu Mas’ūd yang terdapat dalam kitāb kecil bernama Arba’in An Nawawi?

Di sana disebutkan,

Ada seorang hamba yang beramal dengan amalan penduduk surga. Bahkan surga tersebut jaraknya tinggal 1 hasta lagi darinya, akan tetapi karena ketetapan Allāh, ia beramal dengan amalan penduduk neraka, akhirnya ia pun masuk ke dalam neraka

Dan ada juga seorang hamba yang beramal dengan amalan penduduk neraka. Bahkan neraka tersebut jaraknya tinggal 1 hasta lagi darinya, akan tetapi karena ketetapan Allāh, ia beramal dengan amalan penduduk surga, akhirnya ia pun masuk ke dalam surga.

Apa pelajaran penting dari hadīts ke empat yang dibawakan oleh Imam An Nawawi, yang beliau ambil dari hadīts Bukhāri Muslim tersebut?

Pelajaran terpenting kita, adalah:

• Pelajaran Pertama | Jangan sampai di antara kita ada yang sombong, besar diri, sum’ah karena telah dimudahkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk memperbanyak pada bulan Ramadhān ini.

Tetapi yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas nikmat Allāh tersebut, karena tanpa Allāh tidak mungkin kita bisa beramal shālih.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

وَاللَّهِ لَوْلاَ اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا، وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا

“Demi Allāh, kalau bulan karena Allāh tidak mungkin kita akan mendapatkan petunjuk, tidak mungkin kita akan bersedekah dan tidak mungkin kita akan mendirikan shalāt.”

(Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim)

Sehingga, kita harus bersyukur atas nikmat Allāh atas kemudahan yang dianugrahkan kepada kita bukan malah berbangga diri, sombong atau sum’ah.

• Pelajaran Kedua | Ternyata amalan itu tergantung pada penutupnya, bukan tergantung pada awalnya.

Bahkan, setiap produk dari produk-produk dunia ini, sangat tergantung dengan proses finishing-nya.

Jika finishingnya bagus, maka barang laku, jika finishingnya buruk, maka barangnya tidak laku.

Begitu juga dalam amalan ibadah.

Jika ada seseorang pada awalnya ia adalah orang yang shālih, akan tetapi pada akhirnya ia menjadi orang yang tidak shālih (jahat) atau bahkan kāfir (na’ūdzubillāhi min dzālik), maka ia dinilai sesuai keadaan akhirnya.

Misalkan juga ada seorang yang sangat bejat, atau bahkan seorang yang kāfir, akan tetapi pada akhirnya ia menjadi orang yang shālih maka ia dinilai sesuai keadaan akhirnya juga.

Sehingga sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga ritme ibadah. Agar kita bisa istiqāmah dalam ibadah tersebut hingga titik akhir.

Oleh karena itu, ada hadīts yang menyatakan,

أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai Allāh adalah amalan yang kontinyu, walaupun amalan tersebut sedikit.”

Lebih dari hadīts ini, bahkan di sana ada larangan untuk beribadah melebihi kemampuan dirinya, karena beribadah dengan seperti ini, tidak akan bertahan lama, karena sebagaimana pelari marathon yang tidak menjaga ritmenya ia pasti akan kalah, begitu juga, orang-orang yang beribadah namun tidak menjaga ritme ibadahnya, sehingga ia akan jenuh, malas dan akhirnya terputus dari amalan tersebut.

Padahal amalan itu tergantung pada akhirnya, sebagaimana sabda nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada penutupannya.“

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6607)

Jadi sahabat Bimbingan Islām semua yang di awal-awal Ramadhān telah semangat untuk beramal, terus jaga keikhlāsan dan jaga keistiqāmahan jangan putus di tengah jalan, karena amalan itu tergantung pada penutupannya.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta’āla A’lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top